Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Lagi Ruang Privat!

19 April 2024   00:32 Diperbarui: 19 April 2024   07:37 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
properti youtube/After Skool

"Privacy is not an option," (Gary Kovacs)

Hidup di jaman sekarang, kita hanya bisa mengandaikan hadirnya batas-batas ruang yang dapat memilah antara privat dan publik. Karena, senyatanya di jaman sekarang, baik kita mau teriak dari dalam ruang yang tertutup rapat dan kedap suara sekalipun, ketika di ruang itu kita tidaklah sendirian, maka sejatinya, teriakan kita itu dapat "didengar" oleh orang di seantero jagad.

Maka, baik bagi para publik figur, seperti pemuka agama, penceramah, pendidik, politisi, artis, kreator konten, dan juga kita semua tanpa terkecuali, tidak ada lagi ruang untuk kita berbisik-bisik atau menyampaikan sesuatu yang hanya untuk ditujukan bagi golongan tertentu. Ketika kita sedang menyampaikan sesuatu, entah di dalam kelas, di dalam ruang ibadah, di dalam ruang rapat, pada WAG, pada grup Facebook, di laman medsos kita, atau di manapun baik daring maupun luring, sesungguhnya kita sedang menyampaikannya kepada semua orang, tanpa terkecuali.

"Maksud hati memeluk gunung, apa daya gunungnya meledak."

Pepatah ini mungkin cukup bisa menggambarkan. Ketika kita mencoba menyampaikan sesuatu yang sebenarnya dalam niat kita hanya untuk konsumsi khalayak yang hadir, tanpa dapat kita cegah, satu, dua, atau beberapa dari mereka, seringkali menyampaikan dan "meledakkan" penyampaian kita ke khalayak ramai di luar, hingga sampai juga ke mereka yang semestinya tidak perlu mendengar atau menyimaknya.

Seperti apa yang terjadi pada salah satu pemuka agama saat ini. Seperti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka agama lainnya, tentu apa yang disampaikan olehnya yang sedang viral saat ini, ditujukan untuk jemaat atau jamaahnya sendiri, terutama yang sedang hadir. Semenyinggung apapun apa yang disampaikan untuk jemaat atau jamaah atau umat lain, semestinya tidak perlu sampai ke mereka. Toh, kemudian menjadi viral.

Terlepas apapun motif dari mereka yang menyebarkan penyampaian sang pemuka agama yang kemudian menjadi viral dan kontroversial yang membuatnya dipolisikan, kita memang tidak dapat mengontrol siapapun yang kita ajak berkomunikasi. Tidak ada jaminan bahwa apa yang kita sampaikan kepada orang lain, tidak akan tersebar ke mana-mana.

Kita semestinya selalu menyadari bahwa apa yang kita sampaikan, akan dapat sampai ke semua orang. Kalau toh kita perlu membuat pembenaran untuk apa yang kita yakini dan imani, jika kita perlu membuat perbandingan dengan yang lain, buatlah dengan tanpa menyinggung  yang lain.

Menang tanpo ngisorake. seyogyanya semboyan ini dapat kita jadikan patokan. Kita dapat terus mengagungkan dan menggunggulkan apa yang kita yakini dan imani, tanpa perlu mengoyak-oyak yang lain. Misalnya dengan menggali segala kebaikan yang ada pada keyakinan kita dan "melupakan" atau tidak menyinggung-nyinggung apa yang kita yakini sebagai keburukan-keburukan yang ada pada keyakinan yang lain.
 
Mengutip apa yang disampaikan oleh Gary Kovacs, privasi bukanlah lagi sesuatu yang dapat menjadi pilihan. Jika kita semua bisa menyadari hal ini, bahwa tak ada lagi ruang privat saat ini, bahwa yang ada hanyalah ruang bersama yang kita tempati bersama-sama dengan semua orang dari manapun, dari suku, bangsa dan agama manapun, tentu kita akan lebih eling dan waspada. Akan lebih berhati-hati dalam berujar dan menyampaikan sesuatu.

Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun