"Oh iya benar kak, kakak siapa namanya?"
"Ramayana.... berarti istriku ini yang dulu aku kasih trekking pole?"
"Kak Rama yang dulu aku kasih pisau Krisbow."
"Iya ..... "
“Oooooohhh terima kasih Kak Rama, pisau Krisbow itu masih kakak simpan.”
“Kalau bukan gadis cantik yang pesan untuk menyimpan, mungkin aku tidak akan mau menyimpannya. Rupanya Allah mengirim aku ke ketinggian Ciremai untuk menemukan keindahan, keindahan Ciremai, juga keindahan Ayu. Apalagi hhhmhhh.... hidungnya yang mancung Ayu …. aduuuuh….. dari dulu sebenarnya Papah ingin menyentuhnya, tapi takut dosa.”
“Alhamdulillah, di puncak Ciremai Allah mengirim pemuda yang masih ingat dosa.”
“Ayu…. “ kata Rama perlahan.
“Iya Kaaak….”
“Simpan cinta Rama sampai akhir hayat ya….” kata Rama perlahan. Mata Ayu berkaca-kaca. Ayu mencoba tersenyum. Namun tertahan oleh rasa harunya. Perlahan Rama mendekap istrinya, membenamkan wajahnya di dadanya.
“Insya Allah Kaaak….. “ jawab Ayu hampir tak terdengar.
Ayu ingat benar, sekembalinya dari pertemuan di puncak Ciremai ia semakin akrab dengan Rama, tetapi keduanya saling menjaga jarak. Tak banyak kata dan pertemuan. Tapi rupanya cinta memang telah memberikan kepercayaan yang dalam bagi keduanya. Hingga setelah Rama mengembangkan usahanya di wilayah Purbalingga, laki-laki itu mengkhitbah gadis yang dicintainya tanpa pacaran.
Kini di rumah yang tenteram itu ada Putri Edelweiss, anak mereka. Ada trekking pole dan pisau lipat Krisbow di dinding, yang selalu mengingatkan tentang bibit-bibit cinta mereka di puncak Ciremai. ***
*edisi request Ayu Nuramalia
1. Berpose memulai pendakian
[caption caption="masuk Pos 1 - dok. Ayu Nuramalia"]
2. Ayu di puncak Ciremai
[caption caption="di Puncak Ciremai - dok. Ayu Nuramalia"]
3. Ayu , Trekking Pole dan Pisau Krisbow
[caption caption="foto dok Ayu Nuramalia - kre. pribadi"]