Mungkin bagi sebagian orang, naik kereta tidak sebebas dan sesantai ketika naik mobil, atau tidak secepat naik pesawat. Tapi, saya lebih yakin bagi lebih dari banyak orang, pengalaman naik kereta itu pengalaman khas yang tidak banyak didapat jika naik moda transportasi lain.Â
Naik kereta itu serupa gaya hidup yang sedang tren saat ini, yakni gaya hidup tren slow living. Naik kereta memang tidak secepat naik pesawat, tapi sensasi melihat pemandangan berjalan perlahan di kanan kiri itu menyejukkan mata dan hati. Ketika semua yang ada di sekitar kita berjalan cepat, terkadang kita hanya perlu "melambatkan" Â diri supaya pengalaman hidup ini lebih meresap ke dalam diri.Â
Perjalanan menuju liburan juga akan terasa semakin perfect ketika naik kereta. Contohnya perjalanan menuju Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung Jawa Timur yang dalam kurun waktu 7 tahun belakangan ini tengah hits menjadi tempat wisata baru yang seru.Â
Nah, sebagai orang yang sedang mengabdi untuk KAI, saya sangat menyarankan para kompasianer untuk menjajal liburan ke Banyuwangi dengan naik kereta api. Sebab, pada awal Januari silam, saya baru saja meresmikan kembali operasional Stasiun Banyuwangi setelah sebelumnya dilakukan penataan. Stasiun Banyuwangi Kota berada di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Penataan Stasiun tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak Maret 2024.
                 Â
Tema yang diambil dalam penataan Stasiun Banyuwangi Kota adalah "Ethnic Vernakular serta Modern". Ethnic vernakular adalah ekspresi budaya etnis yang tercermin dalam arsitektur vernakular, yang tercipta pada bentukan atap khas Banyuwangi yakni atap Rumah Adat Osing.Â
Sedangkan unsur modern dibentuk pada pemilihan material terkini seperti clay material (material alami yang memiliki tekstur halus, berbutir halus, dan menyerupai plat), homogenous tile (modifikasi dari marmer atau granit alam) serta unsur kearifan nusantara yang dibuat modern seperti anyaman rotan sintetis, pemakaian unsur kayu, serta simbol batik Gajah Oling sebagai aksennya.