Pada sebuah kelompok seperti ini, hanya sosok bertopeng yang sangat asing dapat menyebabkan perasaan seperti itu. Bahkan di antara mereka yang menertawakan hidup dan mati, beberapa hal tidak dapat ditertawakan. Semua orang nampak sekarang benar-benar merasa sosok asing itu tidak seharusnya dibiarkan bergabung dengan berpakaian seperti itu. Dia jangkung dan sangat kurus, dan tertutup dari kepala hingga kaki seperti orang mati yang bersiap-siang ke liang kubur. Topeng yang menutupi wajahnya---atau sungguhkah itu topeng?---topeng yang menutupi wajahnya sangat mirip wajah orang mati yang pada jarak paling dekatpun mata tidak dapat melihat perbedaannya. Dan lagi semua ini mungkin dapat diterima---tapi sosok bertopeng yang tidak seorangpun kenal itu telah membuat dirinya terlihat seperti Kematian Merah itu sendiri! Pakaiannya berlumuran darah. Dan topeng pada wajahnya diliputi bercak-bercak merah yang mengerikan ... atau mungkin itu memang wajahnya!
Saat Prospero menyaksikan keadaan yang mengerikan ini dia awalnya diliputi ketakutan---dan lalu dengan gusar. "Siapa yang berani?" teriaknya. "Tangkap dia! Cekal dia! Buka topengnya. Hingga kita dapat tahu siapa yang mesti kita gantung pada fajar nanti!"
Prospero berdiri di ruang biru saat dia mengucapkan kata-kata ini. Menggelegar sepanjang tujuh ruang, nyaring. Mula-mula, saat dia berkata, banyak penari mulai menyerbu sosok bertopeng asing itu. Tapi mereka berhenti, takut, dan tidak satupun berani menjulurkan tangan menyentuhnya. Sosok asing itu mulai melangkah menuju ruangan kedua. Dia berhenti beberapa langkah dari Prospero, yang berdiri masih, terkejut. Dan saat para penari melangkah mundur dari tengah ruangan, sosok asing itu bergerak tenang, tanpa henti, dengan langkah ringan dan teratur, menyusuri ruang biru menuju ruang ungu---menyusuri ruang ungu menuju ruang hijau---menyusuri ruang hijau menuju ruang kuning---menyusuri ini menuju ruang putih---dan lalu menuju ruang lembayung.
Saat sosok asing itu memasuki ruangan ketujuh, Prospero tiba-tiba dan dengan marah menerjang melalui ruangan keenam. Tidak satupun yang berani mengikutinya. Dia menghunuskan pisau tajam tinggi-tinggi di atas kepalanya, siap menyerang sosok asing itu. Saat dia tinggal tiga atau empat langkah terhadap sosok bertopeng asing itu, sosok asing itu berbalik dan berdiri tenang, menatap tajam ke dalam mata Prospero. Ada jeritan---dan pisau itu terlempar ke lantai, menyusul satu menit kemudian Prospero sendiri jatuh, tewas. Para penari berhamburan ke dalam ruangan hitam. Para laki-laki yang terkuat berusaha menangkap sosok bertopeng itu, yang sosok jangkungnya berdiri di samping lonceng hitam; tapi saat mereka menyentuhnya mereka mendapati di dalam jubah kubur itu tidak ada sosok manusia, tidak ada tubuh---tidak ada apa pun!
Kini mereka tahu itu adalah Kematian Merah itu sendiri yang telah datang malam ini. Satu persatu para penari jatuh, dan masing-masing tewas saat jatuh. Dan api-api padam. Dan lonceng berhenti. Dan kegelapan dan kebusukan dan sang Kematian Merah berkuasa selamanya atas segalanya. Â Â
* 1 yar = 0,91 m
** dialihbahasakan dari The Mask of the Red Death, sebuah cerita dalam booklet antologi cerita Edgar Allan Poe: Storyteller yang diterbitkan oleh radio Voice of AmericaÂ
Baca cerita-cerita Edgar Allan Poe menarik lainnya:
Juga artikel-artikel KBC-43 menarik lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H