Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan di Inggris #4 - Salisbury & Stonehenge

28 Oktober 2024   21:52 Diperbarui: 29 Oktober 2024   05:48 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketimbang harus menunggu satu jam lagi, akhirnya diputuskan menggunakan jasa UBER untuk mencapai Stonehenge, meskipun tentu lebih mahal daripada naik bus. Mobil dikemudikan dengan agak cepat namun masih tetap aman. Sepanjang jalan pemandangannya luar biasa karena kiri dan kanan lapangan rumput luas yang berbukit-bukit. Di beberapa lokasi terlihat titik-titik besar berwarna putih yang ternyata itu adalah domba-domba yang sedang merumput. Setelah 20 menitan, kami tiba di kawasan Salisbury Utara, Wiltshire.

Stonehenge

Sumber: Foto Koleksi Pribadi Penulis
Sumber: Foto Koleksi Pribadi Penulis

Ketika tiba di lokasi terdekat, ada tempat berkumpul dan membeli tiket jika belum memesan secara online. Setelah mendapatkan tiket, langsung menunggu shuttle bus yang siap setiap 15 menit dan menuju monumen batu pra sejarah tersebut. Sebagian pengunjung berjalan kaki yang lumayan jauh, kira kira 1 sampai 1,5 km dari dari lokasi berhentinya bus shuttle. Kami antri membeli tiket dan bukti pembelian dilingkarkan di pergelangan untuk memudahkan pengecekkan oleh petugas.  Tidak lama menunggu, langsung bus shuttle tiba dan kami naik untuk diantar ke Stonehenge. Pertama melihat dan berada di dekatnya (dibatasi pagar), penulis tertegun dan merasakan suasana penuh misteri meskipun bukan perasaan seram. Selanjutnya penulis mngucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang memberikan kemudahan untuk berada di Stonehenge, 12 ribuan kilometer dari Indonesia. Stonehenge bukan untuk disembah karena hanya bongkahan-bongkahan batu, yang buat penasaran adalah bagaimana bisa berada di situ. Diperkirakan batu batu besar datang dari daerah Marlborough Downs kira kira 25 km dari lokasi. Pertanyaan orang adalah bagaimana pada masa sebelum masehi batu batu itu bisa diletakkan di situ. Ada perkiraan digelindingkan, menggunakan semacam pengungkit atau semacam bantalan beroda. Sedikit yang menganggapnya diangkut oleh alien.

Stonehenge adalah monumen lingkaran batu prasejarah yang diduga merupakan situs keagamaan, ekspresi kekuasaan dan kekayaan para kepala suku, bangsawan, dan pendeta yang membangunnya—banyak di antaranya dimakamkan di sejumlah tempat di dekat Stonehenge. Tumpukan batu itu juga mungkin digunakan untuk mengamati Matahari dan Bulan serta menyusun kalender pertanian. Atau mungkin situs tersebut didedikasikan untuk dunia nenek moyang, terpisah dari dunia orang hidup, atau merupakan pusat penyembuhan. Tentang waktu pembangunannya, menurut penelitian, pembangunannya dimulai sekitar tahun 3100 SM dan berlanjut hingga sekitar tahun 1600 SM. Lingkaran batu sarsen besar yang terkenal ditempatkan antara tahun 2600 SM dan 2400 SM. Benar-benar situs yang dibangun sebelum masehi dan menjadi misteri yang menarik sampai saat ini.

Setelah berjalan-jalan, membaca beberapa keterangan tertulis tentang Stonehenge, kami keluar dari situs dan menuju pintu keluar yang harus melewati toko suvenir terkait dengan Stonehenge. Beberapa suvenir khas Stonehenge ditebus dengan poundsterling dan menjadi tanda mata agar mengingatkan bahwa penulis pernah berada di Stonehenge. Sebelum kembali ke hotel menggunakan UBER kembali, menyempatkan dulu minum kopi dan snack di kantin di lokasi.

Jejak & Persepsi

Dari perjalanan ini terdapat jejak yang ada dalam ingatan dan persepsi terhadap apa yang diamati dan dipelajari, yaitu:           

Perawatan Situs 

Situs Stonehenge ini dikelola secara profesional dan penuh kesungguhan. Dapat diamati bahwa jumlah pengunjung dan nilai tiket yang dibayarkan untuk mendekat ke Stonehenge cukup bisa membiayai pengelolaan situs tersebut (Self-Sufficient).  Nampaknya dengan keunikan Stonehenge dan kesungguhan dalam mengelolanya, Stonehenge akan dapat terus hidup dan dikunjungi banyak orang.

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun