Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bagaimana Mengelola Konflik? - Skill Pemimpin # 4

16 September 2024   07:45 Diperbarui: 16 September 2024   07:47 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit to Let's roam

5.  Bersikap Sabar

Pertentangan bisa membuat frustrasi dan mengganggu secara emosi. Tetap tenang dan ikuti seluruh proses dengan penuh kesabaran akan menjadi sangat penting dan merupakan tantangan tersendiri. Dan jika waktu sangat mendesak, maka mencari pilihan  yang tepat dari berbagai opsi akan memberi hasil terbaik.

6.  Imparsial

Pemimpin tetap harus obyektif dan tidak bias dalam mengelola konflik. Ingatlah untuk tidak memihak. Dengan tetap bersikap imparsial, maka kepercayaan dan kredibilitas akan melekat pada seorang pemimpin. Jika manajemen suatu perusahaan atau lembaga tidak bersedia mendengarkan ke dua pihak yang berselisih, maka karyawan akan merasa bahwa masalah mereka tidak penting di mata manajemen. Jika itu terjadi, maka moral karyawan akan menukik ke bawah dan suasana kerja yang tidak sehat akan terjadi.

7.  Percaya Diri

Menjaga sikap yang menunjukkan keyakinan bahwa permasalahan akan dapat diselesaikan, membantu menciptakan suasana kondusif untuk diskusi yang produktif. Seberapa besarnyapun tantangannya, dengan bersikap positif bahwa suatu solusi akan ditemukan, maka ketegangan akan menurun dan kerjasama dari semua yang terlibat akan terdorong secara otomatis.

Bagaimana Memanfaatkan Skill Mengelola Konflik

Langkah awal penyelesaian konflik adalah mencegah eskalasi atau peningkatan keparahan. Pemimpin yang efektif tetap tenang, menghindari serangan pribadi, dan fokus pada penanganan masalah yang ada ketimbang menyalahkan pihak manapun yang terlibat. Pemimpin menggunakan teknik mendengar aktif, menunjukkan empati, dan mengajukan pertanyaan klarifikasi kepada kedua belah pihak. Hal ini menunjukkan rasa hormat terhadap sudut pandang semua orang dan membantu menghilangkan keraguan akan ketidakadilan dalam memperlakukan pihak-pihak yang berkonflik.

Setelah mendengarkan semua pihak, maka pemimpin menganalisis situasi untuk menentukan akar penyebab konflik. Mengidentifikasi permasalahan inti sangat penting untuk menemukan solusi yang efektif dan adil.

Setelah penyebab sebenarnya terungkap, dorong semua pihak yang terlibat untuk bertukar pikiran tentang solusi bersama. Bersikaplah terbuka terhadap kompromi dan pemecahan masalah secara kreatif. Tujuannya adalah untuk menemukan solusi yang memenuhi kebutuhan semua orang semaksimal mungkin.

Setelah solusi diusulkan, pastikan semua orang setuju. Konsensus membantu memperkuat komitmen terhadap resolusi dan mengurangi kemungkinan konflik di masa depan tentang hal yang serupa.

Setelah permasalahan tersebut teratasi, penting untuk melakukan tindak lanjut untuk memastikan solusi yang disepakati berjalan sebagaimana mestinya. Pendekatan proaktif ini membantu mengidentifikasi potensi permasalahan pada awal proses dan mencegah permasalahan serupa muncul kembali.

Kesimpulan

Beratlah kepala yang memakai mahkota. Menjadi pemimpin sejati bukanlah tugas yang mudah, begitu pula mengelola konflik antarpribadi atau antardepartemen dalam suatu organisasi. Ketika menyangkut konflik, bersikap tenang, tenang, tidak memihak dan mampu melihat dampak buruknya, adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin/manajer atau menghadapi konsekuensi hilangnya produktivitas dan dampak tidak langsung lainnya yang mungkin terjadi. juga mempengaruhi keuntungan perusahaan atau lembaga.

Banyak pemimpin mengetahui bahwa peran mereka dalam menyelesaikan konflik di tempat kerja adalah membantu karyawan yang terlibat dalam konflik tersebut memperjelas kebutuhan mereka dan membimbing mereka menuju solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Semua situasi konflik dapat menyebabkan perpecahan, jadi sebagai bagian dari penyelesaian konflik, pastikan untuk segera mengatasi semua jenis konflik yang berbeda; namun, jangan terburu-buru dalam mencari resolusi.

Dalam siklus organisasipun suasana konflik akan terjadi ketika tahapannya berada pada tahap storming. Fase ini biasanya terjadi setelah suatu organisasi terbentuk. Umumnya ketika ada pembahasan tentang aspek-aspek mendasar organisasi, maka tahap storming sedang berjalan. Jika melewati tahap storming ini dengan selamat, maka aturan yang disepakati dibuat dan kinerja biasanyan akan meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun