Pernah saya dulu sekitar tahun 2007 di Polandia, saya dan teman-teman dari Indonesia mengalami kejadian lucu saat mencoba berkomunikasi dengan penduduk setempat. Saat kami hendak membeli daging untuk dimasak, karena keterbatasan kosa kata yang kami kuasai dalam bahasa Polandia, dan sebaliknya pedagang tersebut hanya mengerti bahasa Polandia, jadi kami harus menggunakan bahasa tubuh untuk menanyakan apakah daging tersebut halal atau haram bagi kami sebagai muslim.
Meskipun kami belum bisa berkomunikasi dengan lancar dalam bahasa setempat, kami cukup berhasil menirukan suara dan gerakan ayam juga menghindari memilih daging babi dengan cara yang cukup konyol.
Saya pernah mencoba berbicara bahasa Polandia kepada seorang pedagang lokal. Meskipun setiap kalimat saya salah, pedagang itu tetap menghargai usaha saya, dan pengalaman itu justru memberi saya kepercayaan diri lebih besar. Kesalahan bukanlah kegagalan; itu adalah bukti bahwa kita sedang mencoba.
4. Konsistensi Mengalahkan Intensitas
Banyak orang berpikir mereka perlu belajar selama berjam-jam untuk menjadi fasih. Namun, rahasia sebenarnya adalah konsistensi, bukan intensitas. Alih-alih belajar tiga jam setiap minggu, mendingan membiasakan mendengarkan podcast misalnya selama 10 menit setiap hari secara konsisten.
Sebagai contoh, dua orang ingin belajar bahasa Inggris. Yang satu belajar tiga jam setiap hari Minggu, sedangkan yang lain mendengarkan podcast 15 menit setiap hari. Siapa yang lebih mungkin menjadi fasih dalam setahun? Tentu saja yang kedua. Apakah kita membiasakan belajar setiap hari atau menunggu "momen sempurna" atau "nanti aja deh kalo ga sibuk"?
5. Belajar Bahasa Adalah Maraton, Bukan Sprint
Jika seorang pembelajar bahasa memiliki kebiasaan menuliskan di buku catatan setiap pencapaian kecil dalam jurnal bahasanya. Lambat laun, ia menyadari betapa banyak kemajuan yang telah ia buat, meskipun awalnya tampak kecil. Padahal, sukses itu adalah akumulasi dari memulai langkah kecil.
Sekarang kita memiliki semua prinsip penting untuk sukses dalam belajar bahasa. Namun, mengetahui saja tidak cukup, harus mengambil langkah nyata. Setiap penutur bahasa yang sudah menguasai beberapa bahasa memulai dari titik yang sama: ragu, gugup, dan sedikit takut. Tetapi mereka terus melangkah.
Belajar bahasa bukan hanya tentang berkomunikasi. Ini adalah tentang transformasi diri, melihat dunia dengan cara baru, dan membuktikan bahwa kita bisa. Jadi, mulailah hari ini, tetap konsisten, dan suatu hari nanti, kita akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa kita tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga membuka dunia baru.
Selamat menjalani prosesnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H