"If you repeat a lie often enough, it becomes accepted as truth." (Joseph Goebbels)
Hoax menyebar demikian pesatnya. Seperti virus corona yang kemudian mewujud pandemi. Jika di awal-awal, melalui internet, hoax hanya beredar melalui forum ke forum, maka sekarang, dengan adanya jaringan percakapan online (chatting) dan pesatnya perkembangan sosial media, penyebarannya kian masif.
Ketidakhati-hatian dan kegegabahan kita menjadi penyebab utama mewabahnya hoax. Baik dalam rangka ikut menyebarkan hoax ataupun menciptakan hoax itu sendiri.
Kebenaran yang Berubah Menjadi Hoax
Tidak semua hoax awalnya adalah hoax. Terkadang informasi yang awalnya benar bisa kemudian salah. Misalnya, sebuah informasi yang ditujukan untuk kalangan terbatas, tidaklah hadir sebagai hoax.Â
Dalam arti informasi tersebut memang benar adanya namun sifat atau ruang lingkupnya terbatas, yang sebenarnya tidak untuk disebarluaskan. Namun, informasi yang terbatas tersebut, kemudian ternyata diteruskan ke khalayak umum, yang kemudian menjadi viral. Parahnya, dalam banyak kasus, informasi yang ada seringkali dibumbui atau dikemas dengan narasi yang tidak semestinya.
Contoh lain kebenaran yang kemudian dimanipulasi sebagai hoax, adalah penyampaian informasi dan berita yang sepotong-potong, dan tidak jarang juga dikolasekan dengan potongan-potongan informasi lain, yang pada kondisinya, pesan yang tersampaikan akan berubah 180 derajat dengan fakta aslinya. Jenis hoax yang seperti ini biasanya adalah hoax yang dibuat oleh media massa dan buzzer sebagai upaya untuk menggiring opini publik.
Hoax dari Masa ke Masa
Hoax, dikutip dari ensiklopedia Britannica, merupakan suatu kebohongan yang dimaksudkan untuk mengelabui dan menarik perhatian. Hoax seringkali merupakan parodi dari beberapa kejadian atau sebuah permainan topik pemberitaan. Hoax media adalah salah satu jenis yang paling umum.