Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - a life-long learner

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menulis Cerpen: Sebuah Panduan Praktis dan Inspiratif

23 Januari 2025   22:24 Diperbarui: 23 Januari 2025   22:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sebagai ilustrasi seorang pria sedang menulis (Sumber : Freepik)

Baru-baru ini, saya menemukan sebuah artikel luar biasa dalam buku Tin House's Writer Notebook 2 yang menawarkan kerangka sederhana untuk menulis cerpen, bahkan jika Anda belum pernah menulis sebelumnya. Artikel tersebut ditulis oleh Antonya Nelson, seorang penulis cerpen kawakan yang karya-karyanya telah diterbitkan di media bergengsi seperti The New Yorker. Langkah-langkah yang disarankan Nelson begitu sederhana namun jenius, sehingga saya merasa harus membagikannya kepada Anda. Mari kita eksplorasi sembilan langkah yang Nelson bagikan, saya padukan dengan beberapa contoh nyata dari sastra Indonesia.

1. Mulailah dari Pengalaman Pribadi

Menulis cerita dari pengalaman pribadi adalah langkah pertama yang ampuh. Cerita yang didasarkan pada pengalaman sendiri cenderung terasa autentik dan bermakna. Namun, jangan ragu untuk memodifikasi fakta agar cerita menjadi lebih dramatis atau menarik. Misalnya, jika Anda pernah menghadapi situasi kecil seperti kesalahpahaman di kantor, Anda bisa memperbesar konfliknya dalam cerita menjadi perseteruan besar yang memengaruhi karier tokoh utama.

Banyak penulis besar menggunakan pendekatan ini. Lihatlah karya Cerita dari Blora oleh Pramoedya Ananta Toer, yang terinspirasi dari kehidupan sehari-harinya di Jawa. Atau Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, yang menggambarkan isu sosial budaya di Minangkabau. Pengalaman mereka menjadi fondasi cerita yang kuat.

2. Gunakan Sudut Pandang yang Berbeda

Ketika menulis cerita, sudut pandang bisa menjadi alat yang kuat untuk memberikan kedalaman dan variasi. Cobalah menulis dari perspektif pasangan, tetangga, atau bahkan benda mati. Langkah ini memungkinkan Anda menemukan perspektif unik yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

Misalnya, dalam cerpen Kemarau karya A.A. Navis, narasi mengalir dari sudut pandang kepala desa yang menghadapi kekeringan di kampungnya. Perspektif ini memberikan pembaca pandangan yang intim terhadap dilema seorang pemimpin.

3. Batas waktu

Ketegangan dalam cerita sering kali tercipta ketika ada batas waktu atau tenggat yang harus dipenuhi. Tenggat ini tidak harus eksplisit, tetapi bisa menjadi ancaman yang selalu hadir di latar cerita. Misalnya, dalam Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi karya Seno Gumira Ajidarma, ada ketegangan tersirat ketika tokoh utama menghadapi situasi yang tidak biasa di sebuah apartemen.

Dengan menambahkan elemen waktu, cerita Anda akan terasa lebih dinamis dan memikat pembaca hingga halaman terakhir.

4. Gunakan Objek Bermakna

Objek dalam cerita tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi bisa memiliki makna simbolis atau fungsi penting dalam alur cerita. Contohnya, dalam cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam, keranjang tempat Sri membawa dagangan menjadi simbol perjuangan hidupnya. Objek seperti ini memberikan dimensi tambahan pada cerita Anda.

Anda juga bisa mencoba memberikan makna mendalam pada benda sederhana seperti jam tangan, cangkir teh, atau sepatu, yang dapat merepresentasikan sesuatu yang lebih besar dalam kehidupan tokoh.

5. Sisipkan Momen Transisi

Cerita yang baik sering berpusat pada momen transisi dalam kehidupan tokoh utama. Ini bisa berupa perubahan besar seperti pindah kota, perceraian, atau perubahan pekerjaan. Dalam Keluarga Gerilya karya Pramoedya Ananta Toer, transisi besar terjadi ketika keluarga tokoh utama harus menghadapi kehilangan di tengah perjuangan kemerdekaan.

Momen-momen transisi ini memberikan peluang untuk menggali emosi dan konflik yang dapat menyentuh hati pembaca.

6. Hubungkan dengan Peristiwa Dunia

Menambahkan elemen dunia nyata ke dalam cerita dapat membuatnya lebih relevan dan membantu pembaca merasa terhubung. Dalam cerpen Badai Menggila di Atas Nusa Laut karya Idrus, peristiwa alam yang nyata menjadi latar yang memperkuat cerita.

Sebagai contoh, Anda bisa memasukkan peristiwa seperti pandemi, bencana alam, atau tren teknologi untuk memberikan konteks yang aktual dan menarik pada cerita Anda.

7. Ciptakan Kekuatan Biner

Konflik sering kali muncul dari karakter yang bertolak belakang. Misalnya, dalam cerpen Orang-Orang Bloomington karya Budi Darma, oposisi antara kesendirian dan hubungan sosial menjadi tema utama yang kuat. Ketegangan antara dua hal yang berlawanan menciptakan dinamika yang menarik.

Di cerita Anda, cobalah menciptakan konflik antara dua karakter yang memiliki pandangan atau kepribadian yang bertolak belakang. Ini akan memberikan lapisan drama yang menarik bagi pembaca.

8. Gunakan Struktur Dramatis

Cerita yang kuat biasanya memiliki struktur yang jelas: eksposisi, aksi naik, klimaks, aksi turun, dan resolusi. Struktur ini tidak hanya membantu Anda mengorganisasi cerita, tetapi juga memberikan ritme yang memandu pembaca dari awal hingga akhir.

Sebagai contoh, dalam cerita klasik seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, struktur dramatis ini sangat terasa. Eksposisi memperkenalkan Zainuddin dan Hayati, aksi naik menciptakan konflik, klimaksnya menyentuh hati, dan akhirnya diakhiri dengan resolusi yang mendalam.

9. Bereksperimen

Langkah terakhir adalah bereksperimen. Cobalah sesuatu yang baru, seperti menggunakan narator yang tidak dapat dipercaya atau bentuk tulisan yang tidak konvensional. Eksperimen memungkinkan Anda mengeksplorasi batas-batas kreativitas. Bereksperimen memberikan kebebasan untuk menemukan gaya unik Anda.

Penutup: Biarkan Imajinasi Anda Mengalir

Kesembilan langkah ini bukanlah aturan yang kaku, melainkan panduan fleksibel yang dapat membantu Anda membangun cerita dengan fondasi yang kokoh. Dengan memadukan struktur dan kreativitas, Anda dapat menciptakan cerita yang tidak hanya menarik tetapi juga bermakna.

Ambillah pena Anda, atau buka laptop Anda, dan mulailah menulis. Jangan takut untuk mencoba, gagal, dan mencoba lagi. Karena pada akhirnya, cerita terbaik adalah cerita yang Anda tulis dengan hati.

Selamat menulis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun