Cerita: Edgar Allan Poe
TEMANKU Dupin sekarang yakin pembunuhan di Rue Morgue itu telah dilakukan oleh seekor binatang liar dari rimba, binatang mirip manusia yang dikenal sebagai orangutan. Binatang itu telah kabur dari pemiliknya, dia pikir; dan pemiliknya itu mungkin seorang pelaut.
Dia telah memasang iklan di suratkabar bahwa orang yang memiliki orangutan itu dapat memiliknya kembali jika dia datang ke rumah kami untuk mengambilnya. Sekarang, saat pemilik itu menuju kamar kami, kami berdua tengah berpikir apakah orang itu akan datang, seperti Dupin duga, seorang pelaut.
Ya. Orang yang masuk itu  sungguh seorang pelaut. Dia seorang laki-laki yang besar, dan kekar. Dia membawa sepotong kayu yang besar, berat, tapi tanpa senjata. Dia menyapa kami, dalam bahasa Prancis: "Selamat sore."
"Duduklah, Teman. Saya menduga. Anda pasti datang untuk menanyakan orangutan itu. Binatang yang sangat bagus. Saya tidak ragu itu adalah binatang yang sangat berharga. Berapa umurnya Anda pikir itu?"
"Saya tidak dapat menerka berapa umurnya, tapi ia tidak mungkin lebih dari empat atau lima tahun. Apakah anda menginginkannya di sini?"
"Tidak, tidak. Kami tidak punya tempat untuknya di sini. Anda dapat membawanya besok pagi. Tentu anda bisa membuktikan itu milik anda?"
"Ya. Ya, saya bisa."
"Saya harap saya dapat mempercayainya."
"Saya akan senang menerimanya. Saya ... tentu akan memberi Anda imbalan karena menemukan dan merawat binatang itu. Apapun ... apapun alasannya."
"Yah ... Itu sangat adil, memang. Biar saya pikir. Apa yang akan saya tanyakan pada Anda? Saya tahu! Biarlah ini sebagai imbalan saya. Ceritakan pada saya semua yang Anda ketahui tentang pembunuhan di Rue Morgue."
Selesai berkata langsung Dupin melangkah ke pintu, menguncinya, dan menaruh kuncinya ke dalam jasnya. Pada saat yang sama dia keluarkan sebuah pistol dari dalam jasnya dan meletakkannya ke atas meja.
Wajah si pelaut berubah merah. Dia melompat dan meraih tongkat kayunya, tapi pada saat kemudian dia duduk kembali ke atas kursinya, gemetar. Wajahnya menjadi begitu pucat, pasi. Dia tidak berkata apa-apa. Matanya tertutup.
"Teman, Anda tidak usah takut. Kami tidak akan menyakiti Anda. Saya tahu betul Anda sendiri bukanlah pembunuhnya. Tapi pasti Anda tahu sesuatu tentangnya---atau pembunuhan itu. Dari apa yang saya barusan katakan, Anda mesti tahu saya punya cara mempelajari persoalan itu---cara yang  tidak pernah dapat Anda bayangkan.
"Sekarang, saya tahu Anda sendiri tidak melakukan kesalahan. Anda bahkan tidak mengambil sedikitpun uang. Anda tidak punya alasan untuk takut mengatakan dan menceritakan kebenarannya. Ini soal harga diri bagi Anda untuk menceritakan semua yang Anda tahu. Dan Anda tahu siapa pembunuhnya."
"Maka percayalah! Saya ... saya akan menceritakan padamu semua yang saya tahu tentang ini, semua yang saya tahu---tapi saya tidak ingin Anda mempercayai setengah-setengah apa yang saya katakan---tidak setengah-setengah. Tetap saya tidak membunuh siapapun, dan saya akan ceritakan seluruh kisah di mana saya hampir mati karenanya. Binatang itulah! Orangutan itu! ...
"Kira-kira setahun yang lalu kapal kami berlayar ke timur jauh, ke pulau Borneo. Saya belum pernah sebelumnya melihat Borneo. Hutannya, rimbanya, lebat oleh pepohonan dan tumbuh-tumbuhan lainnya, dan panas dan basah dan gelap. Tapi kami pergi---seorang teman dan saya---kami pergi ke dalam hutan itu---mencari kesenangan.
Di sana kami melihat orangutan ini, seekor binatang yang besar. Tapi kami dua orang, dan kami menangkapnya. Kami membawanya serta ke kapal kami. Toh, tak lama, teman saya meninggal, dan binatang itu menjadi milik saya. Tapi ia terlalu kuat dan menyebabkan banyak masalah.
"Pada akhirnya saya membawanya serta kembali ke Paris. Saya merawatnya di rumah saya, di rumah saya sendiri, rapat-rapat menguncinya, hingga para tetangga tidak dapat tahu tentangnya. Binatang itu telah melukai satu kaki hingga parah saat di atas kapal. Saya pikir ... saya pikir akan lebih baik jika saya segera menjualnya. Saya yakin ia sangat berharga. Dan ia begitu menyusahkan untuk dirawat! Saya ingin menjualnya, segera.
"Pada malam pembunuhan, sangat larut, saya pulang dan mendapati binatang itu di kamar tidur saya. Dia telah terlepas, saya tidak tahu bagaimana. Dia memegang sebuah pisau di tangannya, dan memain-mainkannya. Saya takut. Saya tidak tahu apa yang mesti dilakukan.
Saat dia melihat saya dia melompat, berlari keluar kamar dan menuruni tangga. Dia mendapati sebuah jendela yang terbuka dan melompat ke jalan. Saya kejar, tidak jauh di belakang, meski saya tidak punya harapan untuk menangkapnya kembali.
Binatang itu, dengan pisau yang masih di tangannya, berhenti sesekali menengok ke belakang kepada saya. Tapi sebelum saya dapat mendekat untuk dapat menangkapnya, binatang itu selalu berlari lagi. Ia seperti sedang mempermainkan saya.
"Hampir pagi, tapi jalanan masih gelap, dan lengang. Kami sampai di belakang sebuah rumah di Rue Morgue. Binatang itu menengok ke atas dan melihat sebuah cahaya pada jendela yang terbuka dari sebuah kamar jauh di atas. Hanya itu jendela yang nampak terang. Binatang itu melihat tiang logam, menaikinya dengan mudah dan cepat, dan melompat ke dalam kamar. Semua ini tidak sampai satu menit.
"Saya tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Saya tidak tahu apa yang dapat saya lakukan. Saya ikuti binatang itu. Saya pun menaiki tiang itu. Sebagai pelaut itu mudah bagi saya. Tapi jendela yang terbuka itu jauh dari tiang dan saya takut untuk mencoba melompat. Toh saya dapat melihat ke dalam kamar, melalui jendela yang lain, yang tertutup.
"Dua orang wanita sedang duduk di sana, membelakangi jendela. Siapa yang dapat menerka kenapa mereka tidak tidur pada saat malam begitu? Sebuah kotak ada di tengah lantai. Dokumen-dokumen isi kotak itu berserakan di lantai. Wanita-wanita itu nampak sedang mempelajari beberapanya. Mereka tidak melihat binatang itu, yang tengah berdiri di sana, menonton dengan pisau masih di salah satu tangan. Tapi si wanita tua mendengarnya dan menengokkan kepalanya dan melihat binatang itu di sana, dengan pisau di tangan, dan lalu ... lalu saya mendengar awal jeritan-jeritan yang menakutkan itu.
"Saat binatang itu mendengar jeritan si wanita  tua ia menjambak rambutnya dan perlahan mengayun-ayunkan pisau di depan wajahnya. Si gadis, penuh ketakutan, jatuh ke lantai dan selanjutnya tidak bergerak, matanya tertutup. Si wanita tua terus menjerit dan minta tolong, menjerit ketakutan. Saya pikir binatang itu sekarang ketakutan seperti wanita tua itu. Dengan kuat sekali ia mencabut segenggam rambut.
Dan saat si wanita, berlumuran darah, berusaha lari darinya, binatang itu menjambak rambutnya kembali dan dengan satu gerakan tangan ia hampir mencopot kepalanya dari tubuhnya. Menjatuhkan mayatnya, binatang itu berpaling dan melihat si gadis bangun, menatapnya ketakutan. Dengan kemarahan di matanya ia serang gadis itu, mencengkramkan jari-jari kuatnya ke lehernya, dan mencekikannya kuat-kuat hingga dia tewas.
"Saat si gadis berhenti bergerak, binatang itu meletakkan mayatnya ke atas lantai dan menengadah. Ia melihat wajah saya di jendela. Ia mulai berlarian mengelilingi ruangan, cepat, tak beraturan. Ia melompat-lompat, menjatuhkan kursi-kursi, mengobrak-abrik tempat tidur. Tiba-tiba ia berhenti dan mengambil mayat si gadis dan, seolah hendak menyembunyikannya, dengan kuat sekali ia mengangkat mayat itu ke atas tungku perapian, di mana ia ditemukan. Ia lemparkan wanita tua itu keluar jendela.
"Saat semua ini berlangsung saya menggantung pada tiang, penuh ketakutan. Sepertinya saya telah kehilangan daya untuk bergerak. Tapi saat melihat binatang itu mendekati jendela dengan mayat wanita tua itu, ketakutan saya berubah menjadi kekhawatiran. Saya bergegas turun---saya hampir jatuh dari tiang, dan saya berlari. Saya tidak menengok ke belakang. Saya lari! "Oh Tuhan! Tuhan!"
Kepala kepolisian tidak senang jawaban untuk misteri pembunuhan itu telah ditemukan seseorang yang bukan polisi. Dia mengatakan orang-orang hendaknya mengurusi urusannya sendiri-sendiri. "Biar dia bicara," kata Dupin.
"Biar dia bicara. Dia akan merasa lebih baik karenanya. Dan dia seorang pemuda yang baik. Tapi dia membuat sesuatunya tidak lebih sederhana dari semestinya. Tetap, orang-orang menyebutnya berbakat, dan bahkan bijak. Aku kira mereka mengatakannya sebab dari cara dia menjelaskan, dengan seksama, menyeluruh, sesuatu yang bukan di sini, atau di sana, atau di manapun; dan mengatakan, "Tidak mungkin!" terhadap sesuatu yang berada di depan matanya." Â (tamat)
* dialihbahasakan dari The Murder in The Rue Morgue, sebuah cerita berseri dalam booklet antologi cerita Edgar Allan Poe: Storyteller yang diterbitkan oleh radio Voice of America
** orang-orang Eropa (dalam hal ini: Inggris, Prancis dan sekitarnya) mayoritasnya adalah umat Kristiani dan Yesus sendiri tinggal di Yerusalem dan sekitarnya. Mereka telah mengenal kawasan ini yang terletak di sebelah timur kawasan mereka sebagai kawasan Timur meliputi Mesir, Arab, Irak, Persia hingga India. Sekitar abad ke 13 mereka mulai mengenal Cina dan negara-negara sekitarnya, termasuk Indonesia, yang terletak lebih jauh ke timur daripada Yerusalem hingga secara alami mereka menyebutnya kawasan Timur Jauh
*** Borneo adalah nama lain pulau Kalimantan, seperti halnya pulau Sumatera sering juga disebut pulau Andalas
Baca juga artikel-artikel menarik KBC-43, antara lain:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H