"Ya, tidak dapat diragukan!" kataku.
      Mulanya aku tidak melihat keganjilan di sini. Dupin sepakat denganku, dengan pemikiranku. Ini, tentu, nampak bagiku wajar saja. Untuk beberapa saat aku kembali melangkah, dan merenung; tapi tiba-tiba aku sadar Dupin telah sepakat dengan sesuatu yang masih sebuah pemikiran. Aku tidak pernah mengatakan sepatah katapun.Â
Aku berhenti melangkah dan berpaling ke temanku. "Dupin," kataku, "Dupin, ini di luar pemahamanku. Bagaimana kau dapat tahu aku sedang berpikir tentang ..."sampai di sini aku berhenti, sekedar mengujinya, untuk mengetahui apakah dia benar-benar tahu pemikiranku yang tersembunyi.
      "Bagaimana aku tahu kau sedang berpikir tentang Chantilly? Kenapa kau berhenti? Kau sedang berpikir Chantilly terlalu kecil untuk lakon-lakon yang dia mainkan.
      "Itulah sesungguhnya yang sedang aku pikirkan. Tapi, katakana padaku, demi nama Tuhan, dengan cara---jika ada cara---apa kau dapat melihat ke dalam batinku dalam hal ini."
      "Penjual buah."
      "Penjual buah? Aku tidak tahu ada penjual  buah."
      "Aku maksud laki-laki yang berlari ke arahmu saat kita memasuki jalan ini---kira-kira sepuluh atau lima belas menit yang lalu, mungkin kurang."
      "Ya; ya, benar, aku ingat sekarang. Seorang penjual buah, membawa sekeranjang besar apel di atas kepalanya, hampir membuatku jatuh. Tapi aku tidak mengerti kenapa penjual buah itu dapat membuatku berpikir tentang Chantilly---atau, jika dia dapat, bagaimana kau dapat mengetahuinya."
      "Akan ku jelaskan. Dengarkan baik-baik sekarang:
      "Mari kita telusuri pemikiranmu dari penjual buah itu ke pemain lakon, Chantilly. Pemikiran itu mengalir seperti ini: dari penjual buah itu ke batu-batu jalanan, dari batu-batu jalanan ke "Stereotomy", dan dari "Stereotomy" ke Epicurus", ke Orion, dan lalu ke Chantilly.