Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bagaimana Memotivasi Karyawan dengan Teori Motivasi McClelland?

13 November 2024   17:19 Diperbarui: 13 November 2024   17:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Memotivasi Karyawan menggunakan Teori Achievement Mc. Clelland

Setiap orang tentu akan merasa senang dan bahagia ketika apa yang dicapainya, dalam hal apapun, diberikan pengakuan atau penghargaan. Pengakuan atau penghargaan bisa dalam bentuk apa saja, baik yang bersifat materi ataupun pujian. Dan kebutuhan untuk berprestasi ada pada semua orang sebagai hal yang alami.

Menurut David McClelland salah satu faktor yang mendorong timbulnya motivasi pada diri seseorang adalah adanya kebutuhan berprestasi. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, menyelesaikan sesuatu yang sulit dan keinginan untuk dapat melebihi orang

David McClelland (1917-1998) adalah seorang psikolog yang merumuskan teori Motivasi  terkait dengan Capaian atau prestasi. Dia menyelesaikan tugas doktoralnya di Yale University dan lulus tahun 1941. Mc Clelland adalah pionir yang memfokuskan pada modeling untuk studi tentang motivasi di tempat kerja dan mengembangkan metode asesmen untuk aspek motivasi dan mendahulukan asesmen berbasis kompetensi.

Teori Kebutuhan Abraham Maslow

David McClelland mendapatkan basis pemikiran dari Teori Kebutuhan Manusia dari Abraham Maslow (1943) yang digambarkan oleh Piramida Kebutuhan, di mana manusia perlu memenuhi kebutuhan yang ada di bawahnya sebelum naik ke kebutuhan yang lebih tinggi. Puncak dari kebutuhan manusia adalah Aktualisasi Diri (Self-Actualization). Sebelum mencapai tahap itu, tentu kebutuhan-kebutuhan di bawahnya perlu dipenuhi terlebih dahulu.

Dalam teori motivasi Maslow, kita memahami bahwa kebutuhan dasar bagi manusia adalah kebutuhan Fisiologis (Phyisiological) yang sifatnya fisik dan mendasar seperti makanan, minuman, tempat tinggal, sandang termasuk juga tidur.

Selanjutnya Rasa Aman dan Kemananan (Safety and Security) berkaitan dengan kesehatan, pekerjaan, properti, keluarga dan penerimaan secara sosial.

Untuk Cinta dan Kepemilikan (Love and Belonging) mengait kuat dengan hubungan dengan teman hidup, keakraban, persahabatan dan keluarga.

Untuk Harga Diri (Self-Esteem) berbicara tentang kepercayaan diri, rasa hormat dan yang lain, keunikan individu.

Dan yang paling tinggi yaitu Aktualisasi Diri (Self-Actualization) adalah moralitas, kreatifitas, spontanitas, penerimaan, potensi dan kualitas diri.

Abraham Maslows's Motivation Model - Koleksi Penulis
Abraham Maslows's Motivation Model - Koleksi Penulis

Teori Kebutuhan McClelland

Credit to Urquery.com
Credit to Urquery.com

David McClelland mendapatkan inspirasi untuk membuat studi yang mendalami kebutuhan tertinggi dalam teori Motivasi Maslow, yaitu Aktualisasi Diri. McClelland melihat bahwa kebutuhan ini terdiri dari 3 kebutuhan manusia yaitu Kebutuhan akan Capaian (Achievemnent), Afiliasi (Affiliation) dan Kekuasaan (Power). Ketiga kebutuhan tersebut untuk setiap orang berbeda jenis dan besarannya, ada yang dikendalikan oleh Capaian atau oleh Afiliasi atau Power. Ketiga jenis kebutuhan tersebut adalah pendorong atau driver bagi seseorang untuk mencapai satu tahap keberhasilan. Setiap orang berbeda pendorong yang dimiliki atau yang melekat dalam dirinya. Dengan demikian, jika kita memahami apa yang memotivasi seseorang menyelesaikan suatu tugas, maka peluang keberhasilan pelaksanaan tugas akan lebih tinggi.

Penjelasan 3 Kebutuhan tersebut adalah:

1.  Pencapaian (Achievement Need)

Orang yang termotivasi oleh capaian adalah orang yang ingin menyelesaikan tugas yang ditetapkan untuk diri sendiri ataupun orang lain. Jenis tugas atau pekerjaan yang diambil orang dengan motivasi ini adalah yang pas dengan kompetensinya serta dengan tingkat kesulitan yang tidak mudah, tapi juga tidak sangat sulit. Tugas-tugas yang tidak menghadirkan tantangan sama sekali tidak akan menarik bagi mereka, sementara tugas-tugas yang berada di luar kompetensinya dipandang akan menimbulkan risiko yang terlalu besar dan bisa dipandang sebagai spekulasi.

2. Afiliasi (Affiliation Need)

Kebutuhan jenis ini merujuk pada hubungan Anda dengan orang lain. Afiliasi memotivasi hubungan interpersonal dan emosional. Seringkali, orang dengan motivasi afiliasi lebih memilih bekerja dalam kelompok daripada bekerja secara mandiri untuk membangun hubungan tersebut. Individu yang didorong oleh afiliasi cenderung menghindari situasi di mana mereka mungkin menghadapi penolakan atau batasan yang tidak nyaman dalam hubungan mereka.

3. Kekuatan/Kekuasaan (Power Need)

Seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan berarti dimotivasi oleh otoritas dan kendali. Orang  yang termotivasi oleh kekuasaan mencari posisi dan hubungan di mana mereka dapat menunjukkan kepemimpinan dan menjadi pengambil keputusan utama. Banyak orang yang mempunyai motivasi kekuasaan menikmati persaingan dan perdebatan. Berbeda dengan mereka yang termotivasi oleh prestasi dan afiliasi, mereka yang termotivasi oleh kekuasaan tidak menghindari situasi berisiko tinggi. Sebaliknya, mereka mencari situasi seperti itu untuk menunjukkan keunggulan mereka.

Bagaimana Teori Kebutuhan McClelland dapat memotivasi karyawan

Teori apapun yang dapat diterapkan tentu memiliki nilai praktis dan pragmatis. Kita bisa manfaatkan Teori Kebutuhan McClelland ini untuk memotivasi karyawan Anda. Coba lakukan beberapa tahapan untuk menggunakan teori tersebut guna mengidentifikasi pendorong utama dan meningkatkan motivasi karyawan Anda:

a. Tentukan Pendorongnya 

Pertama, tentukan apa yang menjadi pendorong setiap karyawan Anda menjalankan tugasnya. Apa yang menjadi dasar motivasi melakukan tugas dengan baik sesuai standar yang diberlakukan. Ada tiga cara untuk mengetahui pendorong tersebut:  

  • Amati/observasi karyawan Anda
  • Meminta karyawan mengisi kuesioner untuk mengidentifikasi pendorong untuk melakukan sesuatu.
  • Ajak berbincang-bincang

Untuk melakukan percakapan dengan karyawan Anda atau meminta mereka mengisi kuesioner. Beberapa contoh pertanyaan di bawah ini akan membantu Anda menentukan apa yang menjadi pendorong mereka.

  • “Saat Anda berbeda pendapat dengan rekan kerja, apakah Anda memilih berkompromi untuk mempertahankan hubungan atau Anda memperjuangkan apa yang Anda inginkan dengan berargumentasi atau berjuang sekuat tenaga?” (Afiliasi/Power)
  • “Apakah Anda lebih suka menerima perintah/arahan atau memberikan perintah/arahan?” (Power/Afiliasi)
  • “Apakah Anda menyukai tantangan atau lebih suka melakukan tugas yang sudah Anda kuasai sebelumnya?” (Power/Achievement)

Jawaban yang Anda terima akan membantu Anda menentukan pendorong mana yang memotivasi karyawan Anda (Achievement, Affiliation, Power)

b.   Mewujudkan Motivasi (Pendorong)

Setelah mempelajari dan menentukani pendorong utama karyawan Anda, Anda dapat menemukan cara efektif untuk memotivasi mereka terkait jenis motivasinya:

  • Prestasi (Achievement): Pastikan Anda secara rutin memberikan tugas baru dan menantang kepada individu yang bermotivasi untuk berprestasi agar mereka tetap bersemangat.
  • Afiliasi (Affiliation): Untuk karyawan yang bermotivasi afiliasi, pastikan mereka memiliki banyak kesempatan untuk bekerja dengan orang lain dan membangun hubungan yang bermakna di tempat kerja.
  • Kekuasaan (Power): Memberikan kesempatan kepada karyawan yang memiliki motivasi kekuasaan untuk memimpin orang lain dan mendelegasikannya kepada anggota tim.

c.   Menerapkan prosesnya

Ambil apa yang telah Anda pelajari tentang karyawan Anda dan terapkan hal yang secara langsung mendukung pendorong motivasi mereka. Misalnya, memberikan proyek penelitian atau presentasi baru kepada orang yang bermotivasi berprestasi untuk dipersiapkan. Untuk karyawan yang bermotivasi afiliasi, pastikan mereka memiliki banyak kesempatan untuk bekerja dengan orang lain. Meskipun tanggung jawab pekerjaan mereka pada dasarnya independen, tempatkan mereka di area kantor di mana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain. Terakhir, bagi karyawan yang memiliki motivasi kekuasaan, tempatkan mereka pada posisi kepemimpinan atau juru bicara.

d.  Sempurnakan Strategi sesuai kebutuhan

Anda mungkin perlu menyempurnakan strategi individual Anda untuk setiap karyawan dari waktu ke waktu. Lihat apakah pendekatan awal Anda berhasil memotivasi karyawan Anda. Jika Anda melihat peningkatan produktivitas dan keterlibatan karyawan, kemungkinan besar strategi Anda berhasil.

Setiap Individu pasti berbeda beda baik motivasi maupun preferensi lainnya. Bisa saja ada yang intensitas motivasinya hampir sama tingginya untuk dua jenis motivasi. Artinya jika disentuh salah satu, maka sudah efektif. Namun ada juga yang hanya memiliki satu sumber motivasi. Maka hanya pendekatan untuk sumber motivasi itu saja yang perlu diperkuat agar pas. Selamat memperkuat motivasi karyawan Anda. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun