Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Belajar di Rumah

29 Maret 2020   07:00 Diperbarui: 29 Maret 2020   14:29 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu kegelisahan orang tua terkait proses belajar di rumah (dokpri)

Selain persoalan internet di atas yang lebih cenderung dialami oleh siswa sekolah menengah ke atas, kendala lain pada pelaksanaan belajar di rumah adalah keterbatasan waktu. Hal terakhir ini cenderung dialami oleh siswa sekolah dasar ke bawah.

Keterbatasan waktu di sini tentu bukan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh siswa, namun keterbatasan waktu orang tua siswa yang berfungsi sebagai pembimbing atau pendamping. 

Jika di perkotaan, banyak juga orang tua yang tinggal di rumah di saat-saat sekarang ini dengan adanya kebijakan work from home atau WFH juga bagi mereka, sehingga sembari bekerja mereka bisa juga membantu anak dalam proses belajarnya di rumah, tidak demikian yang dialami oleh para orang tua yang ada di pedesaan.

Dengan rata-rata profesi yang dijalani di luar sektor perkantoran, dari pedagang hingga buruh yang rata-rata penghasilannya juga harian, di mana jika mereka tidak bekerja maka tidak ada penghasilan yang akan mereka dapatkan untuk menutupi kebutuhannya, waktu untuk membimbing atau mendampingi anak pun hampir tidak ada. Dan ini pun dialami juga oleh mereka yang ada di perkotaan yang tidak bisa melaksanakan WFH dan terpaksa tetap bekerja.

Tapi bukankah orangtua itu ada dua dan salah satunya biasanya tetap tinggal di rumah? 

Benar, biasanya mencari nafkah dilakukan oleh ayah sebagai penanggung jawab ekonomi keluarga dan ibu akan tetap tinggal di rumah. Namun, tidak kemudian berarti bahwa di rumah ibu pun mempunyai banyak waktu luang. Bahkan pekerjaan rumah yang dilakukan oleh ibu bisa membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada waktu yang dibutuhkan oleh ayah untuk bekerja. 

Dengan adanya anak berkegiatan belajar di rumah, mau tidak mau, bisa tidak bisa ibu atau orang tua harus bisa membagi waktunya, karena pada prakteknya, ia harus menggantikan peran guru bagi anaknya selama jam belajar sekolahnya di rumah. 

Dari menerima materi dan tugas yang diberikan oleh guru melalui WhatsApp lalu menyampaikannya kepada anak yang mana ia pun harus selalu siaga, karena bisa jadi anak juga tidak atau kurang memahami materi dan tugas yang ada yang mesti dapat diterangkannya kembali atau dikonsultasikan kepada guru. Belum lagi selama kegiatan belajar di rumah, ia pun mesti merekam aktifitas si anak untuk kemudian dilaporkan kepada guru beserta hasil tugas atau pencapaian si anak.

Memang tidak semua guru atau sekolah menerapkan sistem seperti di atas dalam pelaksanaan belajar di rumah. Ada juga yang telah memberikan materi dan tugas yang akan dikerjakan anak selama belajar di rumah sebelumnya yang kemudian baru dikumpulkan atau dilaporkan nanti ketika telah masuk sekolah kembali. Namun, fungsi peran pengganti sebagai guru tetap dijalankan oleh orang tua. 

Terbatasnya Kuota Internet dan Ponsel yang Lemot

Harga kuota internet yang bagi sebagian orang masih cukup mahal, menjadi kendala pula dalam melaksanakan proses belajar di rumah. Jika biasanya kuota 2GB bisa digunakan untuk berinternet selama 1 bulan, maka sekarang kuota 2GB hanya cukup untuk 1 minggu atau beberapa hari saja. Belum lagi tidak semua orang juga bisa membeli ponsel yang ramah untuk berinternet secara cepat dan berlama-lama. Keterbatasan RAM dan memory internal menjadi kendala utama. Belum lagi sinyal internet yang kadang seperti lilin ditiup angin. 

Kedua kendala ini, tidak hanya dialami oleh para siswa dan orang tua, namun juga para guru. Dengan komunikasi yang semakin intens dengan para siswa dan orang tua, tentu dengan beban data yang mesti dikirim dan diterima secara bertubi-tubi, para guru pun sangat memerlukan kuota yang mencukupi dan jaringan internet yang lancar serta ponsel yang handal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun