Ramadan memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam.
Membaca Al-Quran di bulanBerikut 5 keutamaan membaca Al-Quran selama bulan Ramadan :
1. Pahala yang Besar
Setiap amal baik yang dilakukan selama bulan Ramadan diberi pahala yang berlipat ganda. Membaca Al-Quran adalah salah satu amal baik yang dianjurkan, dan pahalanya menjadi lebih besar saat dilakukan di bulan suci ini.
2. Menambah Ketaqwaan
Bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah. Membaca Al-Quran membantu memperkuat ikatan spiritual dengan Allah dan meningkatkan kesadaran akan keberadaan-Nya.
3. Mendapatkan Rahmat Allah
Allah memberikan rahmat dan ampunan yang lebih besar selama bulan Ramadan. Membaca Al-Quran adalah cara yang baik untuk mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya.
4. Penyembuhan dan Ketenangan Jiwa
Membaca Al-Quran memiliki efek penyembuhan dan menenangkan jiwa. Di tengah kesibukan dan tantangan hidup sehari-hari, membaca Al-Quran di bulan Ramadan dapat membantu seseorang menemukan ketenangan dan ketentraman.
5. Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW
Rasulullah Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk membaca Al-Quran, terutama selama bulan Ramadan. Dengan membaca Al-Quran di bulan suci ini, umat Islam dapat mengikuti teladan Rasulullah dan mendapatkan berkah dari tindakan tersebut.
Maka dari itu, membaca Al-Quran di bulan Ramadan adalah amalan yang sangat dianjurkan dan memiliki banyak keutamaan. Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan ibadah seseorang, tetapi juga mendatangkan berbagai keberkahan dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai seorang muslim yang berkomitmen untuk meningkatkan hubungan spiritual dengan Al-Quran, saya memutuskan untuk menetapkan target yang cukup ambisius: khatam Al-Quran dalam waktu 7 hari. Saya tahu itu bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan tekad yang kuat dan strategi yang terorganisir, saya yakin saya bisa mencapainya.
Pertama-tama, saya perlu merencanakan dengan cermat bagaimana membagi waktu saya sehari-hari untuk membaca Al-Quran. Saya memutuskan untuk membagi pembacaan Al-Quran dalam 4 sesi utama setiap hari: sebelum sahur, sesudah subuh, siang hari, dan malam setelah tarawih.
Hari Pertama hingga Keenam :
Setiap hari dimulai dengan bangun sebelum waktu sahur untuk menyelesaikan satu juz Al-Quran. Waktu yang saya alokasikan untuk membaca satu juz adalah sekitar 30 menit. Setelah itu, pulang shalat subuh berjamaah di mesjid, saya menyempatkan diri untuk membaca satu juz lagi, yang juga memakan waktu sekitar 30 menit.
Siang hari, saya menyempatkan waktu setelah sholat dzuhur memanfaatkan jam istirahat siang untuk membaca seperempat juz Al-Quran, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 7 menit. Ini membantu saya untuk tetap terhubung dengan Al-Quran di tengah kesibukan sehari-hari.
Malam hari adalah saat yang paling berharga untuk fokus pada membaca Al-Quran. Setelah melaksanakan tarawih, saya menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk membaca dua juz Al-Quran. Meskipun ini adalah sesi yang paling lama, namun suasana yang tenang setelah shalat tarawih membuatnya menjadi waktu yang paling produktif untuk menyatu dengan Al-Quran.
Hari Ketujuh:
Di hari terakhir, saya mengikuti pola yang sama dengan hari-hari sebelumnya, dengan membaca satu juz sebelum sahur dan satu juz setelah subuh. Sesi membaca seperempat juz juga tetap berlanjut di siang hari. Namun, pada malam terakhir ini, saya berusaha untuk lebih fokus dan khusyuk, karena saya ingin menyelesaikan khatam Al-Quran dengan sempurna.
Dengan total jumlah juz Al-Quran dalam sehari sebesar 4,25 juz, saya yakin bahwa saya dapat mencapai tujuan saya untuk khatam Al-Quran dalam waktu 7 hari. Meskipun tantangan itu besar, tetapi dengan disiplin dan ketekunan, saya yakin bahwa Allah akan memberkahi usaha saya dan memperluas pemahaman serta kecintaan saya terhadap kitab suci-Nya.
"Sedikit pun tidak mengapa, asalkan konsisten". Namun, perlu diwaspadai agar klaim ini tidak menjadi pembenaran atas kemalasan kita.
Bukankah lebih baik melakukan amal secara berkelanjutan dalam jumlah besar daripada melakukan sedikit tetapi tidak konsisten?
Apakah memberikan sedekah dalam jumlah besar dengan ikhlas lebih baik daripada tidak memberi sama sekali?
Dan apakah lebih baik memiliki banyak amal daripada sedikit, meskipun kualitasnya belum tentu baik?
Mari kita renungkan hal ini lebih mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H