"Tentu saja luar biasa Nak Tomo. Hari bersejarah harus dirayakan besar-besaran, rencana saya, nanti acara pernikahan berlangsung tujuh hari tujuh malam. Undangan dibagi per hari. Hiburan juga dibagi per hari. Pakaian pengantin tentu sehari dua kali, sebelum lohor, dan sesudah lohor. Tentu pakaian pengantin beda. Sehari murah kok, bayar jasa rias hanya sekitar delapan juta sehari. Aku ingin anakku dan Nak Tamtomo berbahagia."
"Pak....
"Menurut kebiasaan di kampung sini, seluruh biaya perabotan dan tanggapan hiburan ditanggung pihak pengantin laki-laki. Hanya konsumsi yang ditanggung pihak perempuan. Untuk total biaya nanti kita bicarakan lagi."
"Pak...."
"Tapi untuk gambaran bolehlah, rias delapan juta kali tujuh, lima puluh enam juta. Wayang kulit lima belas juta, organ tunggal enam juta, orkes melayu juga enam juta. Kesenian tradisional Ndholalak lima juta. Hiburan mainan yang lain taruhlah sekitar lima sampai sepuluh juta. Jadi, untuk gambaran sementara ... pihak kami untuk makan tujuh hari, tujuh kali tujuh juta, untuk pihak Nak Tamtomo sekitar sembilan puluh delapan juta, bulatkan saja seratus juta.
"Pak....."
"Tergantung lamaran ini mau menentukan Tanggal nikahnya kapan. Kalau dalam bulan ini, maka tujuh puluh lima persen harus dikirim ke kami minggu ini."
"Pak..."
"Tapi jika ada, langsung semuanya juga boleh...."
"Paak... paaaak..... aaaa..... aaaakkkkk......"
Perlahan tubuh Tamtomo lunglai. Pemuda itu pingsan.