Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan di Inggris #4 - Salisbury & Stonehenge

28 Oktober 2024   21:52 Diperbarui: 29 Oktober 2024   05:48 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit to English Heritage

Perjalanan di Inggris #4 – Salisbury & Stonehenge

Meneruskan cerita perjalanan sebelumnya dan dapat dibaca di link ini, pada 6 Oktober 2024 kami pindah hotel sore hari sesuai rancangan sewaktu masih di Indonesia. Penulis menempati salah satu kamar di Premiere Inn Hotel di Talgarth Road Hammersmith. Hotelnya model baru dengan gerbang masuk kaca yang berlapis dua untuk mengatasi cuaca dingin. Jadi jika kita akan masuk, pintu geser kaca bagian luar membuka, kita masuk ke ruang 2 x 5 meter, selanjutnya pintu luar menutup dan pintu bagian dalam membuka dan kita bisa masuk. Memang itu standar pintu agar udara dingin bisa diantisipasi di ruang 2x 5 meter itu dan tidak masuk ke dalam.

Check in pun tidak memerlukan resepsionis. Asalkan kita memiliki kode booking, langsung kita gunakan mesin check in soft touch otomatis, pencet ikon yang sesuai dan langsung dapat nomor ruangan dan kuncinya. Jika kita tidak book secara online, resepsionis siap membantu Anda. Setelah menggunakan lift, penulis masuk ke kamar dan melihat suasana yang cukup nyaman dan pemanas ruangan tersedia. Pemanas ruangan berbentuk persegi panjang biasanya berwarna putih. Ada setelah manual dan juga otomatis yang mendeteksi suhu ruangan dan akan on ketika diperlukan. Jika ruangan tanpa pemanas, maka ruangan akan terlalu dingin di musim gugur (autumn), apalagi nanti musim dingin (winter).

Credit to Reddit
Credit to Reddit

Dalam kunjungan ke Inggris ini kami membawa 1 koper besar ukuran 28, 1 koper sedang ukuran 26 dan koper kabin ukuran 20. Nah, koper besar ini akan merepotkan jika dibawa ke kota-kota berikutnya sesudah London. Karena itu sambil pindah hotel, Koper besar dititipkan di tempat penitipan koper atau yang disebut Stasher (tentu dengan biaya yang wajar) sampai saat nanti akan kembali ke Indonesia.

Sesudah makan malam dengan mengguyur air panas ke nasi instan yang dibawa dari Indonesia, plus kentang mustopa, terasa kenyang dan cukup. Karena baru kembali dari Buckingham Palace dimana jumlah langkah yang dicapai sampai 10.184 langkah (sesuai hitungan aplikasi Health), rasanya lebih baik beristirahat untuk perjalanan besok yang diperkirakan akan mencapai jumlah langkah yang tidak akan berbeda jauh dari hari ini. Kira-kira jam 23 an kami langsung menyongsong mimpi.

Menuju Stonehenge via Salisbury

Pagi-pagi sarapan dengan roti plus selai sarikaya dengan coklat. Kebetulan ingat kalau di koper ada kopi sachet Liong Bulan produksi kota Bogor. Bawa yang tidak bergula dan ada juga yang sudah mix dengan gula pasir. Bukan promosi, tapi kopi tubruk ini memang enak. Pas untuk dinikmati di udara dingin pas sarapan.

Jam 08.15 kami memesan kendaraan dari aplikasi UBER menuju stasiun Kereta Api Waterloo. Jalur keretanya adalah South Western Railway atau jalur Barat Daya, yang menghubungkan kota london ke kota kota arah Barat London. Kami naik sebelum jam 09 dan kereta berangkat tepat jam 09.00. Nama-nama stasiun yang dilewati dan berhenti beberapa saat untuk transit penumpang adalah di Clapham Junction, Woking, Basingstoke, Andover dan Grateley (nama-nama stasiun yang agak tidak biasa kita dengar). Kalau dengar nama Woking jadi ingat nama-nama aneh di film Star Wars.

Kereta tiba di Salisbury jam 10.40 an dan kami langsung menuju arah luar. Tidak lupa memesan dulu segelas kopi hangat. Di kereta sebelumnya suhu cenderung hangat, pas di stasiun suhu lumayan terasa dingin, karena itu tidak lupa syal dipakai. Kami keluar stasiun dan menanyakan kepada petugas lokasi bus yang akan membawa pengunjung ke Stonehenge. Ternyata tidak jauh ke arah kiri pas keluar dari stasiun ada bus yang khusus membawa pengunjung ke Stonehenge. 

Credit to Flickr
Credit to Flickr

Ketika sedang mencoba memesan tiket secara online, di aplikasi ada pesan agar pengunjung siap dengan perut terisi jika akan berangkat pada jam makan, karena perjalanan akan cukup panjang. Ketika itu jam menunjukkan jam 11 lebih sedikit dan memang perut terasa mulai menagih makanan. Karena bus berangkat setiap 1 jam, diputuskan untuk berjalan ke arah kota Salisbury untuk mencari makan sebelum berangkat ke Stonehenge pada jadwal bus berikutnya atau yang jam 13.

