"Makan" jawab Kakak singkat. "Ayam* lanjutnya memberikan pilihan makanannya.
Ayah didi setuju dengan pilihan Kakak, ( panggilan akrab untuk cucuku Gaza). Untuk mengambil kesempatan makan siang terlebih dahulu sebelum melanjutkan jalan jalan di Malioboro.
Dialog pun dilanjutkan dengan sang pengemudi becak yang mengaku bernama Jumakir asal kota Bantul. "Cucu ku ingin makan siang terlebih dahulu , ada tempat makan yang menghidangkan masakan ayam" tanyaku kepada pak Jumakir, yang sedari tadi seperti seorang sales marketing dengan banyak ragam penawaran.
"Rumah Makan Ayam Goreng Mbok Sabar" jawab Jumakir sangat cepat. Rupanya Jumakir disamping sebagai pengemudi becak merangkap juga sebagai pemandu bagi  wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Hapal betul Jumakir nama nama  tempat belanja, tempat santai hingga tempat kuliner di sekitar daerah Malioboro.
Karena saat itu ayah didi belum berminat untuk belanja oleh oleh baik makanan maupun souvenir, maka ayah didi memohon Jumakir sang  pengemudi becak untuk menghantar ke rumah makan ayam goreng Mbok Sabar.
"Kalau menghantar ke tempat makan ayam goreng Mbok Sabar, berapa ongkosnya?" Tanyaku penasaran.
"25 ribu" jawab Jumakir mantap. "Lho kok mahal" jawab ku ragu.
Perlu diketahui Jumakir pengemudi bentor mematok harga 10 ribu pulang pergi bila mau diantar ke toko Bakpia dan  toko batik, sedangkan menghantar ke tempat makan ayam goreng Mbok Sabar yang lebih dekat lokasinya mematok harga 25 ribu rupiah.
Rupanya sudah ada kesepakatan antara paguyuban pengemudi bentor dengan toko toko tempat belanja di sekitar Malioboro. Menurut salah satu pengemudi bentor anggota paguyuban bentor Mulya bahwa tiap tiap pengemudi bentor mengantar ke toko belanja yang sudah ada kesepakatan, maka akan diberi kupon. Kupon kupon ini akan dikumpulkan kemudian akan ditukar dengan barang atau uang. Waktu penukaran kupon dengan uang atau barang biasanya saat menjelang lebaran atau di bulan Ramadhan.
" Anggap saja sebagai tabungan buat lebaran" jelasnya , mengungkapkan sambil tersipu malu malu.