Dalam definisi bebas, komunikasi merupakan transfer informasi dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan simbol-simbol yang dapat dipahami antara kedua belah pihak.Â
Komunikasi merupakan salah satu disiplin ilmu tertua yang mulai ada sepanjang sejarah peradaban manusia, bahkan sebelum manusia mengenal tulisan (pra sejarah/nirleka). Dalam ajaran agama pun kita mengetahui bahwa Tuhan berkomunikasi dengan manusia melalui para nabi. Begitu pentingnya peranan komunkasi
Berkaitan dengan hal itu, akuntansi sebagai salah satu ilmu dari rumpun ilmu sosial yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi yang handal dan relevan bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan tidak lepas dari aspek komunikasi.Â
Dalam bab satu Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan yang merupakan "Konstitusi Akuntansi" menjelaskan bahwa tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi keuangan tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor saat ini dan investor potensial, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam membuat keputusan tentang penyediaan sumber daya kepada entitas. Belkaoui (1981) dalam Accounting Theory menjelaskan akuntansi sebagai bahasa bisnis (business language) sebagai salah satu dari enam karakteristik akuntansi.
Tahun 2016 para praktisi (akuntan & akuntan publik) dan akademisi akuntansi, cukup tergelitik dengan buku berjudul The End of Accounting yang ditulis oleh Baruch Lev (profesor akuntansi dan keuangan New York University Stern School of Business) dan Feng Gu (profesor akuntansi dan hukum sekolah manajemen Universitas Buffalo).Â
Dalam buku itu, Baruv Lev dan Feng Gu menyoroti intangible asset sebagai bukti ketidakrelevanan informasi bagi pengambil keputusan. Menurutnya akuisisi intangible assets tidak relevan. Intangible asset merupakan aset takberwujud yang dikapitalisasi oleh entitas dari beberapa kegiatan, misalnya biaya-biaya yang terjadi sebagai konsekuensi dari kegiatan riset dan pengembangan. Baruv Lev dan Feng Gu menganggap perusahaan bisa saja melakukan markup intangible sebelum melakukan penjualan entitas.Â
Tentunya hal ini pemahaman yang sangat dangkal, pada kenyataannya hanya sebagian kecil dari entitas bisnis yang ada di muka yang melakukan kapitalisasi atas intangible asset. Selain itu, PSAK 68 tentang nilai wajar memainkan peranan pada saat akuisisi. Standar tersebut membuka peluang bagi pengakuisisi untuk melakukan bargaining dengan entitas penjual. Dalam hal ini Baruv Lev dan Feng Gu terlalu dangkal dalam memahami akuntansi.
Untuk membuktikan apakah informasi yang dihasilkan akuntansi masih relevan, dapat dibuktikan dengan pendekatan metode komunikasi Ethos, Logos, dan Pathos yang diperkenalkan oleh Aristoleles seorang filsof Yunani 300 SM yang lalu. Menurutnya komunikasi yang baik harus memenuhi tiga hal penting, yaitu: ethos (etika), logos (akal budi), dan pathos (emosi).
Akuntansi sebagai bahasa bisnis - Ethos, informasi yang dihasilkan oleh entitas memenuhi ethos berhubungan erat dengan sejauh mana kredibelitas entitas yang memberikan informasi. Untuk memenuhi aspek itu, organisasi profesi akuntansi seperti: IAPI (Institur Akuntan Publik Indonesia), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dan Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) memiliki kode etik yang mengatur prinsip dasar etika dan aturan berperilaku bagi anggota asosiasi tersebut.
Akuntansi sebagai bahasa bisnis - Logos, informasi yang dihasilkan oleh entitas memenuhi logos berhubungan erat dengan aspek rasionalitas dan akal budi. Untuk memenuhi aspek itu, bab tiga Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan mengatur karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna. Agar informasi keuangan menjadi berguna, informasi tersebut harus relevan (relevance) dan merepresentasi secara tepat apa yang direpresentasikan (faithful representation). Kegunaan informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut terbanding (comparable), terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham (understandable).
Akuntansi sebagai bahasa bisnis -- Pathos, informasi yang dihasilkan oleh entitas memenuhi logos berhubungan erat dengan aspek emosi dan empati. Untuk memenuhi aspek itu, dapat dilihat dari evolusi pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tidak melulu aspek keuangan (profit) tetapi pelaporan bagaimana entitas perduli terhadap lingkungan (planet) dan masyarakat (people). Â Saat ini beberapa regulator yang berkaitan dengan akuntansi seperti GRI (Global Reporting Initiative) atau TCFD (Task Force on Climate-related Financial Disclosures). Selain itu, IFRS (International Financial Reporting Standard) sebagai standard setter akuntansi internasional pada bulan November 2021 mengumumkan pembentukan International Sustainability Standards Board (ISSB) sebagai organ penyusun standar pelaporan keberlanjutan.