Berjalan-jalan di Salisbury

Ketika menuruni jalan menuju kota Salisbury dari stasiun kereta api, terasa biasa saja dengan toko-toko yang sebagian besar tutup karena hari minggu. Menggunakan googlemap terus mengikuti arah jalan yang ditunjukkan. Semakin jauh dari stasiun ternyata semakin menarik dan indah sekali kotanya. Sempat berhenti sebentar di jembatan dengan air mengalir tenang dan berwarna gelap.

Cuaca yang agak mendung dan suhu dingin menciptakan suasana yang menenangkan. Sambil terus mencari restoran atau toko makanan yang buka, ada semacam pintu masuk dengan jalan selebar 3 meteran, sisi kiri ada tempat untuk duduk duduk dan makan, di sisi kanannya ada air mengalir yang cukup deras dan membentuk semacam air terjun kecil dan pusaran yang membuatnya seperti di negeri dongeng atau di buku-buku cerita. Ternyata ini salah satu lokasi yang dipakai dalam film klasik berjudul Sense and Sensibility yang dibintangi Emma Thompson, Kate Winslet, Hugh Grant dan Alan Rickman. Di bawah ini adalah video lokasinya.

   

Masuk ke dalam, di dalamnya ada ruang terbuka dengan sungai kecilnya dan suasananya terasa tenang dengan pengunjung yang berjalan biasa dan tidak tergesa-gesa. Seperti sedang menikmati suasana yang menyamankan di Salisbury.

Sejarah Salisbury

Ternyata banyak cerita terpendam di Salisbury yang dapat dilacak asal usulnya dari sekarang hingga tahun 1220. Kota yang sangat tua. Dahulu kota ini hanya diisi oleh beberapa dusun yang menyebar atau tidak terpusat. Tidak seperti banyak kota lainnya, Salisbury dapat melacak asal-usulnya hingga tahun 1220 atau 8 abad yang lalu. Sebelumnya, Salisbury hanya dihuni oleh beberapa dusun yang tersebar, dan fokus utama area tersebut berada 3,2 km di utara pusat kota saat ini yaitu Old Sarum atau Sarum lama atau Salibury lama.

Old Sarum

Credit to English Heritage
Credit to English Heritage

Awalnya merupakan benteng bukit Zaman Besi, kemudian menjadi kota Romawi Sorviodunum (meskipun lokasi persisnya tidak jelas), dan pada masa Anglo-Saxon dikenal sebagai Searoburh. Old Sarum adalah salah satu situs paling memikat dan bersejarah di Inggris bagian selatan. Uniknya, tempat ini menggabungkan kastil kerajaan abad pertengahan dan katedral dalam benteng Zaman Besi tersebut dan selama 150 tahun merupakan pusat utama pemerintahan. Baik kastil maupun katedral tidak ditempati dalam waktu lama.  

Pada tahun 1226 katedral dipindahkan ke dekat lokasi Salisbury yang ada sekarang dan namanya waktu itu adalah Sarum Baru (New Sarum), meskipun kastil tersebut tetap menjadi pusat administrasi hingga abad ke-14. Namun, Sarum Lama tetap hidup sebagai wilayah yang kurang nyaman dan aman untuk dihuni. Pada tahun 1992 dibentuk undang undang Pemerintah lokal dan hasilnya pada tahun 2009 nama Sarum Baru diubah secara resmi menjadi Salisbury.

Sambil berjalan-jalan kami sampai di lapangan terbuka dan sedang ada pameran seniman lokal di lapangan terbuka Rutherfurd Walk. Lapangan ini mengambil nama Edward Rutherfurd yang lahir di Inggris, namun banyak berkiprah di Inggris dan Amerika. Dia menulis novel sejarah SARUM yang terkenal dan menjadi informasi yang berharga untuk sejarah Inggris. Bukunya ini menjadi bestseller secara internasional dan masuk dalam daftar buku bestseller selama 23 minggu di New York Times. Pamerannya cukup menarik karena yang dipamerkan adalah produk seniman lokal dengan produk-produk lokal yang dibuat dengan tangan termasuk lukisan-lukisan. Hujan rintik-rintik waktu itu, namun yang namanya hujan di Inggris tidak terlalu menganggu dan biasanya dengan topi yang kita pakai cukup melindungi. Karena udara tidak lembab, kalau hujan selesai, baju yang agak basah segera kering kembali.

Menuju Stonehenge

Setelah makan siang di salah satu restoran cepat saji di tengah kota Salisbury, kami segera kembali ke stasiun kereta api karena di situ lokasi bus yang akan membawa pengunjung ke Stonehenge. Pada waktu menjelang tempat bus parkir, kami perlu sedikit berlari karena ketika hampir sampai jam sudah menunjukkan 12.57. Ketika mendekati posisi bus, pas waktunya jam 12.59 di jam tangan penulis, busnya sudah berjalan lebih dulu meskipun sempat kasih aba-aba ingin ikut. Ketinggalan bus!

Ketimbang harus menunggu satu jam lagi, akhirnya diputuskan menggunakan jasa UBER untuk mencapai Stonehenge, meskipun tentu lebih mahal daripada naik bus. Mobil dikemudikan dengan agak cepat namun masih tetap aman. Sepanjang jalan pemandangannya luar biasa karena kiri dan kanan lapangan rumput luas yang berbukit-bukit. Di beberapa lokasi terlihat titik-titik besar berwarna putih yang ternyata itu adalah domba-domba yang sedang merumput. Setelah 20 menitan, kami tiba di kawasan Salisbury Utara, Wiltshire.

Stonehenge

Sumber: Foto Koleksi Pribadi Penulis
Sumber: Foto Koleksi Pribadi Penulis

Ketika tiba di lokasi terdekat, ada tempat berkumpul dan membeli tiket jika belum memesan secara online. Setelah mendapatkan tiket, langsung menunggu shuttle bus yang siap setiap 15 menit dan menuju monumen batu pra sejarah tersebut. Sebagian pengunjung berjalan kaki yang lumayan jauh, kira kira 1 sampai 1,5 km dari dari lokasi berhentinya bus shuttle. Kami antri membeli tiket dan bukti pembelian dilingkarkan di pergelangan untuk memudahkan pengecekkan oleh petugas.  Tidak lama menunggu, langsung bus shuttle tiba dan kami naik untuk diantar ke Stonehenge. Pertama melihat dan berada di dekatnya (dibatasi pagar), penulis tertegun dan merasakan suasana penuh misteri meskipun bukan perasaan seram. Selanjutnya penulis mngucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang memberikan kemudahan untuk berada di Stonehenge, 12 ribuan kilometer dari Indonesia. Stonehenge bukan untuk disembah karena hanya bongkahan-bongkahan batu, yang buat penasaran adalah bagaimana bisa berada di situ. Diperkirakan batu batu besar datang dari daerah Marlborough Downs kira kira 25 km dari lokasi. Pertanyaan orang adalah bagaimana pada masa sebelum masehi batu batu itu bisa diletakkan di situ. Ada perkiraan digelindingkan, menggunakan semacam pengungkit atau semacam bantalan beroda. Sedikit yang menganggapnya diangkut oleh alien.

Stonehenge adalah monumen lingkaran batu prasejarah yang diduga merupakan situs keagamaan, ekspresi kekuasaan dan kekayaan para kepala suku, bangsawan, dan pendeta yang membangunnya—banyak di antaranya dimakamkan di sejumlah tempat di dekat Stonehenge. Tumpukan batu itu juga mungkin digunakan untuk mengamati Matahari dan Bulan serta menyusun kalender pertanian. Atau mungkin situs tersebut didedikasikan untuk dunia nenek moyang, terpisah dari dunia orang hidup, atau merupakan pusat penyembuhan. Tentang waktu pembangunannya, menurut penelitian, pembangunannya dimulai sekitar tahun 3100 SM dan berlanjut hingga sekitar tahun 1600 SM. Lingkaran batu sarsen besar yang terkenal ditempatkan antara tahun 2600 SM dan 2400 SM. Benar-benar situs yang dibangun sebelum masehi dan menjadi misteri yang menarik sampai saat ini.

Setelah berjalan-jalan, membaca beberapa keterangan tertulis tentang Stonehenge, kami keluar dari situs dan menuju pintu keluar yang harus melewati toko suvenir terkait dengan Stonehenge. Beberapa suvenir khas Stonehenge ditebus dengan poundsterling dan menjadi tanda mata agar mengingatkan bahwa penulis pernah berada di Stonehenge. Sebelum kembali ke hotel menggunakan UBER kembali, menyempatkan dulu minum kopi dan snack di kantin di lokasi.

Jejak & Persepsi

Dari perjalanan ini terdapat jejak yang ada dalam ingatan dan persepsi terhadap apa yang diamati dan dipelajari, yaitu:           

Perawatan Situs 

Situs Stonehenge ini dikelola secara profesional dan penuh kesungguhan. Dapat diamati bahwa jumlah pengunjung dan nilai tiket yang dibayarkan untuk mendekat ke Stonehenge cukup bisa membiayai pengelolaan situs tersebut (Self-Sufficient).  Nampaknya dengan keunikan Stonehenge dan kesungguhan dalam mengelolanya, Stonehenge akan dapat terus hidup dan dikunjungi banyak orang.

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun