Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara "Bijak" Bernegara Itu yang Bagaimana?

14 Januari 2022   00:13 Diperbarui: 14 Januari 2022   00:21 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari kita merefleksikan kembali pendirian dan keberadaan negara kita. Bagaimana para pemuda sebagai generasi penerus cakap dan bijak. Menjaga komitmen kebangsaan dan negara kesatuan kita. Agar kita buukan hanya menjadi para pecinta yang hanya gemar mengkritik penuh cerca dan fitnah. Tetapi para pecinta negara yang mengkritik karena cinta. Para pengkritik karena cinta pada negarannya, akan mendahulukan kemaslahatan manusia dan alam negerinya. Sigap dan bijak dalam berfikir, beropini dan bertindak untuk menjadi pilar penguat di rumah besar kita : Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekali lagi, para pendiri negara kita telah mewariskan ideologi bangsa Pancasila sebagai fondasi rumah besar ini. Yang tentunya sudah tertanam kuat dan tak perlu dibongkar-bongkar. Apalagi diganti. Faunding  father negara juga telah melapisi tanah air, rumah besar ini dengan konstitusi kemerdekaan UUD 1945, yang tentunya selalu bisa disesuaikan dengan pemahaman pemilik rumah. Tugas kita sebagai pemilik rumah besar tersebut adalah menjadi pilar-pilar penyangga rumah besar ini. Sekarang dan di masa depan. Sehingga rumah besar NKRI ini bisa memiliki dinding rumah haluan negara yang kokoh. Atap rumah cita-cita  negara yang meneduhkan. Lingkungan rumah yang menyejahterakan semua pemilik rumah besar ini kedepannya.

Bagaimana cara kita menjadi pilar-pilar negara. Kenapa kita rakyat Indonesia adalah pilar utama negara. Rakyat adalah tiangnya  negara. Rakyatlah sang penentu, apakah bisa saling menguatkan kehidupan. Berbangsa, bernegara dan serta bermasyarakat satu sama lain dengan berbagai pilihan hidup yang dijalaninya. Rakyat dalam perannya yang terpilah-pilah dalam berbagai lini kehidupan harus saling seimbang. Tak ada strata dari rakyat tersebut untuk mengaku sebagai pemilik tunggal negara. Apalagi mengklaim sebagai pemilik saham dan ahli waris paling utama atas berdirinya Republik Indonesia. Hal itulah yang bisa menimbulkan perpecahan.

Rakyat sebagai pilar penyusun NKRI terutama para pemuda negara harus berkeyakinan optimis. Kita dapat menjadi tranformator perbaikan negara ini. Kita di masa depan harus masuk menjadi para rakyat dalam pilar penguat negara. Negara yang didirikan rakyat menjadi kewajiban semua rakyat untuk menjaganya tetap berdiri. Pilihan setiap manusia dalam hidup pasti beragam. Begitupun rakyat Indonesia. Dimanapun posisi kita di masa depan, semua sejajar dan berkewajiaban menjadi  rakyat penggerak negara. Penggerak negara yang taat dan berhati besar dalam menyikapi segala permasalahan yang ada. Memiliki kecintaan untuk bersatu dan kerendahan hati untuk duduk bersama membangun tradisi musyawarah. Musyawarah dalam rangka mencari solusi permasalahan negara atas dasar kemufakatan seluruh rakyat Indonesia. Jika hal tersebut dapat menjadi budaya yang tersistem dan baku di negara kita, maka bisa dipastikan, di masa depan NKRI yang kita citakan akan mencapai masa kemasyhurannya.           

Jika anda adalah rakyat yang seorang agamawan. Seperti pemimpin agama -agama yang ada, ulama' dalam Islam. Pastur di iman Kristen Khatolik dan Protestan. Biksu di agama Buddha. Dan pimpinan-pimpinan di agama lain seperti Hindu dan Konghucu. Maka, wujudkanlah pengabdian dengan mengajak umat untuk tertib dalam bernegara. Sejak perjuangan kemerdekaan sampai sekarang ini, kekuatan para agamawan dalam negara kita tak dapat dinafikan lagi peran besarnya. Tentunya, di masa depan peran agamawan akan selalu di butuhkan dalam sinerginya dengan negara. Pemimpin agama-agama beserta organisasi kemasyarakatnnya yang ada di Indonesia, diharapkan untuk selalu mengajak umatnya mengutamakan persatuan negara. Tetap melaksanakan pemberdayaan kemajuan bagi tiap-tiap umatnya. Menanamkan akhlak yang luhur dan cinta tanah air. Agar negara tetap tegak sesuai yang dicita-citakan. Maka kepemimpinan negara harus senantiasa merangkul para agamawan-agamawan tersebut.Jangan sampai mereka tersusupi oleh oknum yang dapat membahayakan kesatuan dan persatuan negara kita.

Jika kamu adalah rakyat yang berprofesi dan mengabdikan diri di lini patriot negara, serdadu atau orang-orang di wilayah kepolisian dan militer. Maka jalankanlah tugas mendidik rakyat dalam bela negara. Selain fokus membenahi internal. Dalam sejarahnya, negara kita ini sedari dulu dapat meraih kemerdekaan juga karena peran rakyat-rakyat tipe-tipe militan seperti anda. Rakyat serdadu tersebut bukan hanya para polisi dan tentara militer. Melainkan juga penjaga keamanan masyarakat sipil. Terbukti dalam perang dalam mejaga kedaulatan negara di momentum-momentum perang semesta. Rakyat berjiwa serdadu ini sigap melibatkan diri. Rakyat sipil yang gemar ikut dalam perang semesta adalah strategi terbaik dalam pertahanan negara. Salah satu bukti dari keberhasilan perang semesta adalah peristiwa perang semesta 22 oktober 1945 di surabaya yang melibatkan para santri dalam melawan sekutu yang kemudian di kenal sebagai resolusi jihad dan saat ini sejarah tersebut di abadikan menjadi hari santri nasional. Selain urusan perang pertahanan negara, satuan rakyat serdadu ini merupakan elemen yang dapat membantu keamanan di dalam negara dan instrumen penegakan hukum.

Kalaupun anda adalah rakyat yang mengaku para negarawan. Politisi, Pejabat dan PNS utamanya. Maka jadilah warga negara yang dalam hidupnya memfokuskan diri dalam membenahi negara, perpolitikan dan  pemerintahan. Seperti para pendiri negara dan perancang konstitusi yang di masa lalu bukan tersandera oleh gaji berapa dan jabatan apa. Melainkan bagaimana saling mengalah. Menurunkan ego agar dapat memerdekaan bangsanya dan mendirikan negara yang kuat bagi para rakyatnya. Dengan wilayah yang sangat luas. Negara ini bukan hanya butuh satu orang negarawan. Dibutuhkan banyak sekali para politisi, pejabat yang berjiwa negarawan sejati kedepannya. Negarawan yang layak menjadi panutan warga negara. Karena kalian yang berperan di lini negarawan, erat kaitannya dengan pengaruhnya dalam mengkonstruks pemikiran dan perilaku warga negara.

Rakyat yang kaum ilmuan dan cendekia. Jika kalian adalah rakyat yang kemudian memilih lajur hidup menjadi seorang ilmuwan. Misalnya guru, dosen, profesor dan peneliti. Maka curahkanlah yang terbaik dalam mempelajari ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut untuk perbaikan negara. Melalui proses pengabdian keilmuan untuk kemajuan masyarakat. Para ilmuan dan cendekia ini tergolong masih sedikit di republik ini. Khususnya pada ilmuwan teknologi dan ilmuwan eksakta. Hingga saat ini kita belum mampu memberi terobosan-terobosan yang secara faktual dapat membangkitkan pengembangan teknologi negara. Namun di rumpun non ilmu eksakta, negara kita merupakan yang terdepan. Di masa mendatang peran rakyat ilmuan dan cendekia ini semakin dibutuhkan. Negara sangat berkewajiban besar dalam mendukung dan mengayomi mereka. Jangan sampai terjadi kembali, kejadian terlantarnya para ilmuwan produktif yang kemudian lebih diterima bahkan diambil sebagai warga negara lain. Dan penemuan-penemuannya pun lebih berdampak pada negeri lain. Bukan negeri tanah lahirnya, Indonesia.

Nah, jika kamu adalah rakyat yang meniti hidup di jalan seniman dan budayawan. Maka tanggung jawab besar sebagai penjaga identitas bangsa adalah di pundak kalian. Seorang budayawan bukan saja mereka yang berkecimpung dengan dunia kesenian budaya. Setiap mereka yang menciptakan hal baru adalah budayawan. Rakyat bertipe budayawan ini juga mengcangkup para tokoh yang menjaga dan melestarikan tradisi lokalitas. Mereka juga adalh yang aktif meneliti dan menuliskan sejarah peradaban masa lampau. Para film maker, pemusik, penulis buku, pengarang, raja-raja lokal, sultan, pemimpin adat yang tetap melestarikan tradisinya juga merupakan budayaan. Dan rakyat di lini tersebut, seharusnya bukan hanya dijadikan komoditas hiburan dan wisata oleh negara. Di masa mendatang, posisi para seniman dan budayawan untuk menjadi pilar penguat entitas kebangsaan akan semakin diperlukan. Mengingat arus liberasi budaya luar semakin menipiskan identitas warga negara Indonesia. Seharunya kitalah produsen industri kreatif bagi dunia luar. Bukan hanya menjadi konsumen yang kecanduan karya-karya bangsa lain.

Jika anda adalah rakyat yang berkecimpung menjadi seorang wartawan dan jurnalis media massa. Pemilik media pemberitaan swasta maupun jurnalis independen. Peran kalian sebagai pilar negara juga sangat penting. Apalagi dunia informasi kini semakin melesat jauh. Sejak masa perjuangan kemerdekaan peran rakyat tipe ini dalam mempengaruhi persepsi publik sangatlah massif. Mengingat dasar negara kita tidak melarang dan membatasi pemberitaan, maka ke depan rakyat tipe wartawan tersebut akan semakin mendominasi dalam mensublimasi karakter warga negara. Untuk itu diperlukannya counter negara dalam membina tokoh-tokoh media tesebut. Demi melahirkan dan mendidik para jurnalis rakyat yang memegang idealisme dan fakta dalam pemberitaan. Apalagi dengan munculnya berbagai media sosial berbasis online yang kemudian hari melahirkan pemberita-pemberita individu yang dapat dengan bebas menginsformasikan apa saja yang di kehendakinya. Mereka pemberita individu yang termasuk rakyat tipe wartawan akan menjadi penentu kebangkitan negara. Jika mampu memposisikan diri sebagai jurnalis pencari kebenaran. Bukan merasa yang paling benar.

Peran rakyat pengusaha mandiri dengan berbagai lini profesi-profesi lain juga sangat vital. Pedagang, peternak, pengusaha kreatif dan umkm hingga pedagang-pedagang kelas kakap adalah contoh-contoh warga negara yang kemudian menjadi penggerak negara dalam berbagai profesi yang di tekuninya. Sejak masa lalu leluhur kita dalam hal profesinya tidak bisa di lepaskan pada dunia agraris dan maritim. Begitupun sejak berdirinya NKRI. Kebanyakan warga negara dalam mencukupi kebutuhan hidupnya tetaplah tidak bisa jauh dari potensi agraris dan maritim tersebut. Potensi agraris yang melahirkan para petani dengan kesederhaannya tersebut di masa depan akan menjadi pilar ketahanan pangan negara. Dan saatnya petani kita dibina menjadi menjadi petani modernis dan berdikari namun sadar akan kearifan lokal. Potensi maritim negara Indoensia sebagai negara yang memiliki kekayaan laut dan bentangan laut yang luas dan strategis bukan hanya dapat melahirkan mata pencaharian nelayan. Jalur laut tersebut dapat di optimalkan sebagai jalur perdagangan lintas dunia seperti di masa leluhur kita dahulu. Kedepan rakyat petani dan nelayan ini harus semakin memahami peluangnya, negara di butuhkan dalam mengoptimalkan skill mereka untuk bukan hanya memproduksi namun juga dapat menjadi pengusaha agraris dan maritim yang memahami geosio ekonomi perdagangan dunia internasional. Selain profesi agraris dan maritim negara kita dengan potensi warga negara yang begitu banyaknya serta kekayaan bumi yang melimpah  adalah anugerah tuhan yang maha kuasa. dimana negara harus memperkuat warga negara untuk membangun keprofesian sesuai yang dicintainya. Di masa depan tantangan dengan adanya bonus demografi atau meledaknya jumlah usia produktif pemuda siap bekerja adalah pekerjaan rumah maha berat bagi negara, pemerintah dan juga rakyat profesi tersebut.

[]Di manakah peranmu sebagai rakyat saat ini kawan? Tulis di kolom komentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun