Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Kepada Leluhur Nusantara (Chapter 8)

25 Desember 2021   10:48 Diperbarui: 25 Desember 2021   11:12 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PATRIOT YANG TAK PERNAH HABIS UNTUK DIPELAJARI DARI SEGALA RANAH DAN BERBAGAI ERA

Membincang pemikiran tokoh-tokoh peradaban Nusantara klasik, kurang lengkap rasanya jika tak mengulas tokoh sentral dari Kerajaan Majapahit. Setiap orang Indonesia hampir pasti mengetahui Majapahit, bahkan mungkin hampir seluruh sejarawan dunia telah mengenal kerajaan yang satu ini. Kenapa demikian, karena Majapahit adalah salah satu kerajaan di Nusantara yang pernah menggoreskan tinta emas di dalam sejarah peradaban umat manusia  di dunia. Hal itu bukan hanya diakui oleh bangsa kita saja, yang notabene adalah bangsa pewaris sejarah peradaban manusia Majapahit. Kegemilangan pencapaian peradaban Majapahit juga diakui oleh dunia internasional, salah satunya adalah PBB atau United Nations (UN).

UNESCO, lembaga kebudayaan PBB secara resmi telah menetapkan naskah Kakawin Nagarakretagama sebagai daftar ingatan dunia atau Memory Of The World. Naskah Kakawin Nagarakretagama yang diakui oleh UNESCO tersebut merupakan warisan peradaban Kerajaan Majapahit. Kerajaan paling masyhur yang menjadi spirit para 'Bapak Pendiri Indonesia' dalam mencapai kemerdekaan dan persatuan NKRI. Karena Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan pertama yang berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara Raya di masa lampau.

Seluruh perdikan, suku bangsa dan penduduk di kepulauan Nusantara pernah menjadi bagian dari kesatuan persemakmuraan dari Kemaharajaan Majapahit. Keberhasilan politik persatuan Nusantara Majapahit tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran tokoh kharismatik yang berada dibalik layar pemerintahannya. Tokoh kharismatik di balik pencapaian besar Majapahit tersebut tak lain dan tak bukan adalah Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada. Sosok patriot Majapahit yang tak pernah habis kita gali dan pelajari hingga kini.

Bicara tentang peran seorang tokoh dalam perkembangan sebuah kerajaan, rata-rata yang lebih dikenal dan terkenal adalah peran para pendirinya atau raja-raja yang pernah memimpin kerajaan tersebut. Namun berbeda kisah dengan Majapahit. Ada hal menarik dari kerajaan Majapahit ini. Dalam tiap pembahasan Kerajaan Majapahit, hampir bisa dipastikan akan menyinggung peran tokoh bernama Gajah Mada. Meskipun tokoh ini bukanlah pendiri maupun raja yang pernah memimpin Kerajaan Majapahit. Namun keberadaannya, sangat berpengaruh dalam jatuh bangun dan perkembangan peradaban Majapahit. Bahkan sepak terjang Gajah Mada, akhirnya lebih masyhur dan menjadi minat utama penelitian tentang Kerajaan Majapahit dibandingkan tokoh pendirinya sendiri, yakni Raden Wijaya.

Gajah Mada adalah tokoh Nusantara klasik yang hidup di awal abad ke-14 Masehi. Namun diperkirakan ia telah lahir di penghujung akhir abad ke-13 Masehi. Sebelum menjadi negarawan agung, Gajah Mada adalah anak rakyat biasa di salah satu desa di Kerajaan Majapahit. Dikisahkan, ia harus 'tirakat' menempa dirinya sangat keras untuk bisa lolos menjadi prajurit kerajaan. Atas kerja kerasnya tersebut, akhirnya Gajah Mada kemudian terpilih menjadi kepala pasukan 'bhayangkara'. Pasukan Bhayangkara adalah pasukan khusus pengawal raja di Kerajaan Majapahit.

Terlihatnya peran Gajah Mada di percaturan politik Kerajaan Majapahit terjadi paska wafatnya Raden Wijaya. Saat itu, terjadilah sebuah kekacauan di dalam negeri akibat pemberontakan kudeta kekuasaan. Propaganda pemberontakan tersebut menyasar pembunuhan kepada putra mahkota majapahit yakni Prabu Jayanagara. Jiwa patriotisme dan nasionalisme Gada Mada mulai tercatat di perjalanan sejarah Majapahit sejak peristiwa tersebut. Ia memilih menyelamatkan nyawa Prabu Jayanagara daripada memihak kelompok pemberontak. Karena Prabu Jayanagara ia anggap sebagai penerus sah raja selanjutnya di Kerajaan Majapahit.

Gajah Mada juga berhasil menumpas pemberontakan dan mengembalikkan stabilitas keamanan negara. Atas prestasi dan jasa besarnya tersebut, ia kemudian diangkat oleh Prabu Jayanegara sebagai patih. Gajah Mada diamanahi menjadi patih di salah wilayah nagara (baca: provinsi) Kerajaan Majapahit. Sebuah amanah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Gajah Mada. Karena ia sadar, dia bukan terlahir sebagai anak kalangan bangsawan. Gajah Mada akhirnya menjadi Patih di Kahuripan, dua tahun berselang ia pun diangkat menjadi patih di Daha.

Menjadi patih selama dua kali ditempat yang berbeda semakin mematangkan pemikiran ikhwal ketatanegaraan Gajah Mada. Ia juga terkenal sangat berbakti kepada negara. Banyak nagara-nagara kecil yang berniat memberontak, seperti Nagara Sadeng dan Keta. Gajah Mada dengan lihai pun menaklukkan pemberontakan-pemberontakan itu. Akhirnya nagara-nagara tersebut pun kembali ke pangkuan pemerintahan pusat Majapahit. Gajah Mada juga sangat menaruh hormat kepada semua pemimpin negaranya. Meskipun di masanya menjadi patih, terjadi beberapa pergantian kepemimpinan negara. Terbukti saat Gajah Mada menjadi patih di Kahuripan, ia sangat sopan meski dipimpin oleh seorang wanita. Seorang putri mahkota Majapahit bernama Tribuana Wijayatunggadewi yang kelak menjadi rajanya.

Ketika putri mahkota Tribuana Wijayatunggadewi menjadi Maharani Majapahit, dia membutuhkan sosok Mahapatih untuk menemaninya mengurus pemerintahan. Maharani Tribuana Wijayatunggadewi tahu, bahwa sosok paling tepat di saaat itu adalah Gajah Mada. Gajah Mada yang ia kenal di Nagara Kahuripan adalah sosok ksatria, bijaksana, fasih berbicara, teguh, tangkas, tenang namun tegas, cerdik serta jujur. Sehingga ia sangat yakin untuk memberikan amanah Mahapatih Amangkubumi kepada Gajah Mada. Dengan meminta pertimbangan kepada guru spiritualnya, akhirnya Gajah Mada menerima tawaran Maharani Tribuana Wijayatunggadewi.

Dari sinilah, petualangan Gajah Mada yang masyhur dan legendaris itu dimulai. Pelantikan Gajah Mada sebagai Mahapatih Amangkubhumi dihadiri oleh seluruh pimpinan kerajaan dan disaksikan seluruh rakyat Majapahit. Karena bertepatan dengan perayaan hari lahir kerajaan. Saat dilantik, Gajah Mada dengan gagah berani menyampaikan sebuah janji politik yang agung untuk dan demi Majapahit. Bahkan gurunya sendiri pada awalnya meragukan pelaksanaan janji politik Gajah Mada yang kemudian disebut 'Sumpah Palapa' yang melenga hingga sekarang itu. Pidato 'Sumpah Palapa' berisi visi-misi Gajah Mada  yang akan menyatukan seluruh Nusantara, untuk membangun Persemakmuran Kemaharajaan Majapahit. Ia bersumpah akan 'puasa' dengan tidak akan menikmati kemewahan duniawi sebelum berhasil menyelesaikan sumpahnya tersebut.

Seluruh hidup Gajah Mada akhirnya dicurahkan untuk melaksanakan 'Sumpah Palapa' yang ia janjikan kepada rakyat  dan pemimpin majapahit tersebut. Diperkirakan, Gajah Mada baru berhasil menyatukan seluruh Nusantara dalam kurun waktu dua puluh tahun. Gajah Mada membangun angkatan militer terkuat dan tercanggih di zamannya. Kapal angkatan laut Gajah Mada panjangnya hingga 70 meter, sudah dilengkapi meriam dan ribuan prajurit yang bersenjata api.

Selain militer, banyak bidang lain yang juga ditata ulang oleh Gajah Mada saat menjadi 'kepala pemerintahan' Kerajaan. Insfrastruktur pelabuhan perdagangan ia bangun di seluruh kepulauan Nusantara dengan mengutamakan pertahanan dan keamanan rakyat. Perekonomian rakyat Majapahit pun terus meningkat. Pendidikan, seni, budaya, sistem hukum dan birokrasi pemerintahan. Gajah Mada juga dipercaya tokoh yang merumuskan kitab undang-undang hukum Majapahit yang bernama Kutara Manawa Dharmasahtra.

Pengabdian Gajah Mada untuk bangsa dan negaranya bertahan hingga di tiga periode raja Majapahit. Sejak masa kepemimpinan Prabu Jayanagara, Maharani Tribuwana Wijayatunggadewi hingga Prabu Hayam Wuruk. Gajah Mada pun akhirnya berhasil membawa Persemakmuran Kehamaharajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan emasnya di masa Prabu Hayam Wuruk.

Akhirnya, setelah selesai menyelesaikan cita-cita besarnya menyatukan Nusantara, Gajah Mada memutuskan untuk pensiun. Ia tanggalkan jabatan besarnya sebagai Mahapatih Amangkubhumi. Tidak ada kabar yang menyatakan bahwa Gajah Mada selesai dari puasa sumpahnya. Seperti menikah, punya anak dan menikmati kemewahan dan kekayaan Majapahit. Di penghujung hidupnya, Gajah Mada  dikisahkan menyepi dari kegelimangan istana dan kembali menjadi rakyat biasa di desanya. Tak lama berselang, ia dikabarkan meninggal karena sakit keras. Meskipun jasanya tak terhingga untuk Persemakmuran Kemaharajaan Majapahit, ia tidak pernah meminta  penghormatan keistanaan di akhir hayatnya.

Bagaimana dan dimana tempat kematian Gajah Mada juga masih terdapat berbagai pendapat dan kontroversi hingga saat ini. Tidak ada sumber bukti spesifik tentang bagaimana akhir hayat Gajah Mada. Namun, pendapat yang paling logis adalah Gajah Mada meninggal karena sakit. Begitupun tempat dimana ia menghabiskan sisa waktu hidupnya. Ada pendapat bahwa Gajah Mada kembali ke tanah kelahirannya di Kahuripan dan dimakamkan bersama ibunya di sana.

Di lamongan, terdapat sebuah makam di Bukit Gunung Ratu yang dipercaya masyarakat sejak dahulu sebagai makam ibu Gajah Mada. Di dekat Bukit Gunung Ratu tersebut juga ada sebuah kecamatan yang bernama 'Modo' yang diperkirakan  adalah  petilasan akhir hayat Gajah Mada. Hampir sama dengan kisah bagaimana kematian Gajah Mada, tempat kelahiran dan kehidupan masa kecil Gajah Mada juga masih diperdebatkan hingga kini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Gajah Mada sebenarnya bukan keturunan rakyat jelata.

Gajah Mada juga diyakini cucu dari Prabu Kertanagara lewat galur selirnya. Prabu Kertanagara adalah raja terakhir Kerajaan Singhasari sebelum kerajaan tersebut runtuh. Hal itu berdasarkan bukti bahwa saat Gajah Mada menjadi mahapatih, ia mendirikan sebuah 'caitya' atau bangunan suci untuk menghormati kematian Kertanagara. Caitya Kertanagara itu kemudian saat ini bangunan itu dikenal menjadi Candi Singhasari.

Namun apa yang dilakukan oleh Gaja Mada untuk Kertanagara tersebut bisa ditafsirkan bukan karena ia adalah cucu Kartanegara. Pembangunan caitya atau bangunan suci untuk Kertanagara tersebut bisa ditafsirkan, sebuah bakti Gajah Mada untuk tokoh inspirator pergerakan ke-nusantaraan-nya. Karena misi Dwipantara Mandala dari Prabu Kertanagara dipercaya adalah konsepsi wawasan yang menginspirasi Sumpah Palapa Gajah Mada.

Saking masyhurnya tokoh Gajah Mada ini, bahkan di legenda lokal banyak sekali kisah yang memuji-mujinya. Bahkan ada sebuah hipotesa dari masyarakat muslim Nusantara bahwa Gajah Mada itu sebenarnya telah beragama Islam. Ada pula hikayat jika Gajah Mada pada saat dikandung ibunya telah menjadi cabang bayi yang akan dititipi ruh Wali Abdal (dimasa itu) yang memiliki misi menumbali tiap wilayah Nusantara agar ramah terhadap dakwah Islam di Nusantara. Wali Abdal sendiri adalah sebutan bagi pimpinan Waliyullah sedunia. Wallahu A'lam.

Yang jelas, beberapa sumber bukti otentik dan ilmiah yang menjadi pendukung keberadaan tokoh bernama Gajah Mada terbilang hanya sedikit. Tak semasyhur kisah tutur-tutur yang beredar di masyarakat. Beberapa sumber itu seperti Prasasti Gajah Mada (1351), Kakawin Nagarakretagama dan Kitab Pararaton dan Kidung Sunda. Namun untuk dua sumber bukti terakhir yakni Kitab Pararaton dan Kidung Sunda tersebut banyak yang meragukan keotentikannya. Karena dicurigai keduanya adalah buatan misionaris asing dimasa penjajahan Belanda. Karena isi dua naskah kuno yang dicurigai palsu itu bertujuan untuk mengaburkan sejarah leluhur Nusantara khususnya Gajah Mada dan Wangsa Rajasa. Karena saat itu, Gajah Mada dan Majapahit merupakan simbol persatuan dan kebangkitan pergerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam perlawanan kolonialisme.

Gajah Mada di Kidung Sunda hanya dikisahkan sebagai tokoh penjajah yang sangat bernafsu dengan kekuasaan dan pembunuh keluarga Kerajaan Sunda. Sehingga masyarakat Sunda hingga kini terhegemoni oleh adu domba naskah buatan misionaris penjajah tersebut. Sedangkan Kitab Pararaton, juga menggambarkan bagaimana raja-raja keturunan Wangsa Rajasa selalu diwarnai pertumpahan darah dalam kisah suksesi kepemimpinan kerajaan. Raja -raja dari Wangsa Rajasa di Kerajaan Singhasari dan Majapahit diceritakan adalah keturunan Ken Arok yang seorang perampok dan pembunuh yang ambisius dengan wanita dan kekuasaan.

Padahal tidak pernah ada tokoh Ken Arok seperti kisah Kitab Pararaton sebagai pendiri Wangsa Rajasa di dalam naskah asli Majapahit yakni Kakawin Nagarakretagama. Jadi, sebenarnya leluhur para raja Kerajaan Singahasari dan Majapahit merupakan keturunan Prabu Rangga Rajasa Pendiri Wangsa Rajasa. Prabu Rangga Rajasa adalah tokoh pahlawan bijak pendiri Kerajaan Singhasari yang memiliki negeri subur dan rakyat yang  makmur. Pemersatu tanah Jawa yang saat itu terpecah menjadi dua negeri yakni kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala sepeninggal Prabu Airlangga.

Terlepas dari berbagai kontroversinya, Gajah Mada dan Majapahit tetaplah simbol utama kejayaan masa silam Nusantara yang lebih dari sempurna untuk barometer masa depan Indonesia. Gajah  Mada adalah tokoh Nusantara klasik yang serba lengkap dalam pemikiran dan pergerakan. Negarawan sekaligus filsuf yang mengajarkan idealisme sebagai patriot bangsa.  Gajah Mada adalah mentor bagi generasi muda Indonesia yang ingin bersungguh-sungguh dalam menempa dirinya. Meningkatkan pengetahuan ketatanegaraan, kebangsaan dan melawan neo-pemberontakan di Indonesia masa kini.

Kebijaksanaan, ketegasan pengambilan keputusan dan serta komitmen pencapain janji politik Gajah Mada adalah teladan bagi para politikus Indonesia. Pemikiran Gajah Mada tentang strategi memenangkan pertempuran politik sebenarnya tidak kalah dengan gagasan-gasasan politik level dunia. Seperti gagasan politik filsuf China Sun Tzu yang legendaris yakni Art Of War. Apalagi jika cuma dibandingkan gagasan politik Renaisans dari Niccolo Machiavelli. Kewibawaan sikap dan kekuatan tirakat duniawi Gajah Mada merupakan karakter wajib yang harus dimiliki oleh setiap rakyat Indonesia masa kini dan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun