Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahukah Anda Bahwa Programer Pertama Adalah Seorang Wanita?

20 Juni 2020   15:17 Diperbarui: 20 Juni 2020   15:10 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potongan kode program | dokpri

"Sometimes a man can meet his destiny on the road he took to avoid it."

Di kalangan programer, terkenal sebuah lelucon yang menyatakan kenapa koding itu sangat rumit, karena tidak lain pencetusnya adalah seorang wanita. Wanita memang rumit.

Hehehe, tentu itu hanyalah sebuah lelucon. Namun bahwa yang pertama kali melakukan koding adalah seorang wanita, ini benar. Ya, programer pertama di dunia memang adalah seorang wanita. Dia adalah Ada Lovelace, seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris.

Dan, membicarakan tentang Ada Lovelace, saya pun teringat dengan tagline yang diusung oleh WordPress, "code is poetry", kode adalah puisi. Entah ada hubungannya dengan Ada Lovelace atau tidak Wordpress mengusung tagline itu, bisa saja semacam "music is math"-nya Boards of Canada. Musik itu matematika. Kode-kode program memang mirip baris-baris puisi. Rumit. Dan kadang susah dipahami. Namun yang jelas, Ada Lovelace pun merupakan anak dari seorang penyair Inggris terkenal, Lord Byron.


Berawal dari Kekecewaan Ibunya Terhadap Lord Byron

Meski Ada merupakan anak sah satu-satunya dari Lord Byron, namun Ada tidak pernah bertemu dengan Byron. Ayahnya itu meninggalkan ibunya,  Anne Isabella, tak lama setelah Ada lahir. Konon, Byron meninggalkan mereka karena kepincut dengan wanita lain, seorang aktris panggung. 

Namun, bagaimanapun, Ada tetaplah seorang anak bagi Byron. Byron sempat mengabadikan Ada dalam sebuah puisinya yang begitu menyentuh, sebelum kemudian ia meninggalkan Inggris. Byron sendiri kemudian meninggal ketika Ada masih berusia delapan tahun.

Toh, bagi Anne, kekecewaan tetaplah sebuah kekecewaan. Bermaksud agar Ada tidak mengikuti jejak ayahnya, Anne yang merupakan seorang ahli matematika juga, kemudian mengarahkan Ada untuk belajar dan menekuni matematika dan logika. Meski, hal ini pun tidak meruntuhkan Ada untuk tetap mencintai ayahnya. Ada bahkan menamai kedua anaknya dengan Byron dan Gordon. Lord Byron mempunyai nama lengkap George Gordon Byron. Bahkan, Ada kemudian dikuburkan di samping makam ayahnya, sesuai permintaan Ada sebelum meninggal.

Bertemu dengan Bapak Komputer, Charles Babbage

Ada adalah seorang anak yang cerdas. Meski masih kanak-kanak, Ada dapat dengan cepat menyerap dan memahami matematika dan logika yang diajarkan kepadanya. Di usianya yang ke dua belas tahun, ia bahkan telah dapat merancang konsep mesin terbang. 

Ada pun gemar mempelajari teori-teori dan konsep-konsep yang diciptakan orang lain. Termasuk konsep mesin analitis (analytical engine) yang sedang dikembangkan oleh Charles Babbage, yang kelak dari hasil karyanya itu orang menjulukinya sebagai Bapak Komputer.

Ada kemudian dipertemukan dengan Charles Babbage melalui kolega Babbage yang sekaligus menjadi guru privat Ada, Marry Somerville.

Tertarik dengan mesin analitis Babbage, Ada kemudian mempelajari sebuah tulisan tentang mesin hitung dari Luigi Menabrea, seorang militer Italia. Ada pun kemudian menerjemahkan tulisan tersebut ke dalam bahasa Inggris yang telah dilengkapinya dengan catatan-catatan dengan judul Sketch of the Analytical Engine Invented by Charles Babbage, yang kemudian dimuat dalam Scientific Memoirs Edisi ke-3 tahun 1842. Dari situlah kemudian Ada mulai menulis dan mengembangkan algoritma pemrograman komputer.

Demikianlah sekelumit kisah tentang Ada Lovelace, seorang wanita yang meski awal karirnya merupakan sebuah "kecelakaan" karena disetir oleh ibunya, namun Ada memang dapat membuktikan dirinya sebagai seorang yang jenius. Takdir kadang memang datang dari jalan yang tidak kita kehendaki, seperti yang diungkapkan Wexler dalam film The International, sebagaimana saya cuplik di awal tulisan ini di atas.

Semoga dapat menambah wawasan bagi kita bersama. Salam.

Simak juga tulisan-tulisan KBC-43 menarik lainnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun