Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Klatak di Bantul, yang Tak Kulupakan

8 Desember 2024   07:54 Diperbarui: 8 Desember 2024   09:39 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Kiai Muhtarom, Cucu,ayah didi dan Kiai Saropin, sumber dokumen pribadi 

Sate Klatak Bantul, Yang Tak Ku Lupakan

Ayah didi akan bercerita pengalaman perjalanan wisata kuliner di kota gudeg Yogyakarta saat nengok cucu yang sedang magang kegiatan "Marbot Camp" di Real Masjid Ring Road Utara Depok Sleman.

Siang itu selepas ba'da jumatan, 6/12/2024, di Real Masjid Ring Road Utara, ayah didi mengajak jalan jalan Cucu Muhammad Argaza ke rumah temen sekampung di Pesantren Al Munawir Krapyak. Setelah pesan mobil melalui aplikasi grab meluncur lah kakek dan cucu berdua  dari Real Masjid di Depok ke Krapyak. Sore itu jalanan menuju Krapyak macet, karena bersamaan saat  orang pulang kantor dan kondisi hujan, akibat nya supir grab bernama Wibowo asli putra kota gudeg memutar otak agar tidak terjebak macet terlalu lama. Kecerdikan supir grab asli wong Yogya ini yang hapal betul jalan mana yang dilalui untuk menghindari macet.

Sesuai alamat yang tertera dalam aplikasi google, ayah didi bersama cucu tidak kesulitan menemukan alamat temen sekampung, tepat pukul 14.30 sudah sampai di depan pintu gerbang rumah nya. Rumah yang  luas nan asri terletak  dengan Alamat  Komplek "S" PP.al-Mumawwir, Jl. Dongkelan 327A, Krapyak kulon RT.10 (barat MTs Ali Maksum) Yogyakarta.

Alamat ini sudah di tempati Kiai Muhtarom sejak tahun 90 an selepas diangkat mantu keluarga besar Kiai Munawir. Setelah ngobrol ngalor ngidul melepas kangen tuan rumah Kiai Muhtarom mengajak makan sate Klatak di Bantul. Tidak ketinggalan Kiai Tarom, begitu biasa di panggil mengajak serta temen sekampung ku yang lain di Krapyak yaitu  Kiai Saropin.

"klatak klatak klatak tak tak tak tak" demikian bunyi khas yang dihasilkan bila butiran garam dapur dibakar.

Banyak orang menghubungkan asal usul nama sate klatak yang terkenal di Bantul berasal dari bunyi yang dihasilkan saat daging kambing dalam bentuk tusukan sate dibakar.

Sate klatak di Bantul keberadaan nya sudah mampu menjadi ciri khas tersendiri untuk kuliner di Daerah istimewa Yogyakarta. Keterkenalan sate klatak di Bantul sudah hampir menyamai keterkenalan makanan lainnya di kota Yogyakarta seperti Gudeg dan Bakpia.

Salah satu keunikan dari sate klatak adalah alat tusuk sate bukan dari tusukan yang terbuat dari Bambu, layaknya sate lainnya di Indonesia, tusukan sate klatak dipakai menggunakan besi bersih jeruji sepeda. Ciri khas lainnya sate klatak saat dibakar bumbunya bukan kecap atau mentega, melainkan hanya garam saja. Mungkin itulah sate diberi nama karena tusukan sate saat dibakar, bumbu garam nya ikut terbakar kemudian mengeluarkan bunyi klatak,klatak, tak, tak, tak, tak, maka disebut sate Klatak.

Pedagang sate klatak menjamur sepanjang jalan Imogiri, jalan yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan kota Bantul. Berbagai merek dagang sate klatak bertaburan khususnya di sepanjang jalan Imogiri dan di daerah Bantul pada umumnya. Begitu istimewa nya makanan khas Bantul ini hingga menyaingi makanan khas lainnya yang sudah terlebih  dahulu terkenal, seperti makanan gudeg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun