Mohon tunggu...
Didi Ardiansyah
Didi Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Halu Oleo

Seorang desain antusias yang kebetulan bisa matematika dan suka data

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Petani Milenial dan Peran Krusial Mereka dalam Sektor Pertanian Indonesia: Mewujudkan Indonesia Emas 2045

8 September 2024   20:42 Diperbarui: 8 September 2024   20:50 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sektor pertanian merupakan salah satu tiang penopang utama perekonomian Indonesia, karena memberikan mata pencaharian bagi jutaan rakyat Indonesia sekaligus menjadi lumbung ketahanan pangan untuk Indonesia. 

Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk mewujudkan visinya menjadi negara maju pada tahun 2045, atau yang dikenal dengan Indonesia Emas 2045, maka dari itu sektor pertanian tak bisa diabaikan. 

Di tengah dinamika perubahan zaman, ada sekelompok khusus di antara para petani yang dipercaya sebagai aktor kunci yang akan memegang peranan besar dalam pembentukan masa depan pertanian Indonesia yang lebih maju lagi, mereka adalah petani milenial, yaitu petani berusia 19 hingga 39 tahun yang mampu beradaptasi dengan teknologi, Dengan semangat inovasi dan kemampuan adaptif teknologi yang lebih baik dari generasi pendahulunya, mereka diharapkan dapat mengambil alih tongkat estafet pertanian dengan pendekatan baru yang memanfaatkan teknologi digital dalam praktik bertani mereka. 

Petani milenial ini digadang-gadang sebagai agen perubahan, membawa harapan besar bagi transformasi pertanian Indonesia dan kontribusi terhadap pembangunan nasional.

Siapa Sebenarnya Petani Milenial?

freepik.com
freepik.com

Petani milenial bukan sekadar petani muda. Mereka adalah generasi yang melek teknologi, yang tak lagi hanya mengandalkan metode konvensional, melainkan memadukan inovasi digital dalam keseharian bertani mereka. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), petani milenial mencakup sekitar 21,07% dari total populasi petani di Indonesia, yakni 6,18 juta dari total 29,34 juta petani. Dari angka tersebut, 42,11% (atau sekitar 2,60 juta) merupakan petani milenial yang secara aktif menggunakan teknologi digital dalam menjalankan aktivitas pertanian mereka.

Generasi petani ini dipercaya memiliki potensi yang sangat besar sebagai jembatan penghubung antara pertanian masa lampau dan pertanian masa depan Indonesia. 

Di satu sisi, mereka tetap menghormati warisan metode tradisional yang sudah turun-temurun, tetapi di sisi lain, mereka siap memodernisasi praktik pertanian melalui teknologi sehingga dapat memaksimalkan potensi pertanian Indonesia yang selama ini dapat dikatakan terpendam. 

Kehadiran mereka seolah menjadi angin segar yang akan membawa perubahan besar dalam cara bertani di Indonesia. Namun, terlepas dari potensi mereka yang begitu besar, masih ada tantangan yang perlu dihadapi agar kontribusi petani milenial benar-benar maksimal untuk pembangunan nasional.

Teknologi sebagai Penggerak Utama Pendapatan Petani Milenial

freepik.com
freepik.com

Teknologi adalah senjata utama bagi petani milenial untuk menghadapi tantangan pertanian modern. Data dari BPS menunjukkan bahwa petani milenial yang menggunakan teknologi digital memiliki rata-rata pendapatan bulanan sebesar 2.440.237 rupiah. Ini hampir satu juta rupiah (919.449 rupiah) lebih tinggi dibandingkan mereka yang belum memanfaatkan teknologi digital dalam praktik pertanian mereka. Ini adalah bukti kuat bahwa teknologi memberikan dampak nyata terhadap kesejahteraan petani. Teknologi telah membuka peluang besar yang sebelumnya sulit dijangkau.

Bayangkan, petani yang dulunya hanya mengandalkan firasat serta kabar burung yang belum pasti tentang perkiraan cuaca, sekarang hanya perlu menyentuh layar smartphone atau akses ke internet untuk memperoleh informasi cuaca yang lebih akurat. 

Bukan hanya itu mereka dapat mengakses informasi tentang harga komoditas atau bahkan metode pertanian yang lebih efisien dari ahlinya hanya dalam hitungan detik. Akses informasi yang begitu cepat ini memberikan kekuatan baru bagi petani, memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih cerdas. 

Hasil panen pun lebih terjamin, risiko gagal panen bisa ditekan, dan pekerjaan di ladang jadi lebih efisien. Bahkan, lewat platform online, mereka bisa menjual hasil pertanian langsung kepada konsumen tanpa perantara. Dengan begitu, mereka bisa menjual hasil kerja kerasnya dengan harga yang lebih adil, mendongkrak penghasilan mereka, dan membuat pertanian jadi lebih menguntungkan.

Namun, yang menarik adalah fakta bahwa petani non-milenial yang juga menggunakan teknologi memiliki pendapatan rata-rata lebih tinggi, yakni sebesar 3.158.509 rupiah per bulan. 

Mengapa demikian? Jawabannya terletak pada pengalaman. Petani non-milenial, meski memiliki usia yang lebih tua, namun mereka memiliki pengalaman bertani selama bertahun-tahun yang dapat dikombinasikan dengan teknologi sehingga mampu memberikan hasil yang lebih optimal. Meski demikian, petani milenial tetap memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan meningkatkan kesejahteraan mereka seiring dengan semakin matangnya pengalaman mereka.

Pendidikan Menjadi Fondasi Kesuksesan Petani Milenial

freepik.com
freepik.com

Faktor penting lainnya yang mempengaruhi pendapatan petani milenial adalah tingkat pendidikan. Ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dan pendapatan di sektor pertanian Indonesia. Petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih cenderung mengadopsi praktik pertanian inovatif dan memanfaatkan teknologi digital, yang pada gilirannya mengarah pada peningkatan produktivitas dan pendapatan

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan tantangan serius. Data BPS mengungkapkan bahwa hanya 28,70% petani milenial yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA atau lebih tinggi. Angka ini lebih rendah lagi untuk petani non-milenial, hanya 14,30%. Kesenjangan pendidikan ini bagaikan penghalang besar yang menghambat petani untuk meraih potensi maksimal. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk memanfaatkan teknologi yang ada, membuat mereka terjebak dalam pola lama yang kurang menguntungkan.

Bayangkan potensi yang dapat dicapai jika pendidikan lebih merata. Generasi petani ini dapat dengan cepat melesat dari sekadar bertahan hidup, menjadi pendorong perubahan besar di sektor pertanian. Jika akses ke pendidikan ditingkatkan, Indonesia akan melihat gelombang baru inovasi yang muncul dari ladang-ladang di seluruh pelosok negeri.

Tantangan Stagnasi Pertumbuhan Sektor Pertanian

freepik.com
freepik.com

Meskipun petani milenial membawa harapan besar, kenyataannya sektor pertanian Indonesia masih memiliki tantangan yang berat. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ini tidak hanya stagnan, tetapi bahkan mengalami penurunan. 

Pada triwulan pertama 2024, laju pertumbuhan PDB sektor pertanian turun drastis ke -3,54%, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2023 yang hanya tumbuh sebesar 0,44%. Jelas bahwa sektor ini sedang menghadapi masa-masa sulit. Angka-angka ini mencerminkan masalah-masalah mendasar yang telah lama mengakar, mulai dari infrastruktur yang kurang memadai, perubahan iklim, hingga kurangnya inovasi.

Masalah stagnasi ini memiliki dampak yang sangat luas. Pertanian masih menjadi sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar di Indonesia, dan ketika sektor ini tidak berkembang, jutaan petani berisiko jatuh ke dalam kemiskinan. Ketidakmampuan sektor ini untuk tumbuh mencerminkan betapa pentingnya pembaruan, baik dalam hal kebijakan, teknologi, maupun peningkatan kapasitas sumber daya manusia di dalamnya.

Mengoptimalkan Potensi Petani Milenial untuk Indonesia Emas 2045

freepik.com
freepik.com

Dengan berbagai tantangan yang ada, terlintas satu pertanyaan penting: bagaimana kita bisa memastikan petani milenial dapat memainkan peran optimal dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045? Jawabannya ada pada tiga hal utama: pendidikan, infrastruktur, dan kebijakan yang mendorong inovasi.

Pertama, pendidikan. Petani bukan hanya butuh bekerja keras, tetapi juga bekerja cerdas. Petani perlu diberikan akses pendidikan dan pelatihan yang tepat sehingga mereka  mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan membuat mereka bisa mengambil keputusan yang lebih cerdas dan memanfaatkan potensi teknologi secara maksimal.

Kedua, infrastruktur. Teknologi hanya bisa efektif jika petani punya akses ke alatnya. Internet, misalnya, menjadi jantung dari banyak inovasi pertanian. Sayangnya, banyak wilayah pedesaan yang masih minim akses internet, sehingga mereka tidak ikut merasakan manfaat dari dunia digital.

Ketiga, kebijakan inovasi. Subsidi untuk alat digital dan dukungan bagi startup agritech bisa menjadi dorongan kuat. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan petani juga harus diperkuat untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kemajuan pertanian.

Kesimpulan

Seiring dengan langkah Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045, petani milenial akan memainkan peran penting dalam mentransformasi sektor pertanian. Adaptabilitas mereka terhadap teknologi, jika didukung oleh kebijakan yang tepat dari pemerintah dan sektor swasta, dapat mengarah pada peningkatan produktivitas, pendapatan yang lebih tinggi, dan pada akhirnya, pembangunan nasional yang lebih besar. Namun, untuk sepenuhnya mewujudkan potensi ini, diperlukan upaya lebih dalam hal pendidikan, infrastruktur, dan dukungan kebijakan. 

Dengan mengatasi tantangan ini, Indonesia dapat memastikan bahwa petani milenial tidak hanya menjadi bagian dari lanskap pertanian, tetapi juga pendorong utama dalam transformasinya.

Sumber:

  • Badan Pusat Statistika, Publikasi Analisis Isu Terkini 2022 / BPS-Statistics Indonesia, Latest Issue Analysis Publication 2022.

  • Badan Pusat Statistika, Publikasi Hasil Pencacahan Lengkap SENSUS Pertanian 2023 Edisi 1 / BPS-Statistics Indonesia, Complete Enumeration Results of the 2023 Census of Agriculture Edition 1.

  • Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 - Tahap I / BPS-Statistics Indonesia, Official News Statistics on Complete Enumeration Results of the 2023 Agricultural Census - Phase I.

  • Badan Pusat Statistika, [Seri 2010] Laju Pertumbuhan PDB Seri 2010 (Persen), 2019-2024 / BPS-Statistics Indonesia, [2010 Series] GDP Growth Rate 2010 Series (Percent), 2019-2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun