Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bagaimana Mengelola Konflik? - Skill Pemimpin # 4

16 September 2024   07:45 Diperbarui: 16 September 2024   07:47 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit to Let's roam

Mengelola Konflik 

Beberapa tahun yang lalu penulis menjadi ketua koperasi yang jaringan koperasi sejenisnya lumayan besar. Pengurusnya rata-rata lebih tepat sebagai relawan karena mereka adalah orang-orang  yang mapan dengan pekerjaannya. Menjadi pengurus adalah suatu pengabdian. Diantara Pengurus yang saya minta ikut mengendalikan Koperasi terdapat 2 orang yang militan, berpotensi, namun dalam sejarah sebelumnya diketahui sering berkonflik. Saya merasa tertantang agar potensi mereka yang besar dapat termanfaatkan di Koperasi dan konflik di antara mereka memudar.

Kenyataannya memang dalam 2 tahun pertama aman dan ke dua orang tersebut bersama dengan teman teman lain mampu berprestasi dan membesarkan Koperasi yang penulis kendalikan tersebut. Selama itu penulis tetap waspada dan mengamati setiap gerak langkah mereka agar sejarah konflik tidak terulang kembali. Dan penulis selalu hadir di depan mereka baik bersama sama atau pada kesempatan sendiri-sendiri. Penulis menunjukkan kepada kedua orang itu teman itu bahwa ‘I am with you’ atau ‘saya bersama Anda’. Artinya setiap orang merasa bahwa penulis senantiasa mendukung apa yang mereka lakukan dan mereka merasa bahwa penulis berada di pihak dia (masing-masing) jika ada potensi konflik yang muncul. Konflik tidak pernah terjadi, dan situasi benar-benar kondusif.

Pada tahun ketiga keadaan baik-baik saja, sampai kondisi penulis harus mendampingi istri yang kakinya retak karena terjatuh dan harus menjalani operasi. Selama masa mendampingi kurang lebih 2,5 bulan, penulis tidak bersama kedua teman tersebut. Ternyata ketika mereka bekerjasama untuk menjalankan roda koperasi koperasi karena ketidakhadiran penulis, terjadilah konflik dan penulis tidak bisa bersama mereka. Meskipun penulis berusaha mengatasi melalu pengendalian secara daring dan komunikasi telepon, ternyata tidak cukup, sehingga terjadi eskalasi dan ke dua teman Pengurus Koperasi tersebut saling menjauh setelah berbantahan dengan kuat dan keduanya tidak bersedia bekerjasama kembali. Rupanya kehadiran seorang Pimpinan (secara fisik) diperlukan untuk model konflik yang sifatnya menahun dan cenderung menjadi bersifat pribadi …

6 jenis Skill Pemimpin yang dibahas secara berseri telah sampai ke nomor 4, yaitu Mengelola Konflik. Pada tulisan sebelumnya telah dibahas tentang bagaimana Mendelegasikan Wewenang kita kepada staf, lalu mendisiplinkan staf atau karyawan yang perilaku atau tindakannya bermasalah dan bagaimana kita Berkomunikasi Antar Personal secara efektif.

Konflik yang disebabkan oleh perbedaan cara pandang atau gaya bekerja perlu ditangani dengan baik dengan berbagai alasan, antara lain, membangun hubungan dengan pelanggan yang kuat untuk organisasi yang berhubungan dengan lembaga lain, memastikan kegiatan internal yang mulus dan mengembangkan lingkungan kerja yang positif.

Di dalam hasil utama survey dari Ranstad Workmonitor yang dilaksanakan tahun 2023 dinyatakan bahwa 34% dari karyawan akan mengundurkan diri dari pekerjaanya jika suasana atau lingkungan dan suasana kerjanya bersifat toksik atau tidak menyamankan. Sedangkan 48% juga akan keluar dari pekerjaanya jika tugas-tugasnya membuat mereka tidak dapat menikmati hidup mereka. 

Riset yang dilakukan di seluruh belahan dunia tersebut menunjukkan bahwa suasana kerja yang nyaman dan menyamankan akan membuat karyawan berada di dalam pekerjaannya dalam waktu yang lama. Apakah hal ini berlaku untuk karyawan di dunia yang jumlah lowongan kerjanya sedikit? Bisa menjadi pertanyaan, namun dengan semakin banyaknya pekerjaan yang tidak memerlukan suatu kantor di era digital tersebut, prosentase di atas tingkat akurasinya sepertinya cukup tinggi.

Bagaimana mengatasi konflik yang sering terjadi di banyak situasi dan tempat, tentu peran pemimpin sangat menentukan agar berhasil membuat suasana tetap terkendali dan konflik bisa diatasi agar tidak mengganggu suasana kerja yang positif.

Skill Utama Pengendalian Konflik

1.   Mendengar Aktif 

Kemampuan dalam memahami klien, kolega dan partner tanpa memotong pembicaraan adalah salah satu skill terpenting. Pimpinan harus bersedia memberikan kesempatan kepada yang diajak bicara untuk menyampaikan isi hatinya secara penuh. Hal ini akan membuat mereka merasa dihargai dan didengarkan. Hal ini dapat mengalihkan dan lalu mengurangi ketegangan yang ada. Bisa ditanyakan apakah dia sudah selesai berbicara atau masih lanjut.

2.  Cerdas secara Emosi

Memahami dan mengelola perasaan sangatlah utama. Pimpinan perlu memonitor emosinya sendiri dan juga yang berinteraksi dengannya dengan bersikap netral, tidak ada yang benar atau salah.  Berempati kepada lawan bicara dan membuat keputusan yang mempertimbangkan seluruh kepentingan adalah hal yang sangat menggugah. Seorang Pimpinan perlu lebih kuat, memahami dan secara emosi stabil.

3.  Memecahkan Masalah

Pemecahan masalah yang efektif memerlukan identifikasi penyebab utama atau akar persoalan agar solusinya benar-benar mengenai sasaran. Posisi netral dalam situasi yang panas akan membantu didapatkannya solusi yang memberikan kebaikan atau keuntungan kepada semua pihak. Pemecahan masalah secara win-win diharapkan bisa dicapai dengan mencari solusi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Usahakan tidak kompromi yang artinya saya ambil dan kamu ambil sedikit juga. Kompromi yang mengalami kerugian adalah dua-duanya. Apalagi trade off atau semacam pertukaran sesuatu yang sifatnya transaksional. Pemecahan masalah yang win-win adalah yang membuat semua pihak merasa bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik.

4.  Berkomunikasi

Kepemimpinan yang efektif harus mampu mengartikulasikan pemikirannya atau masalahnya, namun juga terbuka dengan umpan balik dan pendapat dengan sudut pandang berbeda. Komunikasi non-verbal, misalnya bahasa tubuh dan nada bicara memegang peran yang penting dalam menjaga situasi kondusif. 

Sementara duduk dengan menyilangkan tangan, lalu berbicara sambil menatap layar komputer atau menunjukkan wajah yang tidak menyamankan akan membuaat suasana menjadi tidak kondusif. Disarankan untuk berkomunikasi segera ketika diketahui ada potensi konflik. Sebelum konflik membesar di mana tenaga dan upaya yang dilakukan lebih banyak; berkomunikasi secara aktif akan mencegah eskalasi konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun