Mohon tunggu...
Didie Yusat
Didie Yusat Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang wiraswasta

Menulis adalah mengisi waktu terbaik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sedikit tentang Reuni SMPP 10/SMA 8

18 Januari 2019   16:01 Diperbarui: 18 Januari 2019   16:09 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gegap gempita perayaan Lustrum ke 9 SMPP 10/ SMA 8 Yogyakarta baru saja usai sepekan lalu. Puncak acaranya pada hari Minggu 13 Januari 2019 yang dipusatkan di halaman sekolah.

Sebelum menyampaikan tentang serunya acara lustrum dan reuni, ada baiknya sedikit mengenang sejarah tentang sekolah ini. Sekolah yang sekarang dikenal dengan SMA 8 Yogyakarta sebelumnya adalah SMPP 10 Yogyakarta. 

Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan disingkat SMPP adalah produk sekolah menengah pada masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru tersebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan periode Kabinet Pembangunan I menyelenggarakan proyek rintisan Sekolah Pembangunan.  SMPP menggunakan metoda pengajaran yang lebih komprehensif yang berbeda dengan SMA umum pada saat itu. 

Diharapkan dengan sistem pengajaran tersebut dapat mewadahi siswa dari semua lapisan masyarakat. Mendidiknya agar dapat mencapai perkembangan diri secara maksimal sesuai dengan kecerdasan, bakat, dan minat masing-masing. Tujuan sekolah ini pada intinya menyiapkan siswanya menjadi lebih siap. Siap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau siap dengan pilihan lain untuk memasuki dunia kerja.

Jika melihat angka tahunnya SMPP dipersiapkan pada saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Mashuri Saleh dan diberlakukan pada masa Syarief Thayeb. Diantara masa peralihan kepemimpian ada Sumantri Brojonegoro yang menjabat singkat pada periode Maret-Desember 1973.

Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0236/0/1973 terhitung mulai tahun ajaran 1974 membuka Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) sebanyak 34 di seluruh propinsi di Indonesia. SMPP 1 berada di Cempaka Putih Jakarta hingga SMPP 34 berada di Kupang NTT. 

Yogyakarta mendapat urutan ke 10, sehingga menjadi SMPP 10 Yogyakarta. Sekolah ini berlokasi di Jl. Kenari Yogyakarta. Dalam perkembangannya SMPP terus bertambah. 

Saya juga baru mengerti beberapa waktu lalu bahwa SMA 6 Surakarta dahulu juga SMPP 40, dimana sempat terjadi polemik yang mempermasalahkan ijasah Presiden Jokowi sebagai alumnus SMA 6 Surakarta. Pak Jokowi adalah salah satu produk lulusan Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP).

Tahun pelajaran 1977 SMPP 10 Yogyakarta ditunjuk oleh Depdikbud menjadi sekolah Pradiseminasi untuk sistem pengajaran dengan modul. Pada tahun pelajaran 1980/1981, nama SMPP 10 Yogyakarta semakin terkenal dalam masyarakat. Akibatnya animo untuk masuk SMPP 10 Yogyakarta semakin besar. (sumber: Wikipedia)

Dari tiga sekolah yang saya daftar, akhirnya menjatuhkan untuk memilih SMPP 10 walaupun pada saat itu sistem seleksi masuk sekolah memungkinkan untuk diterima di dua SMA yang lain. Pertimbangannya sederhana, apesnya tidak bisa melanjutkanke jenjang pendidikan yang lebih tinggi kita sudah lebih siap memasuki dunia kerja katimbang SMA pada umumnya. 

Sayangnya meskipun unggul dari sisi metoda belajar mengajar entah atas pertimbangan apa SMPP akhirnya melebur menjadi SMA. Angkatan saya tahun 1985 adalah angkatan bungsu dari SMPP tersebut. Meskipun ijazahnya berstempel SMPP 10 Yogyakarta, tapi ketika legalisir sudah dengan stempel SMA 8 Yogyakarta.

Dalam ajang reuni akbar kemarin yang acara puncaknya digelar pada Minggu 13 Januari 2019, persaingan sengit alumni SMPP 10 dan SMA 8 pun terjadi. Pada saat besama-sama menyanyikan lagu mars sekolah, generasi alumnus SMPP tetap bersikukuh dengan lantang menyanyikan "jaya-jayalah sekolah kita SMPP 10 Yogyakarta" bersahut-sahutan dengan alumnus angkatan SMA 8 Yogyakarta yang sepertinya lebih menghormati seniornya sehingga "jaya-jayalah sekolah kita SMA 8 Yogyakarta" terdengar lebih lembut. Pesaingan yang seru dan mengakrabkan karena usai mars terdengar tepukan panjang dari seluruh angkatan disusul dengan derai tawa lepas yang sangat seru.

Kegiatan menarik yang lain adalah bertemunya para alumni dengan bapak Ibu guru. Alhamdulilah sebagian hadir dalam kondisi yang masih bugar dan sehat. Rasanya kita benar-benar kembali menjadi anak SMA ketika saling berebutan untuk salim dan berfoto bersama.

Sebelum puncak acara reuni akbar sepertinya masing-masing angkatan masing-masing mempunyai agenda kegiatan sendiri. Kita angkatan 1985 bahkan telah berkumpul sejak Jum'at malam tanggal 11 Januari 2019, diawali dengan reuni kelas. Beberapa datang dari tempat yang jauh untuk sekadar mengenang persahabatan semasa SMA. 

Lalu pada hari Sabtu 12 Januari 2019 ada acara kumpul-kumpul angkatan 85 di salah satu rumah kawan kita yang kembar  Kartika-Jati yang berlokasi di seputaran Kebun Raya Gembira Loka Yogyakarta.

Sayangnya karena kesibukan masing-masing tak semua bisa menghadiri acara reuni. Namun tak mengurangi serunya acara meskipun tidak bisa semuanya hadir. Tiga puluh empat tahun tentu bukanlah waktu yang singkat. Rata-rata dengan perut yang membuncit dan rambut yang memutih dan kebanyakan ibu-ibu tampil berkerudung, kenangan 34 tahun menjadi seru. Ada yang belum berubah dari SMA, masih konyol dan lucu ada yang kelihatan menjadi sangat dewasa, ada yang datar-datar saja. 

Ada yang berjenggot panjang dengan pakaian ustad kekinian. Ada juga yang masih seperti menjadi ketua kelas. Ada juga yang sedikit lebay dan terlalu mengkhawatirkan CLBK. Memang masa SMA kata orang adalah masa-masa paling indah. Tapi keindahan masa SMA tak hanya didominasi urusan asmara remaja. 

Bagi kawanan geng kami cerita itu sebenarnya hanya serpihan-serpihan masa lalu yang lebih kental hoax dengan bumbu-bumbunya katimbang kisah aselinya. Kenangan bermain bersama dengan sohib lebih banyak yang untuk dikenang. 

Berkumpul, main gitar, main motor, nonton film, nonton dangdut sekatenan, merokok dihukum guru, alergi biduran karena dikerjain teman minum oplosan, telat sekolah bingung mencari alasan, kehabisan uang, telat bayar kost dan masih banyak cerita lain untuk dikenang dan tak terlupakan.

Pada hari Sabtu siang sehari sebelum acara puncak grup WA angkatan sepakat untuk berkumpul mampir di sekolah sebelum ke cara. Kita sempat bernostalgia memasuki ruang kelas. 

Bangku dimana kita duduk. Mengenang kebaikan-kebaikan dan jasa guru-guru kita. Pintu kelas juga masih berwarna abu-abu. Dipintu itu dahulu pernah menjadi saksi keluguan kami menyampaikan alasan ketika terlambat. Seorang teman yang hampir setiap hari terlambat karena harus mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, menyuapi adeknya, memasak dan lain-lain karena ikut ibu tirinya bahkan kehabisan alasan. 

Hingga suatu hari dia beralasan: lampu merahnya di perempatan nggak hijau-hijau. Sekalipun bagi kita yang akrab itu adalah alasan yang menyedihkan dan getir, tapi tetap membuat ruang kelas tertawa. Kami selalu mengenangnya dengan sepeda tuanya. Dibangku taman itu juga ada kenangan ketika datang kepagian dan duduk dengan kaki menyilang dimarahi guru bahasa Inggris, duduknya nggak sopan.

Solidaritas dan kebersamaan masih terasa kental tak redup dimakan waktu. Acara yang sedianya dihelat mulai pukul 13.00 pada hari Sabtu tersebut juga akhirnya molor. Sedikit menyedihkan ketika salah seorang teman harus masuk Rumah Sakit karena mengalami kecelakaan. Bersyukur tiga hari kemudian setelah kita kembali pada aktifitas masing-masing mendapatkan kabar yang melegakan. Alhamdulilah.

Kekompakan angkatan juga ditunjukkan pada acara puncak, dimana angkatan 85 meraih penghargaan dari kekompakan yel-yel angkatan dan booth "Kompak 85" yang paling ramai dikunjungi karena ada "jasa konsultasi" membaca garis tangan. 

Boleh percaya boleh tidak nyatanya banyak yang berminat untuk mendatangi. Salah seorang teman yang berpakaian lurik lengkap dengan iket jawa dan akik di semua jarinya mampu menghipnotis orang untuk rela mengantri. Ini bukan praktek perdukunan, tapi sesuatu yang memang bisa dipelajari, kata Timur Kuntoyo "si bintang booth" hari itu dengan meyakinkan.  

Waktu 34 tahun memang bukanlah waktu yang sebentar. Sejenak kita mengenang masa-masa SMA untuk sekedar mengenang bahwa kita pernah muda. Semoga teman-teman semua, baik yang hadir maupun yang belum berkesempatan hadir diberikan kesehatan, umur dan rejeki yang barokah. Insya Allah kita tetap diberikan rasa kebersamaan untuk terus menyambung tali silaturahmi.

Pada Sabtu siang itu sejenak saya mencoba untuk mengenang sekolah tercinta ini:

Tiga puluh empat tahun
begitu cepatnya waktu berlalu
kami datang lagi, untuk menebus rindu akan ruang kelas itu,
tentang pintu-pintu tua dengan warna abu
dipapan tulis itu
rumus matematika, pelajaran bahasa hingga agama silih berganti
menggoreskan ribuan angka dan aksara
dipapan tulis itu
menjadi saksi bisu betapa gigih dan ikhlasnya ibu bapak guru,
 mewariskan ilmu dengan derai-derai keringatnya
hari ini sebagian dari mereka, juga sebagian dari kawan kita
tak lagi bersama kita
tapi kami yakin mereka sangat bahagia
bahkan tertawa mengenang kenakalan kita
bersama-sama dengan kami semua yang hari ini hadir disini
kebandelan kami, kenakalan kami telah disisipkan dalam ruang nostalgi
tak ada kesal, hanya terlintas menjadi kenangan tak terlupakan
sudut-sudut sekolah sebagian masih seperti waktu itu
dibangku panjang itu
pernah kugumamkan ribuan kata
tentang cinta, tentang cita-cita
dibangku taman itu
pernah kusampaikan keluh sedihku kepada langit biru
 juga kepada awan yang tebal menghitam
dibalik jendela kelas itu, pernah kuceritakan tentang dia kepadamu
dan jendela-jendelapun tersenyum
lalu berbisik perlahan kepada angin
hingga ibu penjual es bertopi diseberang itu terbahak kepada sebongkah es batu
hingga Pak Tua dari Aceh disebelahnya tertawa renyah bersama rindang dedaunan
hingga wangi semerbak masakan kantin mbok bon pun menembus dinding-dinding kelas
Ya Tuhan,
betapa persahabatan ini terlalu manis dan abadi untuk dikenang.......

Klaten, Januari 2019
Salam "Kompak 85"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun