Allah Mencukupkan Kebutuhan Kita
Dalam tulisan sebelumnya dengan judul Rezeki Datang dari Arah yang Tak Terduga, penulis telah menceritakan tentang penemuan kartu nama eks murid dari pelatihan yang pernah diikutinya di mana penulis berperan sebagai pengajar; kali ini akan diceritakan true story berikutnya tentang pertolongan Allah SWT yang datang dari tempat yang tidak diduga juga dan dengan nilai sesuai dengan kebutuhan.
Namun sebelumnya baik juga disampaikan bahwa sejak bertemu dengan eks murid yang menjadi orang sangat penting di instansinya, pekerjaan demi pekerjaan datang ke perusahaan yang dikelola sendiri. Perusahaan penulis melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan standar yang tinggi dan diupayakan melampaui harapan pemberi pekerjaan (exceeding expectation). Pada tahun ketiga sejak dibentuknya perusahaan, penulis dan tim tidak harus mencari klien, namun justru klien atau calon pelanggan mencari pemikir dan pelaksana pekerjaan mereka. Hal itu diyakini karena penulis dan teman-teman di perusahaan berupaya menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh dan pemberi pekerjaan merasa mendapatkan lebih dari yang mereka bayar. Tentu tidak boleh lupa, bahwa awal dari kesibukan pekerjaan ini adalah dari penemuan kartu nama eks murid tersebut sebagai pemicu untuk melaksanakan pekerjaan yang datang dan tidak selalu diminta. Dan takdir Allah lah yang membuat penulis diarahkan untuk menemukan kartu nama tersebut.
Perlu juga diinformasikan bahwa Iqbal (anak pertama penulis) setelah 3 bulan dirawat di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa pengobatan apapun sudah tidak dapat menghentikan Chronic Myleocytyc Leukaemia (CML) yang dialami oleh Iqbal. 2 minggu setelah pulang dari Paviliun Tumbuh Kembang RSCM, Iqbal berpulang sambil tersenyum dan menjadi kenangan yang tak pernah hilang untuk perjuangannya menghadapi CML. Selama jalan Iqbal Ikhsan Tawakkal (nama akhirnya memang mencerminkan kepasrahannya) yang pergi pada usia 13 tahun di tahun 2000.
Pernikahan Adiknya Iqbal
Adiknya Iqbal, Azmi pada tahun 2016, 16 tahun sejak kepergian kakaknya lulus menjadi seorang dokter. Dan 3 tahun kemudian Azmi menikah dengan gadis pujaannya, seorang dokter juga dan mereka bertemu di rumah sakit tempat kerjanya sama sama. Yang ingin diceritakan di sini adalah peristiwa sebelum acara pernikahan dilangsungkan.
Pada akhir tahun 2018 Azmi dan kekasihnya merancang hari pernikahan di awal tahun 2019. Penulis saat itu sudah kurang aktif di dalam pekerjaanya dan hanya mengandalkan dari tabungan untuk menjalani hidup. Azmi sudah bekerja, juga adik kandungnya Irsyad sudah bekerja juga, jadi sepertinya sudah tidak ada lagi yang dikejar dari aspek finansial. Dengan demikian, kedua adiknya Iqbal tersebut tidak memerlukan lagi bantuan apapun dari kedua orang tuanya. Tapi ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar, karena ternyata tetap diperlukan biaya untuk menikahkan mereka.
Pada bulan-bulan akhir tahun 2018, Azmi ingin menikah dan tentu itu akan menjadi momen terakhir dari penulis dan istri dalam melepas Azmi menempuh kehidupan baru. Yang menjadi masalah adalah, mereka ingin menikah di awal tahun 2019, padahal dalam perkiraan penulis, dana yang akan dikumpulkan untuk biaya pernikahanmemerlukan waktu sampai pertengahan 2019.
Penulis memiliki tabungan yang cukup untuk hidup, namun jika diambil untuk biaya pernikahan, maka tentu penulis akan merasa tidak tenang, karena harus memikirkan untuk mengatasi kekurangan biaya untuk keperluan sehari-hari setelah pernikahan Azmi. Sudah dihitung-hitung diperlukan biaya pernikahan dengan segala pernak perniknya sebesar 200 jutaan rupiah. Uang yang tidak kecil dan tabungan penulis tidak sampai sebesar itu. Karena acara pernikahan melibatkan juga pihak calon istri Azmi, tentu penentuan angka tersebut merupakan hasil pembicaraan juga dan tidak mudah diubah.
Waktu menuju pernikahan tinggal sekitar 5 bulan lagi, sementara persiapan terus dilakukan, namun ketersediaan dana tidak memadai. Penulis memiliki beberapa aset yang nilainya bisa melampaui kebutuhan, namun yang disebut aset tidaklah likuid dan tidak mudah menjadi dana cash.
Sambil memutar otak untuk mengatasi kebutuhan tersebut, baik dengan berhitung aset dan cash yang ada ataupun bagaimana mencari dana pinjaman untuk kebutuhan sementara dengan jaminan aset yang ada. Ketika waktu semakin dekat dengan rencana pernikahan, undangan sudah mulai disiapkan dan daftar yang diundang juga harus didata dengan cermat, karena relasi dan rekan-rekan teman kerja terdahulu dan sekarang perlu dimasukkan ke dalam daftar undangan. Tetap rasa yang tidak menentu hadir karena belum ada peluang mendapatkan dana untuk pernikahan Azmi tersebut.
Pada bulan November tiba-tiba penulis mendapatkan kabar dari adik penulis yang bekerja di satu instansi pemerintah bahwa nanti ada yang akan menelepon terkait pelatihan. Besok harinya ternyata benar ada yang menelepon yang meminta penulis dan perusahaan untuk menyelenggarakan pelatihan pegawai untuk sekitar 100 orang. Meskipun oleh penulis disampaikan bahwa perusahaan penulis sudah lama tidak melaksanakan pelatihan sejenis, namun si Penelepon mengatakan bahwa tidak masalah dan hanya minta agar pelatihan terlaksana. Dia mengatakan bahwa penulis dikenal biasa menjalankan pelatihan tersebut.
Sungguh aneh, sudah dikatakan bahwa penulis sudah lama tidak menyelenggarakan pelatihan sejenis dengan gathering juga, namun tetap memaksa untuk dilaksanakan. Karena begitu membutuhkan, akhirnya penulis mengiyakan. Ketika penulis akan mengajukan proposal, owner pekerjaan tersebut menyatakan bahwa anggaran yang tersedia adalah 200 juta rupiah!. Penulis terpana, bagaimana tidak terpana, kebutuhan 200 juta rupiah untuk pernikahan dan untuk pelatihan tersebut tersedia anggaran di instansi tersebut 200 juta rupiah juga. Apakah ini kebetulan? Sepertinya tidak.
Akhirnya pelatihan dilaksanakan dengan baik dan berhasil dan ketika pelaksanaan pelatihan bahkan belum selesai tuntas, ternyata instansi tersebut sudah mentransfer dana sebesar 200 juta rupiah ke rekening perusahaan. Amazing! Bagaimana bisa? Tapi itulah yang terjadi dan dialami penulis, dan ini adalah cerita sesungguhnya, bukan cerita rekaan. 2 bulan setelah pelatihan di bulan Desember 2018, lanjut ke pernikahan Azmi di bulan Maret dengan mulus dan selamat. Setelah itu penulis tidak mendapatkan lagi pekerjaan seperti itu maupun pekerjaan lainnya.
Karena ini cerita sesungguhnya, pertanyaannya, apakah uang 200 juta yang datang bersama pelatihan adalah suatu kebetulan atau semacam keajaiban? Penulis ketika membaca Surat At-Thalaq ayat 2-3, meyakini bahwa Allah Tuhan yang maha kuasa memberikan apa yang kita butuhkan dari arah yang kita tidak duga sebelumnya. Allah Tuhan yang Maha Kuasa mengatakan di dalam Al-Quran:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 2-3).
Nah, rezeki yang datang ke kita dari arah yang tidak pernah kita duga sebelumnya adalah suatu skenario dari Allah SWT dan merupakan upah dari persiapan yang kita lakukan. Jadi ikhtiar tetap harus dilakukan dan biarkanlah ketentuan Allah SWT akan membuat kita bersyukur terus. Yakinlah bahwa rezeki akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H