Pernahkah Anda tiba-tiba membeli barang yang sebetulnya tidak terlalu Anda butuhkan? Anda merasa akan memerlukan barang tersebut nanti, mumpung sedang ada diskon maka Anda beli saja?
Tertarik dengan diskon memang perilaku wajar pada sebagian besar konsumen. Penjual memanfaatkan godaan diskon atau potongan harga terhadap calon pembeli untuk membangkitkan minat berbelanja lebih dari yang mereka butuhkan. Gimmick seperti ini sudah lazim dilakukan di toko-toko, pasar swalayan, dan bahkan restoran dan kedai kopi.
Sering kita melihat tawaran semacam Rabu Berbagi misalnya, bila Anda membeli satu minuman maka Anda akan memperoleh satu minuman gratis untuk sahabat Anda. Seketika Anda akan mengajak teman Anda untuk ngopi di tempat tersebut. Anda mungkin beranggapan ini kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan. Ketika ngopi di kedai tersebut, Anda lalu tertarik dengan tumbler yang sedang diskon 20 persen atau pembuatan kartu anggota eksklusif yang akan mendapat banyak keuntungan.
Ketika Anda berbelanja di sebuah toko swalayan tiba-tiba mata Anda tertuju pada promosi beli dua kotak susu akan mendapatkan satu kotak susu gratis.
Susu mungkin tidak ada dalam daftar belanjaan Anda, tetapi akhirnya Anda merevisi daftar belanja dan menambahkan tiga kotak susu. Anda merasa beruntung telah menemukan promosi tersebut. Ketika Anda mendorong kereta belanjaan Anda menemukan lagi promosi serupa, misalnya beli kemasan besar minyak goreng berhadiah satu botol kecap dan seterusnya.
Ketika Anda membayar di kasir, tiba-tiba Anda menemui nilai yang harus Anda bayar melebihi anggaran belanja yang telah Anda perkirakan di rumah. Barang-barang belanjaan tersebut akhirnya menumpuk di lemari, kulkas atau rak-rak dapur Anda.
Lalu Anda menghibur diri, barang-barang itu untuk simpanan logistik yang pasti Anda butuhkan nanti. Tahu-tahu beberapa bulan kemudian barang-barang tersebut sudah kadaluwarsa atau mendekati sehingga Anda berusaha menghabiskannya dengan membuat makanan tertentu atau terpaksa membuangnya.
Diskon atau potongan harga memang bisa jadi salah satu bentuk penghematan ketika berbelanja. Akan tetapi, akan menjadi pemborosan dan bersifat konsumtif bila kita membeli barang yang sebetulnya tidak terlalu kita butuhkan dalam waktu dekat, apalagi sampai memang benar-benar tidak kita butuhkan. Sayang 'kan?
Sifat pemborosan bagaimanapun tidak baik, meskipun Anda termasuk orang kaya dan mampu membeli barang-barang tersebut. Hal itu menunjukkan sifat ketidakmampuan Anda mengendalikan emosi.
Ada beberapa tips yang dapat Anda terapkan saat ingin berbelanja atau pergi jalan-jalan ke mall, di antaranya:
1. Tetapkan dan patuhi tujuan Anda pergi ke mall atau saat berbelanja. Misalnya, tujuan Anda pergi ke mall hanya untuk makan siang dengan teman atau kolega, ya sudah lakukan itu saja.Â
Sebaiknya Anda tidak menitip agenda lain, misalnya mumpung di mall nanti mampir ke toko perkakas atau ke toko elektronik untuk melihat-lihat harga barang. Apabila keperluan untuk beli perkakas atau perangkat elektronik tidak mendesak, lupakan agenda sampingan tersebut.
2. Buatlah daftar belanjaan dari tumah dan patuhi hanya membeli barang yang ada dalam daftar. Ketika melihat promosi semacam beli satu gratis satu, apabila barang tersebut tidak ada dalam daftar ya lupakan saja. Jangan berlama-lama berdiam di depan konter tersebut dan mempertibangkannya.
3. Membeli barang secara online sebetulnya jadi cara belanja yang efeisien dan efektif. Akan tetapi, Anda harus tetap menerapkan hanya membeli barang yang Anda butuhkan. Jangan tergoda meng-klik iklan banner di toko online yang seolah-olah memberi keuntungan lebih. Klik atau pilih hanya promosi yang terkait dengan barang yang kita perlukan.
Tiga tips tersebut memang kelihatannya mudah, tetapi membutuhkan komitmen dan keteguhan hati untuk menerapkannya. Selamat berbelanja dengan bijak. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H