pembelajaran, ketika mengajar kita tidak bisa melihat semua anak sama. Pelajar bukan kelompok, melainkan individu karena mereka punya minat, kemampuan, dan cara belajar yang berbeda-beda. Pengalaman mengajar di beberapa sekolah membuat saya memiliki banyak cara pandang mengenai proses belajar sampai mengenali profil pelajar. Ada dua aspek yang bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu menghargai proses dan mengapresiasi hasil (karya). Dua hal ini tidak bisa terlepas dari kata 'sukses'. Ada anak-anak dikelas saya yang memiliki cara belajar yang unik, mereka agak berisik karena mereka mempunyai kebutuhan mendengar lalu membicarakan apa yang mereka pelajari atau pikirkan. Saat kegiatan membaca, mereka read out loud, saat sedang berdiskusi, mereka think out loud. Saya memberi kesempatan kepada mereka untuk mengeluarkannya saja. Ada juga anak-anak yang lebih mudah memahami pelajaran jika segala sesuatu dituangkan menjadi gambar atau simbol (warna) dan lain sebagainya.
Dalam prosesJadi, di kelas saya ada beberapa pelajar dengan perbedaan cara mengolah dan mengekspresikan informasi, ini menjadi satu hal yang perlu digarisbawahi pada saat saya merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran. Selain itu, saya juga selalu mengingat bahwa anak juga memiliki kecepatan yang berbeda dalam menyerap atau memahami pelajaran yang diberikan. Latar belakang keluarga juga penting mendapat perhatian. Misalnya, anak-anak yang biasa bebas merdeka tanpa aturan atau rutin yang disepakati, tentu akan berbeda sikapnya di kelas. Untuk mengetahui latar belakang pelajar, saya melakukan kunjungan ke rumah, salah satu strategi yang dilakukan. Meskipun tidak semua siswa yang ada di sekolahan, akan tetapi pelajar yang membutuhkan perhatian khusus dan itulah yang saya kunjungi. Selain kunjungan ke rumah, saya juga melakukan strategi pendekatan seperti mengngajak anak untuk ketemuan, misal di warung (tempat anak-anak muda nongkrong). Tujuannya supaya anak tersebut mau bercerita mengenai permasalah yang dialaminya. Lebih tepatnya, saya mencari momen yang pas untuk mengenali dan anak tersebut mau untuk bercerita.
Anak akan menjadi dirinya sendiri ketika berada di tempat yang paling nyaman sehingga saya bisa melihat secara langsung kebiasaan-kebiasaan atau rutinitasnya seperti apa. Misalnya, cara belajarnya, apakah membaca bukunya atau mengerjakan tugas sambil duduk di meja atau sambil tiduran? Atau bahkan di depan televisi? Lalu bagaimana cara ia berkomunikasi dengan orang tua dan berinteraksi dngan keluarganya? Itu semua berpengaruh terhadap perilaku anak di sekolah dan gaya belajar di kelas. Tempat ia belajar tentu akan mempengaruhi posturnya. Jangan-jangan, anak ini tidak maksimal mengerjakan PR-nya karena posisi saat mengerjakan tidak mendukung atau tidak nyaman. Dari sana kita akan mengerti apa saja kebutuhan-kebutuhan mereka untuk bisa kita akomodasi di kelas. Ujian bagi guru sebenarnya adalah sejauh mana guru mampu membuat pelajaran yang maksimal bagi para pelajarnya.
Memahami pelajar menurut saya adalah sebuah proses yang panjang dan terus belajar. Memang sebetulnya, saya sudah mendapat bantuan berupa observasi di awal berupa tes-tes yang disediakan oleh sekolah serta kuisioner yang diberikan ke calon pelajar untuk mengetahui gaya belajar atau learning disposition mereka. Tapi, hasil dari sana tidak bisa dijadikan patokan atau tolok ukur utama. Observasi tidak bisa berhenti sampai di situ, melainkan harus terus dilakukan oleh guru setiap hari. Contohnya, hari ini saja saya baru benar-benar mengenali karakter salah satu pelajar setelah sekian lama berinteraksi. Sejujurnya, saya merasa pada saat ini tidak semua pelajar dapat saya tangani dengan baik. Pelajar yang menonjol saja yang kebutuhannya terjawab dan itu menjadi bahan refleksi saya. Tendensi kita sebagai manusia hanya melihat yang terlihat saja dan ia akan mendapat perhatian lebih banyak. Anak yang tidak muncul kadang terlewat. Di masing-masing kelas saya ada sekitar 6-7 anak seperti ini. Mereka kurang ekspresif dan cenderung introvert, perlu waktu lebih untuk menggali dan menemukan pendekatan yang sesuai. Untuk mengatasi kealpaan ini, saya lalu membuat catatan dan melakukan observasi setiap hari. Mungkin memang butuh waktu lebih banyak bagi saya untuk dapat memahami kelompok mereka.
Sebetulnya, ada satu momen yang cukup membantu guru untuk memahami pelajar-pelajarnya, yaitu sesi refleksi di akhir kelas. Rutinitas ini juga membantu saya mengetahui bagaimana proses berpikir seseorang anak dari jawaban yang mereka lontarkan. Mereka mengemukakan apa yang mereka inginkan, kesulitan apa yang mereka dapatkan hari itu, apa yang mereka paling suka, dan apa yang mereka tidak suka. Itu dapat menjadi masukan penting bagi saya dalam proses kegiatan pembelajaran ini. Misalnya, ternyata anak ini menyukai kegiatan A dan prosesnya atau sebaliknya, ada anak yang setelah menonton film yang saya putar malah menjadi  bingung. Saya lalu melakukan evaluasi lagi, apakah mungkin masalah menyiapkan anak-anak dengan kosakata baru yang mungkin akan muncul di film, dan sebagainya. Intinya, proses refleksi bisa menjadi sesi review yang penting sekali sebagai salah satu catatan untuk bekal kegiatan belajar mengajar selanjutnya.
Apakah sebagai guru saya pernah bosan menerapkan strategi ini? Jawabannya adalah tidak. Kalau capek, ya, it's a lot of work, tapi saya tidak pernah bosan karena saya melihat bahwa setiap anak itu unik. Dalam setiap pergantian kelas saya juga selalu menemukan hal yang berbeda, discovery terjadi setiap hari bagi saya. Hal tersebut mendukung dan mendorong saya untuk terus mencari tahu dan memahami lebih mengenai strategi atau pendekatan seperti ini. Justru inilah ujian bagi guru yang sebenarnya, sejauh mana kita mampu membuat pembelajaran yang maksimal bagi para pelajarnya; dan untuk melakukan pembelajaran yang maksimal bagi pelajar diperlukan juga pembelajaran yang maksimal dari pihak guru.
Manfaat yang saya rasakan dari menjalankan pendekatan ini adalah saya dapat menyediakan pembelajaran buat anak yang lebih otentik, benar-benar sesuai dengan apa yang mereka bisa. Tidak ada batasan untuk pelajar untuk bisa sukses dalam pembelajarannya. Perlu dipahami juga definisi sukses yang saya maksud bukan berarti  nilainya harus A terus, tetapi yang penting ia bisa memahami konsep-konsep utama yang ingin diajarkan dalam pembelajaran dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena sesungguhnya menurut saya, itulah tujuan pembelajaran utama di dalam hidup ini.
Respons pelajar terhadap pelajaran yang disampaikan  melalui strategi ini pastinya bervariasi, tergantung dari masing-masing anak. Tapi, saya baru saja terkesan dengan seorang pelajar yang menunjukan rasa terima kasihnya dengan jelas. Waktu itu, tujuan pembelajaran muatan lokal (Bahasa Jawa) kelas X adalah mengenai siswa mampu membuat dan nembang (menyanyikan) tembang macapat Pangkur. Inilah hal utama yang saya harapkan dari pembelajaran, anak-anak lebih bisa memahami apa yang mereka harus pahami, tujuannya tercapai, dan sikap pembelajaran itu jadi positif. Jadi, dengan cara mengenali profil pelajar dan mengetahui sifat maupun kegiatannya diluar sekolah, sangat penting bagi kita sebagai pendidik untuk bisa membantu mengembangkan bakat pengetahuan maupun keterampilan dari pelajar tersebut.
Satu pengalaman berkesan lainnya berkaitan dengan pelajar dengan pendekatan seperti ini, ada anak pencemas, bersikap takut-takut, dan sangat diam di kelas. Saya mencoba menjawab kebutuhan-kebutuhannya yang dapat membuat ia merasa nyaman saat belajar, misalnya dengan memberikan intruksi satu persatu, memberikan apresiasi, semangat dan motivasi, tidak sekaligus seperti anak lain. Alhamdulillah, lama-kelamaan anak tersebut dapat mengerjakan tugasnya secara mandiri dan lebih antusias mengikuti pembelajaran di kelas. Dari pengalam ini, setiap pendidik mempunyai cara masing-masing untuk memberikan pelayanan yang terbaik terhadap anak didiknya. Sayapun mencoba selalu memberikan yang terbaik untuk mereka, dari mengenali, menghargai proses sampai mengapresiasi hasil karya dari mereka-mereka yang akan meneruskan perjuanangan cita-cita bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H