Pernah nggak sih kamu merasa frustrasi karena sudah baca segudang buku motivasi, tapi kok hidupmu nggak berubah banyak? Atau mungkin kamu jadi bertanya-tanya, apakah motivator-motivator itu yang salah, atau sebenarnya ada yang keliru dari cara kita sendiri menyerap ilmu dari buku-buku itu? Nah, ini topik yang dibahas dalam buku 'Saya Sudah Banyak Baca Buku Motivasi, Tapi Kok Belum Sukses Juga Yah? Motivatornya yang Salah, atau Diri Saya Sendiri?'karya Sifra Susi Langi dan Fransisca Supandi.
Motivasi : Lebih dari Sekadar Kata-Kata Inspiratif
Sering kali, kita terpikat dengan kata-kata indah dari motivator. Mereka membuat kita merasa terinspirasi, bersemangat, dan ingin melakukan sesuatu. Tapi, saat efek dari kata-kata itu mulai pudar, kita kembali ke kebiasaan lama. Kenapa ya bisa begitu?
Sebenarnya, motivasi itu bukan sekadar "feel good" moment. Menurut buku ini, motivasi harusnya jadi langkah awal yang memicu tindakan nyata. Kalau kita cuma berhenti di tahap merasa termotivasi tanpa melakukan perubahan, ya wajar aja kalau hidup kita masih di situ-situ aja.
Jadi, mungkin kita perlu lebih kritis dengan diri sendiri. Apakah setelah membaca buku motivasi, kita langsung membuat rencana aksi dan menerapkannya? Atau kita cuma senang dengan ide-idenya, tapi nggak pernah benar-benar melangkah?
Mindset : Kuncinya Ada di Cara Berpikir
Salah satu poin utama dalam buku ini adalah mindset. Ketika membaca buku motivasi, kita sering fokus pada strategi dan trik sukses. Tapi, yang sering terlewat adalah bagaimana cara berpikir kita tentang diri sendiri dan kesuksesan itu sendiri. Sering kali, kita punya pola pikir yang tanpa sadar justru menghambat kita.
Misalnya, kamu sudah punya impian besar, tapi selalu ragu atau takut gagal. Ini mungkin disebabkan oleh fixed mindset, di mana kamu percaya bahwa kemampuanmu terbatas dan nggak bisa berkembang. Padahal, kalau kamu punya growth mindset yaitu percaya bahwa kamu bisa belajar dan berkembang, nanti bakal lebih mudah bangkit saat menghadapi kegagalan.
Menurut buku ini, perubahan mindset adalah fondasi penting. Jadi, bukan cuma kata-kata motivasi yang kamu serap, tapi juga bagaimana kamu mengubah cara pandangmu terhadap dirimu sendiri.
Apakah Motivatornya yang Salah?
Nah, mungkin kita pernah berpikir, "Ah, motivatornya kurang bagus sih, makanya aku nggak sukses-sukses." Tapi, Sifra Susi Langi dan Fransisca Supandi dalam buku ini menantang pemikiran itu. Motivator memang berperan penting dalam memberi inspirasi, tapi akhirnya kita yang punya kontrol penuh atas apa yang kita lakukan setelahnya.
Para motivator bisa saja memberi tips-tips ampuh dan cerita inspiratif, tapi kalau kita nggak berusaha mengaplikasikannya, ya semuanya jadi percuma. Ibaratnya, motivator hanya memberikan peta, tapi kitalah yang harus berjalaninya.
Jadi, apakah motivator salah? Jawabannya mungkin tidak. Bisa jadi, kita yang belum maksimal dalam mengolah apa yang kita dapat dari motivasi itu.
Satu hal yang sangat ditekankan dalam buku ini adalah tanggung jawab pribadi. Kita yang memegang kendali atas hidup kita sendiri. Buku motivasihanya memberi dorongan awal, tapi yang menentukan arah dan kecepatan kita menuju sukses adalah diri kita sendiri.
Ini berarti, setiap kali kita merasa stuck, kita perlu melakukan introspeksi. Mungkin ada pola pikir atau kebiasaan yang harus diubah. Mungkin kita terlalu banyak mencari motivasi dari luar, padahal motivasi terbesar seharusnya datang dari dalam diri kita sendiri.
Langkah Nyata, Bukan Sekadar Wacana
Salah satu jebakan umum dari membaca buku motivasi adalah merasa sudah "melakukan sesuatu" hanya karena kita sudah membaca buku itu. Padahal, baca buku motivasi aja nggak cukup kalau nggak diikuti dengan langkah nyata.
Misalnya, kamu membaca tentang pentingnya manajemen waktu, tapi setelah membaca, kamu nggak langsung menerapkan tips yang ada. Jadinya, semua tips dan trik itu hanya ada di kepala, nggak pernah benar-benar jadi kebiasaan yang mengubah hidupmu.
Menurut buku ini, kesuksesan datang ketika kita mengubah kebiasaan kecil sehari-hari. Ini berarti kita harus mulai dari hal-hal sederhana, seperti:
1. Membuat jadwal harian dan berusaha mematuhinya.
2. Menentukan tujuan jangka pendek yang realistis dan bisa dicapai.
3. Mengukur progress secara berkala dan melakukan penyesuaian kalau perlu.
Buku motivasi sering memberi kita panduan untuk langkah-langkah ini, tapi kita yang harus punya disiplin untuk menjalankannya.
Gagal? Itu Bagian dari Proses!
Satu poin menarik dalam buku ini adalah soal kegagalan. Sering kali, kita merasa gagal adalah akhir dari segalanya. Tapi, penulis mengajak kita untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Kegagalan bukan berarti kamu nggak bisa sukses, tapi justru kesempatan untuk belajar apa yang perlu diperbaiki.
Kita perlu mengubah cara pandang tentang kegagalan. Daripada merasa terpuruk, kenapa nggak melihat kegagalan sebagai peluang untuk memperbaiki strategi? Dengan begitu, kita lebih siap untuk mencoba lagi dengan pendekatan yang lebih baik.
Motivasi dari Dalam, Bukan Sekadar dari Luar
Buku ini juga menekankan pentingnya motivasi dari dalam diri. Banyak dari kita bergantung pada motivasi eksternal, entah itu dari buku, seminar, atau kata-kata motivator. Tapi motivasi dari luar cenderung cepat pudar. Yang lebih tahan lama adalah motivasi yang muncul dari dalam diri kita sendiri yaitu motivasi yang berakar pada impian dan tujuan hidup yang benar-benar kita yakini.
Untuk menemukan motivasi dari dalam, kita perlu memahami apa yang sebenarnya kita inginkan dan mengapa itu penting bagi kita. Begitu kita menemukan alasan mendalam untuk meraih sesuatu, kita akan lebih tahan banting menghadapi tantangan.
Kesimpulan : Keseimbangan Antara Inspirasi dan Aksi
Pada akhirnya, sukses bukan cuma soal berapa banyak buku motivasi yang kamu baca atau seberapa hebat motivator yang kamu dengar. Yang paling penting adalah bagaimana kamu menerapkan semua inspirasi itu ke dalam tindakan nyata. Keseimbangan antara inspirasi dan aksi adalah kunci utama.
Jadi, kalau kamu merasa belum sukses meskipun sudah banyak baca buku motivasi, mungkin ini saatnya untuk melakukan evaluasi. Sudahkah kamu mengubah pola pikir dan kebiasaan sehari-harimu? Sudahkah kamu membuat langkah-langkah kecil menuju tujuanmu, atau masih sekadar berencana?
Merry Riana, sebagai motivator wanita nomor satu di Indonesia, memberikan pengantar yang sangat menarik untuk buku ini. Dalam kata pengantarnya, Merry mengapresiasi buku ini karena membahas pertanyaan yang banyak orang sering ajukan, yakni mengapa kesuksesan belum diraih meskipun sudah membaca banyak buku motivasi.
Merry Riana menyebut bahwa buku ini sangat relevan bagi mereka yang merasa terjebak dalam lingkaran motivasi tanpa tindakan nyata. Menurutnya, penulis buku ini dengan cermat mengajak pembaca untuk merenungkan peran diri sendiri dalam proses perubahan, dan bahwa motivasi saja tidak akan cukup tanpa diiringi dengan aksi nyata dan perubahan mindset. Bagi dia, buku ini adalah pengingat yang kuat bahwa sukses tidak hanya soal inspirasi dari motivator, tapi juga bagaimana kita menjalankan langkah-langkah konkrit untuk mencapainya.
Pengantar dari Merry Riana memberikan sentuhan motivasional yang kuat dan menambah nilai buku ini, mengingat rekam jejaknya sebagai motivator yang sudah menginspirasi jutaan orang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI