“Hmh ..... yaaa... sudahlah!”
Akhirnya dengan menjual ayam bangkok piaraannya, Gono memiliki cincin akik combong. Setelah memperoleh seambrek wejangan dari Drona, pemuda itu yakin sebentar lagi akan mendapatkan perempuan.
Pertama ia mengunjungi Narsih, gadis yang diincarnya. Tetapi nihil. Gadis itu malah ketahuan dibonceng Harto. Ia tidak putus asa. Hari-hari berikutnya ia coba ke banyak perempuan tak ada yang kepincut dengan dirinya. Ketika pikirannya hampir konslet, ia peri ke pasar. Bukankah di pasar banyak peremuan? Pikirnya. Namun apa lacur? Tak ada pula yang menengok barang satupun.
Akhirya setelah sebulan ia datangi Drona.
“Ini akik combong pelet asihan apaan Dron? Kau menipuku ya?”
“Aaah enggak .... coba sini aku lihat ada troubleapa dengan isi si combong ini!” kata Drona seraya meminta cincin. Gono memberikan dengan tidak yakin.
“Periksa yang beneeer!”
Sambil memegang cincin, mata Drona terpejam. Bibirnya komat-kamit. Beberapa saat kemudian Drona menempelkan cincin di telinganya. Matanya masih terpejam. Bebarapa saat kemudian Drona melek kembali. Ia menggelengkan kepalanya.
“Ada apa?”
“Gawat... begitu kata penunggu cincin ini!”
“Apa katanya?”