Mohon tunggu...
Didik Agus Suwarsono
Didik Agus Suwarsono Mohon Tunggu... Cah Angon -

"Khoirunnas anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Zenith dan Nadzir

6 Mei 2011   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berdiri di bawah sebuah mercusuar menjulang yang untuk memandang puncaknya dibutuhkan lebih dari sekedarelevasi normal. Tapi aku harus terbiasa untuk menatapnya dan memberanikan diri menggantungkan sedikit harapan diantara cerlang yang berkedipan sebagai tonggak penanda waktu. Sebuah transformasi yang sangat melelahkan ketika aku harus melampaui sekat dan fragmen panjang antara zenith dan nadzir. Namun aku harus tetap melangkah dan menyusuri tapakan-tapakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun