Sebagai sebuah program sekolah yang positif, tentu sekolah kami akan tetap berusaha melestarikan kebiasaan yang kami nilai cukup bermanfaat. Memang jer basuki mawa bea , untuk menjadi maju dan berprestasi pasti butuh biaya. Sebuah konsekuesi yang wajar. Tapi biarlah itu menjadi tanggungjawab pengelola dana (baik dari dana BOS atau yang lain).
Potensi untuk keberlangsungan rasanya masih tampak. Kegiatan dan karya kepenulisan siswa cukup banyak terdokumentasi. Kadang kami tdak menyangka juga, bahwa banyak siswa yang mampu untuk mengeluarkan ide dalam bentuk tulisan. Potensi lain secara formal, dukungan guru Bahasa Indonesia sebanyak 7 (tujuh) orang rasanya sangat cukup. Bahkan dua periode kepemimpinan sekolah dari tahun 2007 hingga sekarang, kepala sekolah dua-duanya berlatar belakang guru Bahasa Indonesia.
Sementara itu, di sisi yang paling sisi, terdapat pula dukungan (terutama dengan masukan) guru-guru yang punya hobi menulis. Memang memalukan jika guru-guru kelompok yang ini disebut kompasianer. Tapi kenyatannya memang ada lebih dari 1 orang yang suka mantengin kompasiana, membahas kompasiana walaupun tidak menulis. Sebut saja Pak Budi Rahayu dan Pak Aan Suciarahmat termasuk di kelompok ini.
Rasanya selama belum ada larangan memperingati bulan bahasa, di tahun-tahun yang akan datang, sekolah kami masih akan selalu mengusakan memberi warna Oktober. Tentu dengan kreasi-kreasi yang lain, yang lebih wah tetapi tetap menjaga asas bermanfaat bagi para siswa.
Menjelang 28 Oktober 2015, mari kita yang masih cinta INDONESIA mempersiapkan diri untuk merenungi makna Sumpah Pemuda. Mari rekan-rekan di sekolah lain di seluruh pelosok negeri ini! Bangsa Satu! Tanah Air Satu! Bahasa Satu! Indonesia ! ***
Majalengka, 24-10-2015
SMA Negeri 1 Majalengka
Jl. KH. Abdul Halim 113 Majalengka 45418
Jawa Barat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H