Mojokerto (Trowulan, 14/08)- "Jika ada yang menginginkan advis tentang pendirian atau pengelolaan pendidikan, tanyalah Pak Sinin!" begitu kata seorang kolega. Saya berpikir, "Benar juga ya? Sebagai salah satu adik beliau, kadang kehebatan itu tak nampak, tertutupi oleh kedekatan personal dan dinamika keluarga."
Memang harus diakui Pak Sinin sangat _passionate_ di pendidikan. Belum genap berusia 20 tahun  beliau memulai karir dari menjadi guru MI Amiruddin, SMP Walisongo, dan madrasah diniyah Darul Hikmah.Â
Dalam usia 23 tahun dan masih berkuliah beliau menjadi salah satu sosok penting dalam membidani pendirian MTs Darul Hikmah Kedungmaling pada akhir 80-an dan dilanjutkan banyak sekali lembaga pendidikan lahir dari peran tangan dingin beliau.Â
Beberapa di antaranya: MA Darul Hikmah, MTs Amiruddin, MTs/MA Sabilunnajah Sidoarjo, MA Raudlatul Ulum, MTs Darul Ma'arif Bangsal, MTs Al Hikmah Jetis. Ya, beliau memulai berjuang dalam dunia pendidikan dalam usia sangat muda.
Aktivitas mengajar dan mengelola pendidikan sempat vakum karena beliau mendapatkan beasiswa S2 ke IPB (Institut Pertanian Bogor) pada tahun tahun 1997-2000. Setelah lulus S2 beliau langsung "tancap gas" dengan bergabung dengan Universitas Darul 'Ulum Jombang sambil tetap melanjutkan pengelolaan madrasah yang sempat beliau dirikan.Â
Di Undar beliau dipercaya sebagai sekretaris prodi Magister Psikologi Pendidikan pada Program Pascasarjana kemudian beliau membidani pendirian prodi Diploma-2 PGMI/PGRA sekaligus ketuanya. Saat belum ada larangan adanya kelas jauh, beliau mengelola perkuliahan Undar di berbagai daerah di Jawa Timur, Bali dan lain-lain.
Putra keempat dari pasangan KH. Nur Cholish Ahmad dan Nyai Hj. Siti Asiyah ini kemudian dipercaya sebagai ketua LP. Ma'arif NU Kabupaten Mojokerto pada 2008-2013 sambil menyelesaikan pendidikan doktornya di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Â
Saat menjadi ketua LP. Ma'arif NU, beliau masih sempat mendirikan beberapa lembaga pendidikan baru tingkat dasar dan menengah di wilayah Mojokerto sampai akhirnya memutuskan untuk mendirikan perguruan tinggi dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah NU Al Hikmah Mojokerto pada 2013.
Salah satu kesan mendalam dari beliau adalah pribadi yang suka memberi kemudahan. Tidak terhitung banyaknya santri/murid, mahasiswa, kolega, guru-guru yang dibantu oleh beliau.Â
Sebagai seorang akademisi, tentu saja beliau ketat dalam persoalan akademik bahkan memiliki standar yang sangat tinggi dalam keilmuan, namun dengan proses diskusi bersama biasanya menjadi mudah. Ide-ide segar dan solusi jalan keluar seakan tak pernah habis jika berdiskusi bersama beliau.
*Pekerja Keras dan Ahli Riyadhah*
Pak Sinin adalah sosok seorang pekerja keras sebab mengelola lembaga pendidikan butuh sumber daya yang besar dan harus berimbang antara kebutuhan pribadi, keluarga dan keberlangsungan institusi. Jatuh bangun dalam persoalan ekonomi menjadi hal biasa bagi beliau namun tidak ada kata menyerah.Â
Beliau meyakini bahwa tidak ada kata rugi dalam berinvestasi di dunia pendikan sebab sebagai seorang santri semua diniatkan untuk ibadah, mengabdi pada Allah SWT.
Di samping berikhtiyar secara dzahir, Pak Sinin tidak pernah melupakan _riyadhah_ (olah jiwa). Berpuasa, wirid, membaca manaqib dan lain-lain selalu beliau lalukan. Pernah suatu ketika beliau mendapatkan tantangan dari gurunya, yakni KH. Basyaruddin Ismail untuk membaca Surat Waqi'ah sebanyak 4444 kali dan tanpa ragu sedikitpun beliau jalani.Â
Sambil berpuasa, beliau kemudian uzlah ke makam Syaikh Ibrahim Samarqandi selama beberapa hari. Jika ada suatu persoalan yang mendesak misalnya, beliau sering memilih untuk berpuasa selama beberapa hari bahkan sampai 40 hari.
Pemikiran-pemikiran besar dan impian beliau akhirnya tidak diimbangi kesehatan akibat kemampuan fisik yang semakin menurun. Sejak melaksanakan ibadah haji pada 2006 beliau terdiagnosa Diabetes. Setelah berjuang selama puluhan tahun, kira-kira dua tahun terakhir beliau kehilangan penglihatannya. Hal itupun tidak pernah menyurutkan semangat beliau.Â
Dalam keadaan tanpa penglihatan beliau tetap beraktivitas dengan impian-impiannya sampai akhirnya pada 13 Agustus 2022 pagi, beliau harus menghadap sang khalik dalam usia 55 tahun setelah seminggu dirawat di RSI Sakinah akibat gagal ginjal. _Innalillahi wainna ilaihi raijun.._ Selamat jalan sang kakak, guru dan orang tua kami![red]
Riwayat Singkat Dr. H. Muhsinin Cholish, M.Si.
Lahir: Mojokerto, 29 Desember 1966
Nama Istri: Masfiyah Qomari, S.Ag.
Nama Anak:
1. Rahmat Sirojuddin Muhtar
2. Elok Jauharotuz Zakiyah
3. Rizky Aulia Hadiwijaya
4. Rosyidah Alfin Kamilah
Alamat:
Pesantren Al Hikmah / Kampus-2 STITNU Al Hikmah
Blendren Watesumpak Trowulan Mojokerto
Kontributor: Ulil Abshor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H