Bukan kita menyebarkannya terlebih dahulu sembari menunggu ada yang menjadi korban atau tidak. Ini sama saja dengan pagar makan tanaman. Terlebih jika kita pun meragukannya.
Dengan kita menyebarkannya, bukankah sama juga dengan kita meragukan ketajaman pisau yang dikatakan orang tidak bisa melukai namun kita enggan mengujinya sendiri lalu kita mengabarkannya kepada orang lain hingga benar ada yang terluka baru kita pun mempercayai bahwa itu penipuan belaka.Â
Untuk melakukan penelusuran hoax melalui Google sebenarnya cukup mudah. Kita tinggal memasukkan kata kunci informasi yang akan kita cari disertai kata hoax di depannya. Misalnya kita ingin menguji kebenaran sebuah puisi yang beredar di media sosial yang berjudul Bubarnya Agama yang disebutkan ditulis oleh K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus. Kita bisa mencarinya misalnya dengan kata "hoax puisi gus mus bubarnya agama" seperti berikut:
Jika dari kata kunci yang kita masukkan ternyata hasilnya negatif (tidak ada indikasi hoax), kita bisa mencoba dengan kata kunci lainnya, atau melakukan penelusuran di tempat lainnya seperti pencarian di laman Facebook, Twitter dan Instagram ataupun di situs-situs khusus yang menangani hoax seperti situs kominfo.go.id, turnbackhoax.id, atau stophoax.id.
Bisa juga dengan menanyakannya langsung ke angggota grup lain (jika kita mendapatkannya di grup). Intinya, usahakan kita mendapatkan informasi yang jelas terlebih dahulu tentang sebuah informasi sebelum kita meneruskan ataupun menyebarkannya ke orang lain.
Manipulasi
Selain penipuan, hoax bisa juga berupa pemanipulasian informasi. Informasi yang sebelumnya sebenarnya valid atau benar, telah dimanipulasi sehingga menjadi tidak benar. Misalnya dengan menambahkan konten ataupun dengan memotong konten informasi tersebut sehingga akan menimbulkan persepsi yang berbeda dengan konten aslinya.
Penambahan biasanya terjadi pada konten gambar di mana pada gambar yang sebenarnya dibubuhi teks atau kalimat-kalimat yang cenderung bernada provokatif. Sementara pemotongan biasanya terjadi pada konten video seperti ceramah atau kejadian lainnya.
Manipulasi informasi bisa juga dengan mengganti judul atau penulis/pembuat konten aslinya. Misalnya pada puisi Bubarnya Agama seperti yang telah saya singgung di atas.
Puisi tersebut beredar dengan judul yang beragam. Ada yang bernada positif, Tuhan Mengajarkan Melalui Corona, ada juga yang bernada negatif, Bubarnya Agama. Entah mana yang benar. Puisi tersebut banyak disebar secara anonim, namun banyak juga yang menyertakan Gus Mus sebagai penulisnya, baik menggunakan judul yang pertama ataupun yang kedua.