Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Inferno", Memecahkan Teka-teki Pandemi

22 Juni 2020   11:46 Diperbarui: 22 Juni 2020   14:12 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Neraka karya Botticelli yang menjadi salah satu fokus teka-teki dalam film Inferno | sumber: wikipedia.org

"Our population is spiraling out of control. Inferno is the cure."

Inferno (2016) merupakan film ketiga yang diangkat dari novel karya Dan Brown dengan judul yang sama setelah Angels & Demons (2009) dan The Da Vinci Code (2006). Ketiganya merupakan bagian dari seri petualangan Robert Langdon, seorang profesor dari Universitas Harvard di bidang Sejarah Seni dan "Simbologi". Tentu, karakter Langdon merupakan karakter fiktif yang hadir hanya dalam cerita tersebut. Novel petualangan Langdon sendiri terdiri dari lima bagian, yaitu Angels & Demons (2000), The Da Vinci Code (2003), The Lost Symbol (2009), Inferno (2013) and Origin (2017).

Sebelum Inferno diangkat ke layar lebar, sebenarnya The Lost Symbol telah dipersiapkan terlebih dahulu. Namun entah mengapa akhirnya Inferno-lah yang kemudian dipilih untuk meneruskan petualangan Langdon di layar lebar. Inferno, beberapa hari lalu, kembali ditayangkan di sebuah kanal televisi swasta. 

Teka-teki Pandemi

Seperti dalam dua film sebelumnya, The Da Vinci Code dan Angels & Demons, dalam Inferno, Langdon kembali dihadapkan kepada teka-teki yang mesti dipecahkan. 

Teka-teki yang selalu berhubungan dengan karya-karya seni klasik, yang bagi Langdon, karya-karya tersebut memang tidak diciptakan begitu saja namun juga sarat dengan simbol-simbol dan petunjuk-petunjuk yang disisipkan ke dalamnya.

Teka-teki kali ini yang berusaha dipecahkan oleh Langdon (yang kembali diperankan oleh Tom Hanks) adalah sebuah teka-teki yang dtinggalkan oleh seorang milyuner Amerika dan juga ahli rekayasa biologi yang terkenal karena pandangan radikalnya, Bertrand Zobrist (Ben Foster).

Film dibuka dengan cuplikan presentasi Zobrist tentang pandangan radikalnya terhadap laju pertumbuhan populasi, akibat dan tindakan apa yang diperlukan untuk mengendalikannya. 

Zobrist meyakini bahwa diperlukan tindakan keras untuk mengurangi pertumbuhan populasi bumi. Dan Zobrist berpandangan bahwa hanya Inferno-lah yang dapat menyelamatkan umat manusia. Zobrist, yang sayangnya kemudian mengakhiri nyawanya sendiri, meninggalkan teka-teki tentang Inferno tersebut.

Langdon, dibantu oleh Sienna Brooks (Felicity Jones), akhirnya dapat memecahkan teka-teki Inferno dari Zobrist tersebut, yang tidak lain adalah sebuah pandemi yang (akan) diciptakan oleh Zobrist. Sebuah pandemi atau wabah penyakit, di mana Langdon kemudian menyadari bahwa dirinyalah sendiri yang telah dipilih Zobrist sebagai agen penyebarannya.


Awal Petualangan
Langdon tiba-tiba mendapati dirinya terbaring di atas ranjang ICU di sebuah rumah sakit di Florence, Italia dengan sebuah perban yang membalut luka di kepalanya bagian kanan. Langdon tidak dapat mengingat apapun. Yang dia ingat, terakhir dia berada di kampus Mass General di Boston, Amerika Serikat, dan sejak itu semuanya menjadi kabur. 

Belum lagi dia menemukan jawaban atas kebingungannya, tiba-tiba datang seorang wanita, seorang polisi militer Italia (carabinieri) menembak seorang perawat di lorong rumah sakit yang dilihatnya melalui pintu kamar yang terbuka. Dibantu oleh Sienna Brooks, seorang dokter muda yang sedang menanganinya, Langdon akhirnya dapat melarikan diri dari kejaran polwan tersebut yang kemudian Langdon dibawa Brooks ke apartemen tempat tinggalnya. 

Sienna yang juga menyukai teka-teki dan telah mengenal Langdon pula saat ia melihat Langdon memberikan sebuah kuliah di Imperial College London dan saat itu ia sempat berbicara dengan Langdon. Tentu saja Langdon mungkin telah tidak lagi ingat dengannya karena saat itu usianya baru 9 tahun. Sienna yang telah menghatamkan juga semua buku yang ditulis oleh Langdon.

Di apartemen Sienna, dibantu Sienna, Langdon mencoba merekonstruksi ingatannya. Termasuk atas penglihatan-penglihatan yang terus menghantuinya. Dia mengalami penglihatan, di mana dia berada di sebuah keramaian kota yang tiba-tiba menjadi kacau dan orang-orang yang tiba-tiba berubah wujud menjadi aneh. Mereka layaknya zombie-zombie yang bergentayangan. Mereka berjalan dan berlarian. 

Saling dorong dan saling injak. Mereka pun megutuki Langdon sebagai pendosa yang harus menebus dosanya. Langdon pun melihat seorang pria berpakaian serba hitam yang membuka topeng wabah yang menutupi mukanya. Topeng seperti yang dipakai dokter pada masa Wabah Hitam. Langdon melihat sekujur kulit wajah dan tangan pria tersebut nampak dipenuhi ruam. Pria yang kemudian terus saja menatapnya. 

Dalam penglihatan yang lain Landon melihat seorang wanita yang mukanya ditutupi kerudung. Di belakang wanita tersebut nampak kaca-kaca gedung pecah berhamburan dan kemudian menyemburkan darah yang terus membanjir dan mengalir sebagai sungai di jalan-jalan kota, menenggelamkan orang-orang. 

Kota yang kemudian berubah seperti neraka yang dipenuhi dengan darah, api dan jeritan-jeritan. Langdon pun melihat sekelompok pasukan seperti pada jaman romawi sedang membantai orang-orang. Selain mencoba merekonstruksi dari penglihatan-penglihatan yang dialami Langdon, Sienna menambahkan, jika selama perjalanan dari rumah sakit, di dalam taksi, Langdon pun kerap menggumamkan permintaan maaf (ve sorry).

Peta Neraka karya Botticelli
Langdon kemudian menemukan sesuatu terselip di saku jasnya yang berlumuran darah, yang sempat dibawa serta Sienna dari rumah sakit. Sebuah tabung bio yang biasa digunakan untuk menyimpan virus berbahaya. 

Setelah melakukan perdebatan dengan Sienna akhirnya Langdon pun membuka tabung tersebut yang ternyata berisi sebuah pointer Faraday yang terbuat dari tulang manusia yang dilukisi simbol iblis berkepala tiga sebagai gambaran Wabah Hitam pada Abad Pertengahan. Pointer yang memperlihatkan lukisan Peta Neraka karya Sandro Botticelli. 

Lukisan tersebut mengilustrasikan sembilan lapis neraka pada sebuah karya penyair Italia, Dante, yang berjudul Inferno. Inferno (Neraka) merupakan bagian pertama dari sebuah trilogi puisi epik Dante, Divine Comedy (Komedi Ilahi). Dua bagian selanjutnya dari Divine Comedy adalah Purgatorio (Api Penyucian) dan Paradiso (Surga). Lukisan tersebut, bagi Langdon kemudian seperti memberi penjelasan tentang penglihatan-penglihatan yang dialaminya.

Langdon pun kemudian menghubungi Konsulat Amerika Serikat melalui ponsel Sienna. Curiga terhadap mereka yang tiba-tiba menanyakan tabung yang dibawanya, Langdon kemudian menyebutkan dirinya berada di sebuah hotel, Pensione la Fiorentina yang nampak jelas dari balik kaca jendela apartemen Sienna. Dan sembari menunggu siapa yang akan dikirimkan menjemputnya, Langdon dan Sienna pun kembali mempelajari Peta Neraka tersebut. 

Di tempat lain, nampak sebuah mobil Unit Komando Berjalan WHO sedang melaju pula ke apartemen Sienna di Via Dolorosa no. 12 apartemen 3C. Mereka telah berhasil melacak keberadaan Langdon ketika Langdon membuka email melalui laptop Sienna tak lama setelah Langdon siuman. WHO yang tengah memburu pula Langdon.

Langdon dan Sienna menemukan huruf-huruf yang acak dan tidak semestinya pada lukisan Peta Neraka serta sebuah tulisan yang tertera di sana, "the truth can be glimpsed only through the eyes of death", yang dibawahnya dibubuhi nama seseorang, Zobrist. Menelusuri dari internet dan menyaksikan video presentasi Zobrist yang ada di Youtube, Langdon dan Sienna pun mencoba menyimpulkan siapa sebenarnya Zobrist yang telah menghilang selama dua tahun dan tiga hari yang lalu ditemukan tewas bunuh diri. Apa hubungannya pula dengan Dante, dengan Peta Neraka.

Belum lagi mereka mencapai kesimpulan, nampak di seberang, polwan yang mendatangi Langdon di rumah sakit, telah berada di depan hotel. Dan di bawah apartemen, terlihat beberapa orang yang keluar dari dua buah mobil, mencoba masuk ke dalam apartemen. Orang-orang yang mengaku dari WHO.

Lukisan Battle of Marciano dan Topeng Kematian Dante
Sienna kembali dapat membawa Langdon melarikan diri. Di dalam mobil yang dikemudikan Sienna, Langdon mencoba menebak huruf-huruf yang ditemukannya pada lukisan Botticelli, sebagai sebuah anagram. Namun Langdon seperti kesulitan, tidak seperti biasanya. 

Sienna kemudian menyebutkan jika anagram itu merupakan rangkaian dari "cerca trova". Langdon pun seperti mendapat pencerahan. Ia kemudian mengarahkan Sienna menuju Palazzo Vecchio. Dalam aula Lima Ribu (Salone dei Cinquecento) di Palazzo, kata Langdon, terdapat sebuah mural yang terkenal, Battle of  Marciano, yang dilukis oleh Giorgio Vasari. 

Di bagian atas mural, terdapat sebuah pesan yang menjadi salah satu teka-teki yang sulit bagi Langdon, "cerca trova" (temukan). Apa yang didengar Sienna sebagai gumaman "ve sorry" dari Langdon, sebenarnya kemungkinan saat itu ia sedang menyebut nama Vasari.

Sesampainya di seberang Palazzo, tiba-tiba Sienna menghentikan laju mobilnya. Mereka nampak melihat polisi-polisi sedang melakukan pemeriksaan. Mereka pun keluar dari mobil dan berhasil masuk ke area Palazzo dengan memanjat tembok belakang. Mereka pun berhasil menyelinap masuk ke dalam Palazzo melalui sebuah pintu tersembunyi.

Di dalam aula, Langdon dan Sienna berhasil menemukan "cerca trova" yang berada pada lukisan Vasari. Mereka pun mencoba menghubungkannya dengan catatan yang ditambahkan Zobrist dalam Peta Neraka.

Dalam upaya memecahkan teka-teki tersebut, Langdon tiba-tiba merasakan ada sebuah suntikan yang keras menusuk di leher belakangnya. Namun itu hanyalah ilusinya saja. Ia pun kemudian menyadari jika bisa saja ia telah disuntik dengan virus wabah dan sekarang ia mulai merasakan gejalanya.

Tiba-tiba seorang wanita, Marta Alvares (diperankan Ida Darvis, istri dari aktor Josh Gad), menghampiri mereka. Marta nampaknya adalah kolega dari Langdon (meski Langdon belum dapat mengingatnya juga). Marta kemudian membawa Langdon dan Sienna menuju ruang atas untuk melihat Topeng Kematian, sebuah cetakan wajah seseorang dari gips yang dibuat setelah orang itu meninggal. 

Dan Topeng Kematian itu adalah Topeng Kematian Dante. Topeng yang menampakkan kesedihan dari Dante yang disebutkan Marta bisa jadi karena kesedihannya dikucilkan dari Florence yang sangat dicintai Dante. Namun Sienna membantah jika kesedihan itu bukanlah karena Florence, tapi disebabkan Beatrice, seorang wanita yang hanya dapat dikagumi Dante dari kejauhan.

Namun mereka semua kemudian terkejut. Topeng Kematian Dante telah raib dari tempatnya. Melalui rekaman CCTV, diketahui bahwa yang mengambil topeng tersebut adalah Langdon sendiri, hal yang membuat syok Marta yang sedang hamil, dan juga Sienna dan Langdon sendiri. 

Langdon dan Sienna pun berusaha melarikan diri dari petugas keamanan yang berusaha menangkapnya, termasuk para pengejarnya, orang-orang dari WHO, dan  seorang polwan yang ternyata adalah agen swasta, Vayentha (Ana Ularu) yang sedang menyamar dan dikirim untuk menghabisi Langdon. Melalui sebuah pintu rahasia di balik peta Armenia, mereka kemudian menyusuri lorong dan bagian atas aula. Saat di atas aula, Vayentha berhasil mengejar mereka. Namun kemudian Langdon dapat mengelabui Vayentha dan Sienna pun dapat menjatuhkan Vayentha hingga agen itu pun tewas. 

Langdon dan Sienna berhasil keluar dan menuju ke Baptisterium Firenze, mengikuti petunjuk dari email Ignazio Busoni, rekan Langdon, yang dibuka Langdon saat berada di apartemen Sienna. 

Langdon pun menemukan Topeng Kematian Dante. Sienna yang mengetahui topeng tersebut dibuat dari  akrilik Gesso di mana air dapat melarutkan cat yang menempel padanya, ia pun menggosok-gosok topeng tersebut dengan air hingga didapatkan sebuah tulisan yang melingkar di bagian belakang topeng, sebuah petunjuk yang kemudian membawa Langdon dan Sienna ke Venesia. 

Di saat Langdon dan Sienna sedang mengamati tulisan tersebut, muncul Christoph Bouchard (Omar Sy), kepala tim SRS (Surveillance and Response Support) dari ECDC yang bersama WHO telah mengejar Langdon sebelumnya. Bouchard yang sebenarnya telah mempunyai maksud tersendiri terhadap Langdon. 

Bouchard, memanfaatkan amnesia Langdon, kemudian mencoba meyakinkan Langdon bahwa Elizabeth Sinskey dari WHO yang telah mengirimkannya bermaksud menguasai tabung itu sendirian. Karenanya Bouchard datang sendirian menemui Langdon. 

Bouchard pun mengatakan jika dirinya beberapa hari yang lalu telah menemui Langdon di kampus untuk meminta tolong pada Langdon untuk memecahkan rahasia pada gambar yang tersaji dari pointer Faraday. Langdon dan Sienna kemudian dapat mempercayai Bouchard setelah pria itu menunjukkan kartu identitasnya. Mereka bertiga pun kemudian pergi ke Venesia menggunakan kereta api. Untuk mengecoh Sinskey dan tim WHO lainnya, Bouchard memesankan tiket pesawat ke Jenewa untuk Langdon dan Sienna.

Di bandara, Sinskey (Sidse Babett Knudsen) yang bermaksud mengejar pesawat, dicegat oleh Harry Sims (Irrfan Khan). Sims adalah pimpinan dari Vayentha di sebuah perusahaan keamanan swasta. Organisasi Sims telah disewa oleh Zobrist untuk melindungi Zobirst dan penelitiannya, termasuk menculik Langdon. 

Sims yang akhirnya mengetahui rencana sebenarnya dari Zobrist untuk membuat kacau dunia dengan virus yang akan disebarkannya. Dan Langdon-lah satu-satunya petunjuk yang tersisa. Langdon yang kemudian terlepas juga dari tangannya. Demi menebus kesalahannya, Sims kemudian meminta Sinskey dan WHO untuk bekerjasama. Dengan sumber daya yang dimiliki organisasinya, Sims dapat membantu WHO untuk menemukan Langdon.

Di dalam kereta, nampak Langdon seperti merasakan kembali kesakitan di kepalanya. Namun, justeru setelah itu ingatan Langdon nampak kembali pulih. Dia pun menyadari bahwa semua yang dikatakan Bouchard sebelumnya adalah bohong adanya. Dia kembali ingat bahwa orang yang menemuinya di kampus bukanlah Bouchard, namun Sinskey. Langdon dan Sienna kemudian dapat mengelabui dan melumpuhkan Bouchard hingga mereka dapat keluar dan melarikan diri saat kereta berhenti di Padua.

Patung Kuda yang Terpenggal Kepalanya

Langdon dan Sienna berhasil meneruskan perjalanan ke Venesia. Sesampainya di kota di atas air itu, mereka kemudian segera mencari patung kuda yang terpenggal kepalanya, sebagaimana disebutkan dalam petunjuk pada Topeng Kematian Dante. Di sebuah musium, melalui seorang pemandu, mereka berhasil medapatkan informasi tentang patung kuda tersebut. 

Patung kuda yang kepalanya telah dipenggal oleh Enrico Dandolo, sang penguasa  (doge) abadi Venesia yang telah memerintah sejak 1192 hingga akhir hanyatnya di tahun 1205. Langdon pun menyebutkan jika mereka telah salah arah, seharusnya mereka menuju ke Aya Sofia di Istambul. Di sanalah Dandolo dimakamkan.

Langdon dan Sienna kemudian melihat Bouchard telah berhasil menyusul mereka, begitu pun Bouchard telah berhasil menemukan buruannya. Langdon dan Sienna kemudian berusaha keluar dari musium menyusuri bagian bawah musium. Dalam satu kesempatan ketika Sienna berhasil keluar melalui sebuah pintu jendela besi dan tinggal menunggu Langdon yang sedang berusaha naik keluar, Sienna tiba-tiba menutup kembali pintu jendela besi itu dari atas. Sienna mengungkapkan bahwa dirinya merupakan pacar Zobrist. 

Sienna pun kemudian pergi meninggalkan Langdon. Hingga naas, akhirnya Langdon pun dapat ditangkap oleh Bouchard. Langdon kemudian dibawa pergi Bouchard. Di suatu tempat, Bouchard kembali membujuk dan bahkan memaksa Langdon untuk menunjukkan di mana virus yang telah dibuat Zobrist disimpan. Saat itulah muncul Sims yang menikam dan kemudian menghabisi Bouchard.

Sims pun kemudian membeberkan pada Langdon jika luka di kepala Langdon hanyalah rekayasa. Termasuk yang dialami Langdon dari rumah sakit hingga apartemen Sienna. Insomnia yang dialaminya pun adalah dikarenakan sebuah obat yang telah disuntikkan ke Langdon. Juga penglihatan-penglihatan yang dialami Langdon, perasaan telah terinfeksi virus,.. Semua hanya rekayasa. 

Namun tidak dengan pengejaran Vayentha dan usaha pembunuhannya terhadap Langdon di Palazzo Vecchio. Itu adalah perintah Sims untuk membereskan keadaan yang dirasa Sims telah menjadi kacau.

Sims lalu membawa Langdon pergi. Sims kembali melanjutkan ceritanya. Dia menyebutkan bahwa Sienna telah datang kepadanya dan mengabarkan bahwa Zobrist telah meninggal dan meminta Sims untuk melakukan rekayasa terhadap Langdon tersebut. Namun sayangnya, Sienna kemudian membawa kabur sendiri Langdon. Agaknya Sienna memang ingin mendapatkan Langdon untuk dirinya sendiri, untuk memastikan virus itu benar-benar dapat tersebar.

Sampai di tujuan, Sims kemudian mempertemukan Langdon dengan Sinskey. Sinskey yang juga pernah menjadi bagian dari masa lalu Langdon.

Mereka pun lalu menuju Istambul menggunakan pesawat jet milik WHO.

Istana Tenggelam
Di dalam pesawat, Sinskey bercerita kepada Langdon jika dua tahun yang lalu Zobrist datang menemui WHO untuk dukungan terhadap sebuah proyek minuman dan makanan. Namun karena proyek tersebut dinilai tidak sehat, Sinskey pun mengusirnya dan kemudian mengawasinya. Tapi kemudian Zobrist menghilang. 

Di Istambul, nampak Sienna telah datang. Sienna menuju ke Universitas Istambul. Dia menemui seorang dosen yang merupakan teman Zobrist untuk meminta bantuan.

Langdon beserta Sims, Sinskey dan tim WHO-nya pun akhirnya mendarat dan bergegas menuju Aya Sofia. Sesampainya di sana, Langdon disambut Mirsat (Mehmet Ergen), seorang kurator di Aya Sofia. Langdon pun menyebutkan jika mereka ingin pergi ke makam Dandolo. Dari makam Dandolo, petunjuk kemudian mengarah ke Istana Tenggelam (Yerebatan Sarayi). Mereka pun bergegas ke sana.

Sementara itu, dosen yang ditemui Sienna, membawa Sienna ke seorang ahli peledak. Dari sana Sienna mendapatkan peledak yang dimaksudkan untuk merobek kantong yang membungkus virus. Sebab, jika kantong yang membungkus virus telah robek, maka tidak ada artinya lagi untuk menyelamatkannya.

Sienna memang begitu terobsesi terhadap Zobrist. Pandangan Zobrist yang bagi Sienna begitu mencerahkan. Tentang Wabah Hitam misalnya, selain pandemi tersebut memang telah menyebabkan kesengsaraan dan kematian, namun hal yang tidak pernah diungkap, menurut Zobrist, bahwa pandemi tersebut juga memperkecil populasi dan kemudian melahirkan Abad Pencerahan.

Bersama dosen dan temannya yang ahli peledak, Sienna kemudian menuju ke Istana Tenggelam di mana pelatarannya di bagian atas sudah disesaki dengan banyak orang yang datang dari berbagai penjuru dunia. Malam ini memang akan diselenggarakan sebuah pentas yang telah populer. Di sana terlihat pula Langdon dan yang lainnya.

Menyadari hal tersebut, Sinskey pun langsung dapat menebak jenis virus apa yang diciptakan Zobrist yang tidak lain adalah bioaerosol yang akan dilepas ke udara.

Sinskey kemudian memerintahkan untuk segera mengisolasi tempat tersebut. Termasuk memblokir sinyal komunikasi selular. Dan mereka pun lalu masuk ke dalam istana. 

Di dalam istana, nampak konser telah dimulai.

Mereka pun mulai menyusuri bagian demi bagian untuk menemukan virus tersebut. Berpacu dengan Sienna yang juga telah masuk ke dalam dan melihat mereka, namun mereka tidak menyadari kehadiran Sienna. Hingga mereka sampai ke bagian yang dinilai sama seperti yang ada dalam video yang diterima Sims dari Zobrist yang menunjukkan tempat keberadaan kantong virus.

Mereka pun segera membuat perimeter terhadap tempat tersebut.

Dalam satu kesempatan, Sims memergoki Sienna. Sims pun melakukan pengejaran. Sims sempat terluka dalam perkelahian dengan dua orang lelaki yang bersama Sienna.

Di sisi lain, nampak Sinskey telah menemukan kantong virus yang mereka cari yang tergantung di atas air di dekat sebuah pilar. Ia pun segera menceburkan diri. Disusul anggota tim yang lain yang membawa kotak untuk mengamankan virus.

Sims meneruskan pengejarannya terhadap Sienna. Namun karena pandangannya yang mulai kabur karena luka yang cukup serius di punggungnya, ia pun dapat dengan mudah diberdaya dan bahkan akhirnya dibunuh Sienna. 

Sienna kemudian menjatuhkan ke dalam air dua buah bom yang telah dikantonginya.

Langdon yang memergoki Sienna, kemudian berusaha membujuk Sienna agar tidak meneruskan niatnya. Namun Sienna tetap bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya demi kebaikan umat manusia. Meski Langdon pun terus berusaha meyakinkan Sienna bahwa apa yang dilakukannya keliru, tidak menyurutkan Sienna untuk menekan tuts ponselnya sebagai pemicu ledakan. Namun, jaringan selular memnag telah dimatikan.

Sienna pun nekat terjun ke dalam air untuk meledakkannya sendiri. Dan, dua buah bom yang telah dilemparkan Sienna pun meledak, menggetarkan istana.

Untunglah, virus telah berhasil diamankan ke dalam kotak. Namun, ternyata, salah seorang teman Sienna terjun ke dalam air juga. Dia berusaha merebut kotak pengaman virus dari tangan Sinskey dan berusaha membuka pengaitnya. 

Langdon, melihat Sinskey dalam bahaya, pun menceburkan diri ke dalam air dan membantu Sinskey merebut kembali kotak pengaman virus dari teman Sienna. Pada akhirnya Langdon pun dapat mengalahkannya dan kotak pun dapat diselamatkan. 

Simak juga ulasan-ulasan fim KBC-43 menarik lainnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun