Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - a life-long learner

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belajar Era 90an vs Sekarang, Perpustakaan Fisik atau Digital?

19 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:40 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya mengingat masa sekolah dulu di tahun 90-an, salah satu kenangan yang paling berkesan adalah perjalanan ke perpustakaan kota. 

Jujur saja, waktu itu saya selalu merasa bahwa untuk cari bahan bacaan adalah sesuatu yang butuh perjuangan banget, hehe. Menambah ilmu pengetahuan tidak bisa dilakukan secara instan. 

Buku-buku yang diperlukan, terutama buku referensi atau buku pelajaran yang tidak ada di rumah, hanya bisa didapatkan di perpustakaan. Dan bicara soal perpustakaan, rasanya tidak semua sekolah punya perpustakaan yang lengkap. Jadi, saya sering harus ke perpustakaan umum di kota Sukabumi.

Nah, bagi kamu yang termasuk generasi z, mungkin ini kedengarannya seperti cerita dari zaman batu. Tapi memang seperti itu dulu. Untuk mendapatkan informasi yang valid dan bisa dipercaya, satu-satunya pilihan adalah buku. Dan buku itu... ada di perpustakaan.

Bayangkan! Saya masih duduk di bangku SMP, punya tugas besar dari guru untuk mencari informasi tentang sejarah atau pelajaran lainnya. 

Tugas yang bukan sekadar mengisi soal-soal di buku paket, tapi benar-benar harus mencari sumber tambahan. Di masa itu, kalau nggak punya ensiklopedia di rumah, jujur saja, mahal banget untuk dibeli, pilihan satu-satunya adalah pergi ke perpustakaan umum. Tapi masalahnya, perpustakaan umum ini nggak dekat dari rumah.

Waktu itu, saya harus naik angkot. Sampai di perpustakaan, langkah pertama adalah mencari di katalog manual. Cari berdasarkan judul buku atau nama pengarang, lalu catat nomornya. Setelah itu, baru deh menelusuri rak-rak buku yang tinggi dan panjang.

Kadang, tantangan lainnya adalah menemukan buku yang kita cari sudah dipinjam orang lain. Wah, itu bikin frustasi! Apalagi kalau tugasnya sudah mepet deadline.

Jadi harus berkeliling lagi mencari buku alternatif. Tapi ada satu hal yang nggak bisa dipungkiri, meskipun ribet, proses ini sebenarnya mendidik saya untuk sabar dan telaten dalam mencari informasi.

Setelah dapat bukunya, perjuangan belum selesai. Buku-buku di perpustakaan biasanya nggak boleh dibawa pulang begitu saja. Ada batas waktu peminjaman, dan beberapa buku referensi penting malah cuma boleh dibaca di tempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun