"Life will knock us down, but we can choose, whether or not, to get back up"
Itulah pesan yang saya tangkap usai menyaksikan film Karate Kid yang menjelang dini hari tadi kembali ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta. "Hidup akan (dapat) menumbangkan kita, namun kita (tetap) dapat memilih, apakah akan terpuruk atau bangkit kembali."Â
Pesan, yang sampai dua kali disampaikan, pertama, melalui Han, yang merasa tersadarkan oleh Dre Parker, murid kungfunya, setelah sekian lama meratapi kecelakaan yang telah merenggut nyawa anak dan istrinya. Kedua, melalui Dre, saat memilih untuk menuntaskan pertandingan meski dengan kondisi yang hampir tidak memungkinkan.
Menyimak (kembali) film tersebut di saat-saat pandemi sekarang ini, memang banyak memberikan pencerahan pada kita. Banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan, terutama untuk selalu berjuang dan tidak mudah berputus asa. Untuk selalu percaya pada harapan-harapan.
Film yang dirilis pada tahun 2010 ini, dibintangi oleh aktor kawakan Jackie Chan yang memerankan Han, seorang penjaga sekolah di Beijing, juga Jaden Smith yang memerankan Dre Parker, seorang murid baru di sekolah di mana Han bekerja yang merupakan pindahan dari Detroit, Amerika Serikat, yang mengikuti dinas ibunya, Sherry Parker (diperankan oleh Taraji P. Henson yang saat ini tengah terlibat juga dalam pembuatan sekuel fim Minions: The Rise of Gru yang berperan sebagai pengisi suara Belle Bottom). Jaden Smith merupakan anak dari aktor kawakan Holywood, Will Smith, yang memainkan peran tidak kalah profesionalnya dengan sang ayah. Â
Sebagai murid baru, agaknya Dre mengalami nasib yang kurang beruntung. Ia yang kemudian tertarik dan mencoba akrab dengan teman sekolahnya yang pandai bermain biola, Mei Ying (Wenwen Han) namun kemudian agaknya tidak disukai oleh Cheng (Zhenwei Wang) yang merupakan kerabat dari Mei.
Cheng yang kemudian merasa jagoan karena memiliki keahlian bela diri, bersama teman-temannya akhirnya melakukan perundungan (bullying) dan penganiayaan terhadap Dre, yang tidak memiliki keahlian beladiri, secara habis-habisan.Â
Han secara kebetulan mengetahui kejadian tersebut dan mencoba membela Dre. Melihat kemampuan Han, Dre kemudian memohon untuk diajari kungfu agar bisa membela diri dari Cheng dan kawan-kawannya. Namun Han menolaknya dan justeru menyebutkan bahwa Cheng dan kawan-kawannya sebenarnya tidak jahat.
Mereka hanya korban salah didik dari guru mereka, Guru Li (Yu Rongguang). setelah mengobati Dre, Han pun membawa Dre ke perguruan di mana Cheng berlatih bela diri bermaksud meminta damai. Namun, alih-alih diterima oleh Guru Li, kehadiran Han dan Dre justeru diartikan sebagai penghinaan dan kemudian menantang Dre untuk bertanding dengan anak muridnya, atau Han untuk bertanding dengan dirinya.
Menolak dengan halus, Han, melihat sebuah poster turnamen bela diri yang terpajang di dinding, kemudian menyebutkan bahwa Dre akan mengikuti turnamen tersebut. Akhirnya Guru Li menyepakati.
Han kemudian meminta kepada Guru Li agar sebelum pertandingan di turnamen, Cheng dan kawan-kawannya tidak lagi menggangu Dre. Guru Li menyanggupi namun kemudian juga mengancam jika kemudian Dre ternyata tidak jadi muncul di turnamen, ia akan menghabisi Han dan juga Dre.
Han pun kemudian melatih Dre kungfu untuk dapat mengikuti turnamen. Hingga akhirnya Dre yang sempat dicurangi oleh Liang (Shijia Lu) salah seorang murid Guru Li dalam babak semi final hingga terancam tidak dapat melanjutkan pertandingan, namun kemudian Dre dapat memenangkan turnamen dengan mengalahkan Cheng pada babak final dan sekaligus membebaskan dirinya dari rasa takut terhadap ancaman Guru Li, Cheng dan kawan-kawannya. Kemenangan Dre sekaligus memberikan kesadaran pada Cheng dan kawan-kawannya yang kemudian memberikan penghormatan kepada Dre dan Han.
Duet Han dan Dre agaknya saling melengkapi. Han yang akhirnya berhasil membebaskan Dre dari rasa takut, demikian juga Dre yang berhasil mengangkat kembali Han dari kesedihan yang mendalam bahkan keputusasaan atas kepergian anak dan istrinya.
Hadirnya Chopin
Ada yang menarik dari film Karate Kid yang disutradarai oleh Harald Zwart. Agaknya bukan tanpa sengaja, ketika Nocturne No. 20 gubahan Chopin dihadirkan sebagai pilihan Mei untuk tampil pada audisi di sekolahnya.
Karya ini pernah dibawakan oleh penyintas Holocaust, Natalia Karp yang disajikannya buat komandan kamp konsentrasi NAZI, Amon Goeth di mana Goeth sangat terkesan dengan pembawaan Natalia yang menjadikannya kemudian menyelamatkan kehidupan Natalia.
Karya ini juga dimainkan oleh penyintas Holocaust lainnya yang juga seorang pianis Polandia sebagaimana Natalia Karp, Wladyslaw Szpilman, pada siaran langsung terakhir dari radio Polandia pada 23 September 1939 saat Warsawa terkepung oleh tentara Jerman.
Nocturne No. 20 dihadirkan pada film Karate Kid, agaknya sebagai citra dari sebuah harapan. Harapan tentang kehidupan. Harapan untuk dapat bangkit dan tetap mempertahankan kehidupan.
Simak ulasan-ulasan film KBC-43 lainnya:
"Bunraku", Hasrat Manusia untuk Menjadi yang Paling Berkuasa
"The Circle", Pada Akhirnya Privasi Tetaplah Privasi
Simak juga artikel-artikel KBC-43 terkait dengan Pandemi Covid-19:
Merunut Akar Permasalahan Pandemi yang Tak Kunjung Berkesudahan
Inilah Protokol Kerja Pasca PSBB Diakhiri
Memahami Logika "Berdamai dengan Corona"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H