Dalam persahabatan, kita sering ingin membantu teman yang sedang menghadapi masalah dengan memberi saran atau nasihat. Tapi, pernah nggak sih merasa bahwa meskipun kita berniat baik, respons teman kita malah canggung atau bahkan defensif? Ternyata, nggak semua orang suka dinasehati, lho! Mari kita bahas kenapa bisa begitu dan bagaimana cara menyampaikan nasihat dengan bijak agar hubungan persahabatan tetap hangat dan nyaman.
Mengapa Orang Tidak Suka Dinasehati?
Banyak orang merasa tersinggung ketika diberi nasihat karena secara tidak langsung, nasihat bisa memberi kesan bahwa mereka dianggap tidak mampu atau ngerasa bodoh banget. Mereka ingin dianggap cukup bijak untuk menghadapi masalahnya sendiri, bukan seseorang yang harus selalu diceramahi atau diberi tahu.
Menerima nasihat, terutama jika bersifat kritis, bisa menyentuh ego dan harga diri seseorang. Kadang, ada rasa seperti "mengalah" ketika mendengar nasihat, seolah-olah mereka harus mengakui bahwa mereka salah atau kurang paham. Makanya, nggak jarang orang jadi defensif atau malah menghindar.
Kunci utama dari sebuah nasihat adalah cara penyampaiannya. Meskipun nasihat itu bagus, kalau disampaikan dengan cara yang terkesan menggurui atau memerintah, hampir pasti akan ditolak. Bahkan, nasihat terbaik sekalipun bisa tidak diterima kalau nadanya kasar atau tidak empatik.
Dalam keadaan stres atau tertekan, nasihat kadang malah terasa seperti tekanan tambahan. Alih-alih merasa terbantu, mereka justru semakin merasa terbebani.
Beberapa orang punya gaya belajar yang lebih praktis, yaitu lewat pengalaman pribadi. Mereka lebih suka melalui trial-and-error dan menemukan jawaban sendiri, tanpa campur tangan orang lain.
Dengan memahami alasan-alasan ini, kita bisa lebih peka dan bijak saat ingin memberi nasihat. Terus, gimana sih cara memberi nasihat yang efektif tanpa menggurui? Berikut ini ada beberapa tips!
1. Mulailah dengan Mendengarkan : Sebelum memberi nasihat, penting banget untuk mendengarkan terlebih dahulu. Mendengarkan dengan tulus menunjukkan bahwa kita menghargai pendapat dan perasaan teman kita. Dengan begitu, mereka merasa didukung, bukan dikritik.
2. Bagikan Pengalaman Pribadi : Alih-alih langsung memberi tahu teman apa yang harus dilakukan, coba ceritakan pengalaman pribadi yang relevan. Dengan begitu, mereka akan melihatnya sebagai sharing pengalaman, bukan instruksi. Contohnya, "Dulu aku juga pernah ngalamin hal yang sama, dan waktu itu aku coba begini..."
3. Gunakan Bahasa yang Lembut dan Tidak Menghakimi : Hindari kata-kata seperti "kamu harus" atau "kamu seharusnya." Lebih baik gunakan kalimat yang bersifat sugesti, seperti "Mungkin kamu bisa coba..." atau "Menurutku, kamu punya banyak opsi, salah satunya..."