Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mendengar Aktif, Apa, Bagaimana dan Manfaatnya - Skill Pemimpin # 5

17 September 2024   07:04 Diperbarui: 17 September 2024   07:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa dan Bagaimana Mendengar Aktif?

Dedi: Man, sorry ganggu nih, saya sedang kesal sama temen saya satu bagian, Roby… dia kayaknya lapor ke bos kalau saya dianggap tidak loyal sama perusahaan. Saya kecewa dan nggak tau ke siapa saya harus bicara…

Rahman: oh ya … ok, tenang … coba ceritakan apa yang terjadi. (pertanyaan terbuka)

Dedi: Begini… kemarin Nina bilang ke sana, katanya bos nanya…memang Dedi kemarin ambil asuransi mobilnya bukan dari perusahaan grup kita ya? Nina terus jawab: … wah saya tidak tahu Pak … ada yang menyampaikan ke Bapak? Bos jawab: ya itu si Roby bilang ke saya.

Rahman: wah begitu ya …. Kamu nggak nyaman kayaknya ya … dengar berita dari Nina? … (merefleksikan apa yang didengar)

Dedi: iya .. tentu, kenapa Roby mesti lapor ke Bos … saya kan ambil asuransi kendaraan yang kedua ini karena bantu teman yang sedang kesulitan dan dia butuh poin biar bisa biayain kuliahnya …jadi bukan tidak loyal sama perusahaan tapi nolongin teman …

Rahman: Hmm, paham sih saya … nah apa yang udah dilakukan untuk masalah ini? (pertanyaan terbuka lainnya)

Dedi: belum apa apa sih …. Saya belum ngomong sama Roby …takut saya jadi marah…dia kan senior saya juga yang dulu coaching saya …

Rahman: Kelihatannya perlu perhatian khusus nih. Saya kira, kamu perlu merenung beberapa saat untuk cari solusi paling enak. (menunda menilai situasi)

Dedi:  iya … saya pikir-pikir kalau saya ngomong jelasin ke bos, kayaknya saya defensif deh …kalau ngelabrak Roby juga …masak sih begitu sama senior…..

Rahman: Well, kamu bilang kalau ngomong langsung ke boss  nggak tepat ya …terus ke Roby juga ngomong nggak enak ya…(parafrase)

Dedi: Iya sih…

Rahman: Ok, kira kira bgmn kalau kamu ajak Roby ngopi…terus sambil ngopi kamu bilang apa ttg dia yang bantuin kamu pas masuk perusahaan …terus pelan pelan infokan bahwa kamu beli asuransi kendaraan karena alasan yang tadi kamu bilang…(berikan usulan)

Dedi: hmmm, boleh juga ya aku coba … kayaknya oke nih idenya … ok makasih ya Man …saya akan coba, moga berhasil ya …

Dialog di atas adalah contoh dari penggunaan Mendengar Aktif yang perlu dimiliki oleh siapa saja apalagi oleh seorang Pemimpin. Dalam seri pembahasan skill pemimpin, skill Mendengar Aktif menemapati urutan nomor 5, setelah Mendelegasikan Wewenang kepada staf; Mendisiplinkan karyawan yang memiliki masalah perilaku; Menjalankan Komunikasi Antar Personal agar pesan dan misi perusahaan sapat tersampaikan secara efektif dan Mengelola Konflik di antara karyawan yang jika tidak diatasi dengan baik akan banyak merugikan perusahaan baik dari aspek waktu, tenaga dan secara finansial.

Yo, Kita Mulai Berinteraksi dengan Tujuan yang Lebih Bermakna

Ini bukan tagline, tetapi semacam ajakan agar ketika kita berinteraksi khususnya dalam percakapan kita melakukannya dengan makna yang lebih luhur, Mendengar Aktif untuk membantu dan membuat percakapan menjadi bermanfaat khusunya untuk yang berbicara dengan kita.

Mendengar Aktif lebih dari sekedar mendengarkan lawan bicara, tapi lebih dalam lagi adalah memahami arti, persoalan dan tujuan di baliknya. Untuk menjadi bermakna, mendengar aktif memerlukan niat, teknik dan fokus dalam proses komunikasi yang terjadi.

Dr. Sabrina Romanof seorang psikolog, peneliti, pendidik dan penulis yang tinggal di New York mengatakan dalam banyak tulisannya bahwa "Active listening requires de-centering from one’s fixed position to be fully present with another. It helps people feel more understood and strengthens relationships as it signals a willingness to sit with the other’s perspective and empathy for their situation instead of singular focus on oneself." Secara ringkas dapat disarikan bahwa Mendengar Aktif memerlukan pemindahan pusat perhatian dari posisi seseorang untuk dirinya sendiri ke orang lain secara penuh. Cara ini membantu kita untuk memahami dan menguatkan hubungan karena kita bersedia untuk duduk bersama dalam sudut pandang orang lain dan berempati terhadap situasi yang ada ketimbang untuk diri sendiri.

Di dalam proses komunikasi, Mendengar Aktif mampu membuat kita mengait dengan teman percakapan kita dengan cara yang positif. Positif dalam arti membuat orang lain merasa didengarkan dan dihargai. Skill Mendengar Aktif adalah fondasi dari percakapan yang berhasil dalam moda apapun, baik di dunia kerja, di rumah atau dalam kegiatan sosial.

Dari beberapa sumber, termasuk dari tulisan Arlin Cuncic, MA tentang cara mengatasi rasa takut, rasa khawatir dan menyetop kepanikan dan hasil pengalaman sendiri, ada 7 Skill Mendengar Aktif yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin atau siapapun yang menginginkan model komunikasi yang lebih memahami teman berbicaranya.

Teknik Mendengar Aktif

1.   Hadir dalam Percakapan

Hadir di sini dalam arti sesungguhnya. Tekniknya sederhana, meskipun dalam praktik sangat tidak mudah dilakukan, matikan smartphone, abaikan gangguan, konsentrasi pada teman bicara Anda dan matikan obrolan yang biasanya berisik di dalam hati Anda.

2.  Kontak Mata yang 50/70

Kontak mata Anda menyatakan bahwa Anda hadir dan mendengarkan apa yang dia katakan. Kontak mata juga meyakinkan bahwa Anda tidak terganggu oleh keadaan sekitar.

Kontak mata berarti mata Anda menatap mata teman bicara Anda. Namun tentu Anda tidak ingin menatap terus menerus ke matanya, karena terkesan Anda memelototi dia. Pakailah aturan 50/70, dimana kontak mata anda diantara 50-70% dari waktu ketika kita sedang mendengarkan. Secara praktis, bisa diperkirakan sekitar 4 sampai 5 detik menatap dan lalu melihat ke arah lain dan selanjutnya menatap kembali sesuai dengan aturan 50/70 tersebut.

3.  Perhatian pada Isyarat Non-Verbal

Ketika kita berkomunikasi, menurut penelitian, hanya 35% yang berbentuk verbal, selebihnya non-verbal. Karena itu apa yang ditunjukkan secara non-verbal menjadi penting dan menentukan keberhasilan suatu komunikasi. Dari sisi teman bicara kita, ketika dia berbicara pelan atau perlahan, mungkin menunjukkan dia letih atau berusaha cermat dalam memilih kata-kata.

Kita yang sedang menjalankan strategi Mendengar Aktif juga harus menunjukkan sikap non-verbal yang mendukung, terbuka dan bahasa tubuh yang tidak mengancam. Termasuk diantaranya tidak berkacak pinggang atau menyilangkan tangan di dada. Kita perlu memasang wajah tersenyum, condong ke arah teman bicara dan mengangguk ketika diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun