Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - a life-long learner

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mendengar Itu Gratis, Mendengarkan Itu Seni; Bedanya Apa, Sih?

13 September 2024   06:40 Diperbarui: 13 September 2024   06:45 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah cerita, Budi dan Andi sudah berteman sejak kuliah. Mereka sering bekerja sama dalam berbagai proyek. Namun, belakangan, hubungan mereka mulai renggang karena masalah komunikasi yang tak terselesaikan.

Suatu hari, Budi merasa kesal karena Andi sering datang terlambat ke rapat kerja tim mereka. Budi mulai merasa Andi tidak lagi menghargai kerja kerasnya, dan masalah ini semakin meruncing. Setiap kali rapat, Budi meluapkan kekesalannya dengan nada tinggi, dan Andi pun membalas dengan defensif. Akhirnya, rapat-rapat mereka berakhir dengan suasana yang tidak nyaman, dan proyek yang mereka kerjakan menjadi terhambat.

Budi merasa frustrasi dan berniat untuk mengakhiri kerja sama dengan Andi. Namun, sebelum mengambil keputusan, seorang teman mengingatkannya tentang pentingnya seni mendengarkan.

Budi Memutuskan untuk Mendengarkan.

Di rapat berikutnya, alih-alih langsung mengkritik Andi seperti biasanya, Budi memutuskan untuk mendengarkan dengan tenang. Ketika Andi terlambat lagi, Budi tidak langsung marah. Sebaliknya, dia bertanya dengan tenang, "Kenapa belakangan ini kamu sering terlambat? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Andi, yang terkejut dengan perubahan sikap Budi, awalnya tampak ragu untuk berbicara. Tapi setelah melihat Budi mendengarkan dengan serius, Andi mulai membuka diri. Dia bercerita bahwa belakangan ini dia menghadapi tekanan di rumah. Orang tuanya sedang sakit, dan dia harus mengurus banyak hal di rumah sebelum bisa fokus pada pekerjaan. Karena stres, Andi sering kesulitan mengatur waktu.

Mendengar cerita Andi, Budi menyadari bahwa dia selama ini terlalu cepat menilai dan hanya fokus pada kekesalannya sendiri tanpa memahami situasi Andi. Budi mulai merasakan empati. Ternyata, Andi bukan tidak menghargai kerja tim, tetapi sedang menghadapi masalah pribadi yang berat.

Setelah mendengarkan dengan penuh perhatian, Budi menyadari bahwa yang dibutuhkan Andi adalah dukungan, bukan kritik. Mereka kemudian mendiskusikan solusi bersama. Budi menawarkan untuk menyesuaikan jadwal rapat sesuai dengan waktu yang lebih nyaman bagi Andi. Andi pun merasa lebih dihargai, dan berjanji akan lebih transparan mengenai situasinya jika ada masalah di masa depan.

Sejak saat itu, suasana kerja mereka berubah drastis. Mereka kembali bisa bekerja sama dengan harmonis. Masalah keterlambatan terselesaikan, dan proyek mereka akhirnya selesai tepat waktu.

Pelajaran dari Kisah Ini:

Cerita Budi dan Andi menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan dengan penuh perhatian. Jika Budi tidak mendengarkan Andi dan terus mengedepankan kekesalannya, hubungan kerja mereka mungkin akan berakhir, dan proyek akan terbengkalai. Tetapi dengan mendengarkan, Budi mampu memahami situasi yang sebenarnya dan menemukan solusi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun