Mohon tunggu...
Didik Djunaedi
Didik Djunaedi Mohon Tunggu... Editor - Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Editor, penulis, dan penikmat hiburan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Beta Cinta Indonesia, Perjalanan Seni Guruh Soekarno Putra

27 Oktober 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:27 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nama Guruh Soekarno Putra dan Swara Mahardhika (SM) sudah tidak asing lagi di panggung hiburan Indonesia, terutama bagi mereka yang tumbuh remaja di era 70-an hingga 90-an. Guruh bersama rombongan keseniannya (grup tari) rajin mempergelarkan pertunjukan seni multisektor: nyanyi, tari, teater dan berbagai aksesori pertunjukan termasuk tata busana, panggung, dan lampu yang biasanya megah-mewah, extravaganza. Pendeknya pada zaman tersebut Guruh dan SM merupakan salah satu pencipta tren anak muda, terutama di perkotaan. Menjelang era 2000-an nama Guruh dan SM seakan meredup meskipun sesekali kita masih bisa melihat karya-karya mereka di televisi sebagai pemeriah acara maupun tampil sebagai pertunjukan utama. Swara Mahardhika sudah tidak lagi mempunyai pengaruh kuat di kalangan anak muda karena adanya banyak pengaruh pertunjukan seni dari berbagai media yang cenderung kebarat-baratan. Sementara pertunjukan yang dibawa Guruh, meskipun mengambil kemegahan pertunjukan seni barat serta berbagai elemen musik modern, selalu menyisipkan pesan cinta nusa dan bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari setiap lirik dan kostum yang mereka tampilkan dan juga elemen musik tradisional dari berbagai daerah. Lebih dari empat puluh tahun putra sang proklamator ini berkarya di dunia seni Indonesia, tidak kurang puluhan lagu karyanya telah menginspirasi anak-anak muda Indonesia dengan semangat nasionalisme yang kuat. Dalam rangka memperingati empat dekade beberapa waktu lalu Guruh mengadakan pertunjukan peringatan bertajuk "Beta Cinta Indonesia". Pertunjukan ini merupakan cuplikan perjalanan karier dan pagelaran seni yang pernah mereka tampilkan yang diramaikan oleh penyanyi-penyanyi zaman sekarang seperti Vidi Aldiano, Once dan Tompi, sambil tetap menyertakan salah satu bintang (sepanjang masa), Vina Panduwinata. Si burung camar ini memang telah banyak menyanyikan lagu-lagu karya Guruh, selain almarhum Chrisye dan Ahmad Albar. Selain pertunjukan akbar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, sebuah album musik bertajuk sama dengan pertunjukannya juga diluncurkan. Album ini terdiri dari dua CD yang memuat 30 lagu karya Guruh. Dalam album ini kita diajak bernostalgia menikmati zaman keemasan Guruh bersama Swara Mahardhika melalui lagu-lagu yang sempat menjadi hits seperti Zamrud Khatulistiwa dan Kala Sang Surya Tenggelam (keduanya dibawakan almarhum Chrisye). Selain itu ada lagu yang tidak bakal lekang dimakan zaman seperti Melati Suci dan Cinta Indonesia (dibawakan oleh Vina Panduwinata) dan banyak lagi lagu-lagu yang pasti kita kenal. Hampir semua lagu karya Guruh menyuarakan rasa cinta, terhadap bangsa dan sesama manusia. Selain itu ada juga lagu-lagu kritik sosial yang menyorot kondisi zaman seperti pada lagu Aji Mumpung, Hura-Hura, Keranjingan Disco dan JJS. Khusus untuk lagu Aji Mumpung yang dialunkan oleh penyanyi bersuara khas, Vina Panduwinata, menggambarkan kondisi yang persis seperti saat ini, korupsi dan kebejatan moral para pejabat. Di lagu Putri Tionghoa, Guruh berbicara tentang semangat nasionalisme dari warga keturunan. Namun, agak disayangkan beberapa lagu di album ini adalah versi asli yang kadang-kadang terdengar kuno dalam sisi perekamannya. Alangkah lebih indah dan sesuai zaman bila lagu-lagu tersebut diaransemen ulang dengan proses perekaman yang lebih modern. Tetapi, mungkin versi album ini memang benar-benar mengajak kita bernostalgia, termasuk dengan proses recording-nya. Terlepas dari kualitas perekaman yang kurang baik, mendengar lagu-lagu di album ini kita seakan dibawa melayang ke berbagai masa dengan bermacam kenangan, dengan bayangan tarian extravaganza nan megah. Dan lirik lagu-lagu yang sarat nuansa cinta Nusantara sungguh membangkitkan semangat kita untuk berbuat sebaik-baiknya demi bangsa dan negara. Coba kita simak lagi salah satu lirik lagu Cinta Indonesia: "Cinta, cinta, cinta Indonesia Padamu beta t'lah menyatu, padamu beta kan setia (membela) Oh tanah tumpah darah nan suci mulia Inilah janjiku padamu" Di tengah kondisi bangsa yang tercemar oleh ulah pejabat yang korup dan lunturnya rasa nasionalisme bangsa, melalui lagu-lagu di album ini kita seakan diajak lagi bangkit membersihkan noda-noda dan menegakkan budi luhur bangsa demi kejayaan Indonesia Raya. Album "Beta Cinta Indonesia 1971-2011 CD 1: Zamrud Khatulistiwa, Melati Suci, Perikemanusiaan, Halo Djakarta, Gilang Indonesia Gemilang, Keranjingan Disco, Putri Tionghoa, Chopin Larung, Untukmu Indonesiaku, Cinta Indonesia, Damai, Lagu Putih, Seni, JJS, Nostalgia (Hotel Des Indes) CD 2: Kala Sang Surya Tenggelam, Puspa Warni, Misteri Mimpi, Jenuh, Simfoni Raya Indonesia, Hura-Hura, Indonesia Jiwaku, Indonesia Jaya, Kenang-Kenangan, Hai Pemuda, Janger, Gita Puja Indonesia, Aji Mumpung, To My Friends on Legian Beach, Januari Kelabu Penyanyi: Chrisye, Vina Panduwinta, Elfa's Singers, Ahmad Albar, Trio Bebek, Deny Malik, Aning Katamsi, Sherina Munaf, dan lain-lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun