Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan ke Inggris #2 - Ekplorasi London A

22 Oktober 2024   23:16 Diperbarui: 23 Oktober 2024   15:19 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan London eye - "i",  Koleksi Pribadi

Berjalan-jalan di City of Westminster tidak terasa membosankan karena pemandangan yang menggoda sejauh mata memandang. Sungai Thames yang besar dan luas, air nya tenang dan dikelilingi bangunan-bangunan yang tertata rapi. London pernah dilanda kebakaran hebat pada tanggal 2 September 1666 atau 358 tahun yang lalu. Kebakaran besar tersebut memakan 176 hektar lahan terdiri dari 13.200 rumah dan 87 gereja. Kebakaran itu juga banyak mengorbankan jiwa termasuk yang meninggal kedinginan karena bangunan sementara yang dibangun setelah kebakaran dan tidak memakai pendingin ruangan. Sisi baik dari kebakaran tersebut adalah wabah penyakit yang dimulai tahun 1665 bisa berakhir di tahun 1666. Dan sejak itu kota London ditata ulang agar menjadi lebih rapi, lebih sehat dan terhindar dari kebakaran kembali.

The Borough Market

The Borough Market -
The Borough Market - "i",  Koleksi Pribadi

Setelah berkeliling di sekitar City of Westminster, penulis lalu berjalan kembali Underground menuju stasiun The London Bridge. Setelah naik ke jalan, penulis menemukan beberapa kotak telepon warna merah menyala, namun tentu tidak lagi berfungsi sebagai telepon umum. Setelah 5 menit berjalan, kami tiba di lokasi yang namanya khas yaitu The Borough Market. Pasar ini suasananya ramai dan heboh sekali. Para pedagang menjual makanan-makanan yang beragam, mulai dari fish and chips, kebab, burger, buah-buahan, strawberry dengan cokelat, Seafood baik yang bisa langsung dimakan atau untuk dibawa. Juga ada pusat keju yang menjual keju dengan potongan besar.

The Borough Market -
The Borough Market - "i",  Koleksi Pribadi

Di Borough Market juga ada tempat duduk-duduk yang bisa dipakai untuk makan dari makanan yang dijual di pasar itu atau hanya untuk duduk-duduk saja. Yang paling viral katanya adalah Strawberry dengan pasta cokelat.  Setelah puas berjalan-jalan dan makan, kami beristirahat beberapa lama dan keluar dari The Borough Market menuju the Buckingham Palace. Semakin siang suhu lebih hangat, tapi tetap terasa dingin dibandingkan dengan asal penulis. Perjalanan menuju the Buckingham Palace termasuk penyusuran taman sebelumnya akan disampaikan pada tulisan berikutnya. Salam.

Jejak & Persepsi

Dalam setiap perjalanan, penulis akan berupaya untuk mendapatkan kesan atau pembelajaran dengan melihat hal-hal positif yang didapatkan berdasarkan fakta dan persepsi.

Lalu Lintas

Berlalu lintas di kota London terasa teratur dan sesuai jadwal. Jadwal underground tepat waktu dan berstandar keselamatan yang sangat tinggi. Mobil-mobil sebagian memang ada yang mengebut, namun tetap berhati-hati di setiap persimpangan dan menjaga keselamatan dengan meminta setiap penumpang memakai seatbelt (sabuk keselamatan).

Penghargaan kepada penyeberang jalan

Credit to A Board in London
Credit to A Board in London
Yang sangat mengesankan juga adalah bahwa setiap pengemudi selalu mendahulukan penyeberang jalan. 35 tahun yang lalu sewaktu penulis belajar di UK, budaya menghentikan kendaraan ketika akan ada yang menyeberang masih sama. Berarti budaya tersebut tetap dipertahankan. Memang untuk menyeberang kita harus ke lokasi yang ada tanda menyeberang dengan memencet tanda akan menyeberang, namun beberapa jalan tidak ada tanda itu dan ketika kita akan menyeberang, mobil selalu mendahulukan penyeberang jalan. Serasa benar dihargai nyawa kita.

Budaya Antri

Credit to the Telegraph
Credit to the Telegraph
Setiap kegiatan orang selalu antri, baik di tempat memesan makanan ataupun akan yang menunggu toko buka. Dalam kegiatan lainpun budaya antri dan mendahulukan yang keluar dari bus atau kereta api adalah hal biasa. Di Indonesiapun sudah lebih maju dalam budaya antri, namun sebagian dari kita merasa lebih hebat jika bisa lebih dahulu merangsek ke depan padahal hadir belakangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun