Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Ekonomi

Buku gudangna elmu, koncina kadaek maca.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Belajar dari Buku "You Are a Leader" Karya Arvan Pradiansyah

21 Oktober 2024   05:05 Diperbarui: 21 Oktober 2024   06:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat oleh Microsoft Copilot

Kali ini, saya akan membahas tentang topik menarik yang mungkin belum terlalu banyak diangkat dalam dunia pendidikan---kepemimpinan yang digabungkan dengan konsep spiritualitas. Mungkin sebagian dari kita sering memikirkan bahwa kepemimpinan itu hanya soal bagaimana memimpin orang lain, membuat keputusan, atau mencapai target. Tapi, bagaimana jika kita coba memasukkan aspek spiritual ke dalam kepemimpinan?

Buku "You Are a Leader" karya Arvan Pradiansyah membawa kita pada perspektif yang berbeda soal kepemimpinan. Arvan Pradiansyah adalah seorang motivator, konsultan dan penulis buku best-seller yang sudah sering berbicara tentang pengembangan diri, manajemen, dan kepemimpinan.

Kepemimpinan Dimulai dari Diri Sendiri

Arvan Pradiansyah dalam bukunya menekankan bahwa untuk bisa memimpin orang lain, kita harus mampu memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Misalnya kita sebagai seorang pengajar, hal ini sangat relevan. Kita tidak bisa berharap siswa kita disiplin kalau kita sendiri tidak bisa disiplin, kan? Kita juga tidak bisa berharap mereka punya semangat belajar kalau kita sendiri kurang bersemangat. Jadi, untuk menjadi pemimpin yang baik di kelas, kita perlu melakukan self-leadership. Ini bisa dimulai dengan hal sederhana seperti mengelola emosi, menetapkan prioritas, dan terus mengembangkan diri.

Dia juga menyarankan agar kita selalu sadar dengan keputusan-keputusan kecil yang kita buat setiap hari, karena dari sanalah karakter kepemimpinan kita terbentuk. Sebagai pemimpin bagi diri sendiri, kita harus bertanya: Apakah saya sudah membuat keputusan yang tepat hari ini? Apakah saya sudah memberi contoh yang baik?

Rasa Syukur Sebagai Pondasi Kepemimpinan

Salah satu konsep spiritual yang dibahas oleh Arvan Pradiansyah  adalah syukur. Di sini, dia tidak hanya berbicara tentang bersyukur dalam konteks spiritualitas religius, tetapi juga sebagai sikap hidup sehari-hari. Sebagai pengajar, kadang kita merasa kewalahan dengan beban kerja yang menumpuk, siswa yang sulit diatur, atau sistem yang kurang mendukung.

Tapi, dia mengingatkan bahwa pemimpin yang baik harus punya rasa syukur yang kuat. Ketika kita bersyukur atas peran kita sebagai pendidik, kita akan melihat tantangan dengan sudut pandang yang lebih positif. Ini bukan berarti kita menutup mata terhadap kesulitan, tapi kita fokus pada hal-hal baik yang bisa kita bawa dalam proses pembelajaran.

Dengan bersyukur, kita juga akan menjadi lebih tenang dan sabar dalam menghadapi siswa yang mungkin kurang termotivasi atau kurang disiplin. Kepemimpinan yang berdasarkan rasa syukur membuat kita lebih rendah hati dan mampu menghargai setiap momen, bahkan yang sulit sekalipun.

Kepemimpinan Pelayan (Servant Leadership)

Arvan Pradiansyah  memperkenalkan konsep servant leadership yang bisa menjadi pegangan kita sebagai pemimpin di kelas. Dalam konsep ini, pemimpin bukanlah sosok yang berkuasa dan harus selalu diikuti, tapi justru pemimpin adalah pelayan bagi timnya. Sebagai pengajar, konsep ini sangat cocok karena tugas kita sebenarnya adalah melayani kebutuhan siswa dalam belajar.

Kepemimpinan pelayan berarti kita harus mendengarkan kebutuhan siswa, memahami tantangan mereka, dan membantu mereka mencapai potensi terbaiknya. Ketika kita memimpin dengan melayani, kita tidak hanya menjadi figur otoritas, tetapi juga menjadi sosok yang bisa mereka andalkan.

Bayangkan, ketika kita bisa menempatkan diri sebagai pelayan bagi siswa kita, suasana kelas akan terasa lebih inklusif dan penuh semangat. Siswa akan merasa lebih dihargai dan didengar, sehingga hubungan kita dengan mereka akan semakin kuat.

Kecerdasan Emosional dan Empati dalam Kepemimpinan

Sebagai pengajar, kita sering dihadapkan pada berbagai situasi emosional. Siswa mungkin datang ke kelas dengan berbagai masalah dari rumah, seperti tekanan dari orang tua, konflik dengan teman, atau bahkan masalah pribadi lainnya. Di sinilah pentingnya kecerdasan emosional dan empati sebagai bagian dari kepemimpinan spiritual.

Arvan Pradiansyah  dalam "You Are a Leader" menekankan bahwa pemimpin yang baik harus punya empati, yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Sebagai pengajar, kita harus bisa mendengarkan dan memahami perasaan siswa, bukan hanya dari sisi akademis, tapi juga dari sisi emosional. Dengan cara ini, kita bisa membangun hubungan yang lebih baik dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman.

Kecerdasan emosional juga berarti kita harus bisa mengelola emosi kita sendiri. Terkadang, ada siswa yang mungkin menguji kesabaran kita, dan reaksi spontan kita mungkin ingin marah atau frustrasi. Tapi dengan kecerdasan emosional, kita bisa menenangkan diri dan merespons dengan cara yang lebih bijaksana. Pemimpin yang baik tidak hanya bisa mengontrol diri sendiri, tetapi juga mampu mempengaruhi suasana hati orang lain secara positif.

Kepemimpinan yang Penuh Kesadaran (Mindful Leadership)

Satu lagi konsep menarik dari buku ini adalah mindful leadership atau kepemimpinan yang penuh kesadaran. Arvan mengajak kita untuk selalu hadir secara penuh dalam setiap momen kepemimpinan. Artinya, kita harus selalu sadar dan fokus pada apa yang sedang kita lakukan dan tidak terganggu oleh hal-hal lain.

Dalam konteks sebagai guru, ini bisa berarti kita benar-benar hadir ketika sedang mengajar. Kadang, kita sibuk dengan pikiran tentang tugas lain atau masalah di luar kelas, sehingga kehadiran kita di kelas tidak sepenuhnya penuh. Tapi, dengan mindful leadership, kita bisa memberi perhatian penuh pada siswa, mendengarkan pertanyaan mereka, dan merespons kebutuhan mereka dengan sepenuh hati.

Dengan kesadaran penuh ini, kita juga akan lebih peka terhadap dinamika di dalam kelas, seperti siswa yang terlihat kesulitan atau yang butuh perhatian lebih. Kepemimpinan yang sadar membantu kita untuk lebih bijaksana dan responsif terhadap apa yang terjadi di sekitar kita.

Kepemimpinan dengan Tujuan (Purpose-Driven Leadership)

Sebagai pengajar, tujuan utama kita tentu adalah mendidik siswa menjadi pribadi yang lebih baik, baik dari segi akademis maupun karakter. Arvan dalam bukunya menekankan pentingnya purpose-driven leadership, yaitu kepemimpinan yang digerakkan oleh tujuan yang jelas.

Arvan Pradiansyah  mengajak kita untuk menemukan tujuan pribadi dalam peran kita sebagai pemimpin. Misalnya, apa yang ingin kita capai sebagai guru? Apakah kita hanya ingin siswa lulus ujian, atau kita ingin mereka tumbuh menjadi manusia yang bijak dan berkarakter?

Dengan kepemimpinan yang berlandaskan tujuan, kita akan lebih termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik, meski terkadang tantangan terasa berat. Tujuan yang jelas juga membantu kita untuk tetap fokus dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang penting.

Refleksi Spiritual untuk Pengembangan Diri

Dalam buku "You Are a Leader", Arvan Pradiansyah mendorong kita untuk sering melakukan refleksi spiritual. Ini penting karena melalui refleksi, kita bisa mengevaluasi diri sendiri dan melihat di mana kekuatan dan kelemahan kita sebagai pemimpin.

Sebagai guru, mungkin kita bisa meluangkan waktu setiap akhir minggu atau akhir semester untuk merenung: 

  • Apa yang sudah saya lakukan dengan baik di kelas? 

  • Apa yang masih perlu saya perbaiki? 

  • Bagaimana saya bisa lebih mendukung siswa saya ke depannya?

Refleksi ini tidak hanya membantu kita berkembang sebagai guru, tetapi juga sebagai individu yang lebih utuh. Dengan merenungkan tindakan dan keputusan kita, kita bisa lebih memahami diri sendiri dan menjadi pemimpin yang lebih bijaksana.

Kepemimpinan yang Memandang Kehidupan Sebagai Amanah

Satu hal menarik lagi dari buku ini adalah konsep bahwa kepemimpinan adalah amanah, atau tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Sebagai guru, kita dipercaya untuk mendidik dan membentuk masa depan siswa kita, dan ini adalah tanggung jawab yang besar.

Ketika kita memandang kepemimpinan sebagai amanah, kita akan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab dan rasa hormat. Ini bukan hanya soal menyelesaikan tugas mengajar, tapi juga soal bagaimana kita bisa memberikan yang terbaik bagi siswa kita, untuk kebaikan mereka di masa depan.

Dalam buku "You Are a Leader", Arvan Pradiansyah menunjukkan kepada kita bagaimana nilai-nilai spiritual seperti syukur, empati, kesadaran penuh, dan rasa tanggung jawab bisa memperkaya gaya kepemimpinan kita. Sebagai guru, kita memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi masa depan, dan kepemimpinan yang kuat dan bermakna akan membantu kita dalam menjalankan tugas mulia ini.

Semoga ulasan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun