Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Larangan Mudik dan Bolehnya Pulang Kampung oleh Presiden Jokowi

23 April 2020   15:20 Diperbarui: 23 April 2020   15:34 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik dengan pulang kampung sebenarnya tidak ada bedanya. Mudik yang berasal dari bahasa Jawa "mulih dilik" yang berarti pulang dulu (ke kampung) adalah tradisi dari jaman sebelum ada lebaran, dari jaman Majapahit--bahkan sebelumnya, yang dilakukan para perantau. 

Mudik kemudian mengalami pergeseran menjadi "menuju udik" yang artinya juga sama, menuju atau pulang ke kampung, dan lebih dikaitkan dengan lebaran. 

Jika mudik atau pulang kampung awalnya hanya berlaku bagi orang yang merantau ke kota atau ke daerah lain, namun sekarang mudik, atau tepatnya mudik lebaran, bisa dilakukan oleh siapa saja baik yang memang atau masih tinggal di kampung ataupun tidak (misalnya bersilaturahmi ke orangtua atau mertua, ingin berlebaran di kampung istri/suami, dan sebagainya).

Jokowi: Mudik dan Pulang Kampung itu Beda

Dalam sebuah wawancara di sebuah program televisi yang dipandu oleh Najwa Shihab, seperti yang dapat kita simak pada video di atas, Jokowi selaku presiden Indonesia, lebih jauh bahkan menyebutkan (dalam menit 11:55) jika mudik dan pulang kampung (sekarang) itu berbeda. 

Pulang kampung, menurut Jokowi, adalah hal yang biasa dilakukan kapan saja tidak hanya pada saat lebaran oleh mereka yang sebenarnya mempunyai tempat tinggal di kampung  namun melakukan usaha atau pekerjaannya di kota, seperti Jakarta. 

Kebanyakan mereka seperti pedagang sayur, pedagang warteg, pekerja pabrik, buruh bangunan, dan pekerja kasar atau non formal lainnya (pen.). Sedang mudik adalah kegiatan pulang atau pergi ke kampung berkenaan dengan lebaran yang dilakukan pada momentum lebaran.

Pendapat Jokowi tersebut spontan menjadi polemik di media sosial. Banyak yang kemudian mempertanyakan kebijakan yang dinilai absurd tersebut, bahkan meme yang bersifat mengolok-olok pun ramai bertebaran. 

Memanusiakan Manusia

Namun, terlepas dari pemaknaan antara mudik dan pulang kampung yang sama atau berbeda, saya dapat memahami maksud yang hendak diutarakan Jokowi. Setidaknya kalau benar tafsiran saya, meski tidak diutarakan secara langsung beliau hanya ingin "memanusiakan manusia". 

Bagaimanapun beliau juga adalah orang kampung (bukan penduduk asli Jakarta) yang berasal dari Solo. Beliau, tentu dapat merasakan bagaimana sedihnya ketika tidak dapat melaksanakan lebaran dengan orang-orang tercinta di kampung halaman. 

Dari yang saya tangkap, beliau hanya ingin memberikan "hak" yang memang menjadi hak orang kampung untuk melaksanakan puasa di kampung, untuk berlebaran dengan keluarganya di kampung.

Berkenaan dengan potensi penyebaran Covid-19 yang lebih luas ke daerah dengan adanya pembolehan pulang kampung sebagaimana dipertanyakan Najwa Shihab, Jokowi sendiri justeru melihatnya jika orang-orang yang memang berasal dari kampung atau daerah dan kemudian tetap berjejal di kota dengan tanpa aktifitas lagi di mana mereka kebanyakan tinggal sehari-hari dengan menempati ruang-ruang sempit kontrakan petakan yang bisa berisi hingga delapan orang, ini pun dapat memicu sebaran Covid-19. Belum lagi jika ditinjau dari sisi ekonomi.

Untunglah Jokowi yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Meski tetap menjadi polemik, namun saya membayangkan jika yang mengeluarkan pernyataan pembolehan pulang kampung bukan presiden sendiri, tentu akan semakin ramai.

Di sisi lain saya juga merasa bersyukur, Jokowi berani mengeluarkan pernyataan yang akan dapat menjadi bumerang baginya. Meski, saya sendiri tetap memutuskan untuk tidak berlebaran di kampung, namun ada empati yang saya rasakan.

Saya rasa ini pula perbedaan pemimpin yang berasal dari sipil dan non sipil. Sebagaimana pula dapat kita simak dari awal pada video di atas, semua kebijakan yang dikeluarkan Jokowi memang tidak saklek, selalu mempertimbangkan berbagai pilihan, bahkan yang saling berseberangan. 

Bukan Aji Mumpung

Toh, tidak serta merta lampu hijau yang diberikan presiden ini, kita, yang mempunyai kesempatan untuk pulang kampung, menjadikannya sebagai aji mumpung.  Jika kita memang masih bisa bertahan untuk tidak pulang kampung, sebaiknya kita pun tetap berada pada tempat tinggal kita sekarang.   

Opsi yang dipilih Jokowi sebagai presiden memang sulit dan berat. Karenanya, mari kita ikut meringankannya, agar corona tidak terus merajalela. Salam!

Simak tulisan KBC-43 menarik lainnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun