Kabuaten Serang, Desa Sindanglaya merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang – Banten, dimana banyak masyarakatnya yang masih mengandalkan perekonomiannya dari hasil alam untuk dijadikan sebagai tonggak pencarian nafkah dalam menghidupi keluarga.
Di Desa Sindanglaya khusunya Kampung Ciparay merupakan sebuah daerah pedesaan yang posisinya terletak dekat dengan pusat perkotaan di Kabupaten Serang, dimana potensi daerah tersebut menghasilkan komoditas berupa emping melinjo yang merupakan hasil usaha produksi masyarakat.
Bertolak belakang dari perkembangan teknologi saat ini yang sangat cepat di berbagai bidang khususnya dibidang pertanian dan perkebunan termasuk dalam pengolahannya mulai dari peralatan mesin yang digunakan sampai dengan bidang pemasaran yang berbasis teknologi informasi, berbeda dengan Kapung Ciparay Desa Sindanglaya.
Dari hasil survey Tim Pengabdian Kepada Masyarakat program dari Dikti yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa Universitas Darma Persada dan Universitas Esa Unggul serta keterangan dari pelaku usaha, dimana dalam pengolahan emping melinjo masih menggunakan cara manual dan manajemen pemasaran masih mengandalkan tengkulak yang mengambil hasil produksi emping melinjo.
Menurut salah satu warga pelaku usaha emping melinjo, “dimana kampung Ciparay banyak yang membuka usaha pembuatan emping melinjo, dalam pengolahan emping melinjo mereka mendapatkan bahan baku yang mudah dari daerah sekitar lokasi sebab di daerah tersebut banyak ditanam pohon melinjo yang hasil panennya siap untuk diolah menjadi emping melinjo,” ungkapnya.
Perlu diketahui bahwa emping melinjo merupakan jenis makanan ringan yang bisa langsung dikonsumsi atau sebagai makanan pendamping makanan utama seperti sup atau makanan berkuah yang banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia.
Dari hasil survey Tim Program Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Darma Persada dan Universitas Esa Unggul, Desa Ciparay yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa, dimana dalam pelaksanaannya diketuai oleh Didik Sugiyanto, ST.,M.Eng. yang beranggotakan Dr. Agus Munandar, SE, M.Sc., Dr. Ir. Budi Sumartono, MT. dan 6 orang mahasiswa yang berasal dari dua universitas.
Untuk hasil survey lokasi dalam pembuatan emping melinjo dalam pengolahannya tergolong cukup sederhana yaitu biji melinjo hasil dari perkebunan yang sudah matang dikupas kulitnya yang lunak kemudian diambil bijinya yang masih ada cangkangnya.
Selanjutnya emping melinjo yang masih ada cangkangnya tersebut disangrai atau digoreng menggunakan pasir laut sampai tingkat kematangan yang sudah ditentukan untuk mengolahnya dibuka cangkangkanya dengan cara dipukul menggunakan pukul besi kemudian diambil bijinya yang berwarna putih kemudian diproses pemipihan sampai membentuk bulat pipih.
Dalam proses penyajian ada dua cara sebelum digoreng menjadi hidangan untuk dikonsumsi yaitu dengan cara dikeringkan dijemur dibawah sinar matahari sampai kering ada yang langsung digoreng setelah diproses pemipihan, hal ini tergantung dari permintaan pasar.
Dari hasil survey lokasi pada waktu yang sama diketahui bahwa pemasaran emping melinjo juga masih tergolong biasa yaitu dengan cara mengandalkan para tengkulak yang datang ke lokasi untuk membeli hasil produksi emping melinjo mereka.
Menurut Ketua Mitra Pengabdian Masyarakat dimana dalam pelaksanaan program ini siap mendukung dan ikut berperan untuk meningkatkan kesejateraan khususnya Kampung Ciparay Desa SIndanglaya, dimana ketua mitra juga sebagai ketua Koperasi Koperasi Inti Tunas Harapan Jaya yang beranggotakan pelaku usaha pengolahan Emping Melinjo, mengantakan bahwa:
“Masalah dalam pengolahan emping melinjo adalah pada proses pemipihan yang dilakukan setelah proses sangrai dan pengupasan, dimana dalam proses pemipihan tersebut membutuhkan orang yang terbiasa dalam memipihkan atau menumbuk emping melinjo menjadi bentuk bulat dengan ketipisan yang sudah ditentukan.
Selain itu dalam proses pemipihan juga memerlukan waktu lama karena harus satu-satu, sehingga pada waktu hari-hari khusus seperti menjelang ramadhan atau hari lebarang permintaan sangat banyak dan dari pihak pelaku produksi membatasinya”
Menurut para pelaku usaha yang memproduksi emping melinjo, dalam bidang pemasaran mereka mengatakan bahwa:
“Untuk penjualan emping melinjo saat ini sebagian besar mereka mengandalkan para tengkulak dan pembeli yang datang langsung ke lokasi untuk membeli emping melinjo, untuk harga jual per kg Rp. 60.000,- untuk hari-hari biasa, tetapi untuk hari-hari tertentu bisa mencapai Rp. 150.000,- misalnya menjelang lebaran,” pungkasnya.
Berangkat dari hal tersebut maka Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Program Dikti yang dilaksanakan Universitas mencarikan solusi peningkatan produksi dengan membuat mesin penumbuk emping melinjo yang praktis digunakan dan mengurangi delai waktu sehingga menghasilkan produksi emping melinjo yang lebih banyak pada waktu permintaan banyak datang.
Selain itu juga melihat dari potensi yang ada, dalam manajemen pemasaran dimana para pengusaha emping melinjo kebanyakan masih mengandalkan para tengkulak yang datang untuk membeli hasil produksi mereka, hal ini tentunya harga jual yang didapat dari para pengusaha emping melinjo dibawah pasaran.
Melihat permasalahan tersebut maka Tim Pengabdian Khususnya dari Fakultas Ekonomi Universtas Esa Unggul mempunyai gagasan untuk meningkatkan potensi dalam bidang pemasaran yang tidak hanya mengandalkan dari para tengkulak tetapi bisa sampai pada konsumen langsung di seluruh Indonesia bahkah sampai ke luar negeri yaitu dengan cara memberi pelatihan manajemen pemasaran berbasis teknologi informasi dengan menyesuaikan sumber daya manusia yang ada di Desa Sindanglaya saat ini.
Dari hasil kegiatan tersebut mitra sangat antusias dan mendukung keberlanjutannya tidak hanya di bidang usaha emping melinjo, hal itu dikatakan oleh ketua mitra usaha yang menyampaikan bahwa:
“Dengan adanya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat sangat membantu pihak masyarakat di Desa Sindanglaya khususnya pelaku usaha emping melinjo dan para UKM pada umumnya di Desa Ciparai dengan adanya kegiatan ini membantu mempermudah dalam produksi emping melinjo serta menambah wawasan dengan adanya workshop pengembangan manajemen pemasaran yang berbasis teknologi informasi sehingga dapat memasarkan produk-produk mereka dengan mudah tanpa harus pergi ke tempat pembeli,” ungkapnya.
Kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan program pemerintah Kementerian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah mendukung sepenuhnya sehingga kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan dari Tim Pengabdian Kepada Masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H