Mohon tunggu...
Didie Yusat
Didie Yusat Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang wiraswasta

Menulis adalah mengisi waktu terbaik

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Obat Rindu Jajanan Tempo Doeloe

1 September 2018   23:43 Diperbarui: 2 September 2018   05:52 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini menjelang  pukul lima dihari pertama dibulan September 2018. Berawal dari unggahan di facebook, Teras Gulo Jowo: Mengenali Kembali Jati Diri, kami benar-benar tergoda untuk membuktikannya. Ini benar-benar keren karena berani tampil beda ditengah bisnis kuliner yang cenderung mengekor ke selera makanan modern yang kebarat-baratan yang tumbuh subur beberapa tahun terakhir.

Tempat kongkow  jajanan tradisional tersebut  baru dibuka 29 Agustus lalu. Tepatnya berlokasi di Jl. Pattimura 181 Tipes Solo. Kami segera meluncur. Ternyata tidak terlalu sulit menuju tempat ini, meskipun tanpa bantuan google map.

Beberapa anak muda belasan tahun menyambut kami dengan ramah. Rupanya warung baru saja buka. Beberapa meja yang  tersedia sudah terisi. Kebanyakan justru anak-anak muda. Kami sengaja  mengambil tempat duduk di teras. Suasana sore ini terasa sangat  bersahabat dan santai. Krobongan ukiran Jawa dan sepeda onthel lawas cukup membawa suasana sedikit bernostalgia. Sejenak membawa lamunan masa lalu.

Tempat ini buka mulai pukul lima sore hingga duabelas malam. Rasanya memang cocok untuk melepas penat seharian, atau sekedar mengobrol bersama teman bahkan mungkin membicarakan bisnis yang serius sekalipun.

Cukup waktu juga jika sekedar bertemu teman-teman berbincang santai,minum kopi dan menikmati jajanan-jajanan sehat. Bagi yang muslim tak perlu khawatir,sebab sebelah kiri tempat ini ada Masjid Baitul Hakim. Saat waktu maghrib tiba kita bisa melangkahkan kaki beberapa meter saja.

Agak lama kami memilih menu. Sebab ada lebih dari 26 pilihan panganan (jajanan tradisional) mulai dari semar mendem, klepon, ketan berbagai rasa, jenang macam-macam rasa, carang gesing, grontol hingga cabuk rambak. Dan ada sekitar 26 menu omben-omben (minuman) tersedia, es janggelan, rujak degan, kunyit asem hingga beberapa macam coklat dan kopi.

Tidak menunggu terlalu  lama makanan pesanan telah tersedia. Uniknya makanan tersaji dalam piring seng dan tempat semacam  nampan kayu. Ini tentu benar-benar membawa suasana nostalgia masa kecil. Anak saya sedikit kaget melihat piring seng. Ini kesempatan yang baik untuk menceritakan sekaligus mengenalkan warisan makanan dan wadahnya  a'la jawa tempo doeloe.

Selain bisa bernostalgia menikmati kembali jajanan tempoe doeloe,  kami juga mengenang  betapa kita sangat kaya dengan menu-menu tradisional yang sangat beragam. Anak-anak generasi sekarang mungkin lebih akrab dengan jajanan modern.

Sebab Solo dan seperti juga kota-kota lainnya telah diserbu dengan berjamurnya cafe-cafe yang menjajakan menu-menu a'la barat. Sehingga dengan mengajak anak menikmati jajanan tradisional bisa mengenalkan berbagai macam jajanan kebanggaan tradisional, supaya tidak asing dengan makanan asli nenek moyangnya.

Makanan-makanan tersebut sebenarnya juga masih eksis hingga kini. Hanya saja tempatnya biasanya ada di pasar tradisional atau ada pada even dan perayaan-perayaan tertentu. Tidak mudah kita menjumpai makanan tradisional sekaligus tersaji disebuah tempat yang nyaman dan santai sehingga kita benar-benar bisa menikmati mahakarya jajanan leluhur kita secara lengkap.

Tidak terasa waktu berjalan cepat. Kami segera bergegas pulang. Acara Asian Games dan tim favorit liga Inggris menunggu. Ketika menuju kasir makanan dan minuman ternyata harganya masih "Solo asli banget", alias layaknya jajan di angkringan, berbeda dengan cafe-cafe modern kebanyakan harganya sudah "Solo naturalisasi" alias harga orang asing.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun