Perjalanan di Inggris #15 The Marylebone, Wok To Walk & Sherlock Holmes
Senin, 14 Oktober 2024 seusai napak tilas di University of Warwick, jam 17-an langsung ke Coventry Train Station. Jam 17.20 kode QR tiket ditap ke mesin pembaca kode di depan peron, ternyata ditolak, dan ketika ditanyakan ke petugas, dia mengatakan bahwa bisa diulang tapnya 10 menit lagi. Rupanya 30 menit sebelum keberangkatan, penumpang baru bisa masuk peron. Sambil menunggu jam 17.30, kami masuk dulu ke Greggs, toko makanan kecil dan kopi di sebelah kiri pintu masuk. Setelah membayar snack kentang menggunakan contactless card, kami mencoba lagi tap kode QR dan ternyata sudah bisa masuk. Tidak lama menunggu karena kereta sudah siap membawa kami ke Marylebone Station London.Â
Perjalanan menggunakan kereta ini akan menjadi yang terakhir untuk kunjungan ke UK kali ini. Perjalanan memakan waktu 110 menit dalam cuaca yang agak mendung dan menjelang gelap. Kereta berjalan cepat dan pemandangan semakin gelap karena waktu menunjukkan jam 19.50 waktu tiba di Marylebone. Rasanya beruntung berada di Marylebone yang sering disebut sebagai Marylebone Village, artinya bagian dari kota metropolitan London yang terasa sebagai suatu kampung atau dusun, karena memang suasana yang hening, jalan-jalan raya yang tidak ramai dengan para penduduknya yang saling akrab. Di gambar di bawah ini adalah salah satu ikon kampung Marylebone yaitu gedung Queens Head yang sudah ada sejak tahun 1863.
Keluar dari peron langsung berjalan ke arah selatan, berjalan kaki sekitar 5 menit dan tiba di Traveloge hotel yang telah dibook sejak dari Indonesia. Tidak lama berurusan dengan resepsionis, kami langsung masuk ke kamar di lantai 2. Lihat-lihat fasilitas kamar dan langsung bersantai dulu beberapa saat.
Ingat bahwa pada waktu datang pertama kali ke London, kami menitipkan koper besar 2 buah di stasher (tempat penitipan koper) di Baker Street sekitar 1 km dari Traveloge. Sebelum mengambil koper, kami pikir lebih baik untuk makan malam dulu. Jadi setelah santai sejenak di kamar, turun ke lobby, langsung menuju arah utara menyusuri pinggir jalan menuju Baker Street. Setelah berjalan menyusuri Lisson Grove setelah sebelumnya melewati Marylebone Station lagi, kami sampai ke Baker Street. Ke arah kiri di Baker Street menuju Stasher, ke kanan, masih Baker Street juga, menuju Wok to Walk tempat untuk makan malam.
Tentu kami ambil arah kanan dan tiba di Wok to Walk jam 20.30. Sesampainya di resto, kami ambil tempat duduk dan mulai melihat bahan-bahan yang bisa dipesan untuk dibuat masakannya. Wok to Walk, orang menyebutkan semacam Asian Street Food (makanan Jalanan Asia), menyajikan makanan panas dan cepat saji dengan menu seusai keinginan kita. Bahan-bahan yang bisa dipilih dari mulai nasi, mi, sayuran, daging dan beragam bahan lainnya. Memasaknya di atas wajan panas dengan tambahan saus, sambal dan bumbu. Memasaknyapun merupakan bagian dari atraksi tersendiri sebelum kita menikmati hidangan, dan dengan tagline Cook with Lightning! (memasak dengan kilat!). Mungkin serupa dengan cara memasak chinese food yang menggunakan api besar dan wajan yang panas tentunya. Restonya sendiri kasual dan sederhana dan menerima pesanan melalui Uber Food juga, selain kita bisa menikmatinya di resto.
Setelah memesan dan membayar pesanannya, tidak lama makananpun siap disantap. Makanan disajikan menggunakan kemasan yang dirancang khusus, bisa dibawa atau dinikmati langsung di tempat menggunakan chop stick. Â Makanan terasa spicy dan sedikit pedas, terasa enak karena sudah kangen dengan makanan dengan selera asia. Rasanya ada seperti mie aceh, ada juga rasa mie jawa, yang jelas terasa spicy atau penuh bumbu rempah.
Setelah merasa cukup kenyang dengan Wok to Walk, kami jalan ke arah kiri lurus terus sampai kira kira 300 meter setelah menyeberangi persimpangan bertemu dengan 'rumah kediaman' dan museum dari detektif terkenal Sherlock Holmes (tokoh detektif rekaan Sir Conan Doyle), yaitu Baker Street 221B. Di sebelahnya ada Museumnya. Sayangnya hari sudah malam, jadi museum dan pintu rumah 221B juga sudah tertutup rapat. Setelah berfoto di depan 'rumah' Sherlock Holmes, langsung ke arah yang sama menuju stasher yang juga adalah toko suvenir. Di London ini suvenir-suvenir sejenis tempelan di pintu kulkas cenderung lebih murah daripada di kota-kota lainnya. Barangkali karena produksinya  masal. Melihat-lihat dan lalu membeli beberapa suvenir untuk oleh-oleh di tanah air, ternyata dapat juga diskon beberapa pounds dari pelayan toko.
Waktu sudah menunjukkan jam 21.45, sudah saatnya kembali ke hotel. Menyusuri trotoar yang lebar di pinggir jalan Lisson Grove. Membawa koper besar tidak terasa menyulitkan karena jalannya lurus dan rata. Di jalan sempat mampir ke toko Sainsbury membeli roti tawar untuk sarapan. Setelah 15 menitan, sampai kembali di Traveloge.Â
Langsung naik lift dan masuk kamar. Koper besar dicek kembali isinya untuk melihat kalau kalau diperlukan penyesuaian barang bawaan. Kira-kira 30 menitan packing barang barang untuk di bawa kembali ke Indonesia. Namun, karena pesawat sore hari, besok pagi direncanakan untuk berkunjung ke Emirates Stadium, markas klub sepakbola Arsenal, klub favorit penulis. Jam 22.30 mulai terasa mengantuk, setelah sikat gigi, dan sholat Isya, langsung bersiap untuk menikmati mimpi di Traveloge. Kita bertemu kembali besok, menjelajahi markas salah satu klub ternama di liga Inggris dan di dunia, Arsenal F.C. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H