Titik paling atas dari sumbu Y dan paling kiri dari sumbu X disimbolkan dengan (1,9). Pada titik ini prestasi atau kinerja organisasi bukan fokus utama, yang paling utama dirasakan adalah suasana kerja yang nyaman dan aman. Produktivitas kesannya dikorbankan demi suasana kerja yang menyamankan. Pimpinan dipandang sebagai positif, mendukung dan cenderung permisif. Dengan fokus yang lebih berat kepada suasana harmonis, maka produktifitas jadi terabaikan.
Manajemen Tim (Team Management)
Selanjutnya titik paling tinggi dari sumbu Y dan paling kanan dari sumbu X disimbolkan dengan (9,9). Manajemen sangat memperhatikan suasana harmonis tim dan secara bersamaan mengupayakan agar standar kerja dipertahankan dan terus ditingkatkan. Suasana dengan solidaritas tinggi dengan tujuan bersama sebagai sumber motivasi.
Pemimpin dipandang sebagai orang yang egaliter dan berusaha untuk selalu mendukung anak buahnya dan selalu mengapresiasi capaian staf dan organisasinya. Pemimpin mendahulukan kolaborasi dalam bekerjasama dan mencapai tujuan-tujuan organisasi. Manajemen Tim ini sering disebut sebagai simbol efisiensi, efektifitas dan kinerja organisasi yang tinggi.
Manajemen Tengah-Tengah (Middle of the Road Management)
Dan untuk titik tengah dari sumbu X dan Y disimbolkan dengan angka (5,5). Manajemen tengah-tengah ini dalam banyak hal kurang optimal dalam memahami kebutuhan pegawainya dan juga memperhatikan produktifitas kerja pada tingkat yang sedang-sedang saja.
Manajemen Tengah-Tengah ini pada akhirnya memberikan hasil yang rata-rata saja dan jauh dari istimewa. Dalam bahasa sederhananya kinerja dan suasana tempat bekerja biasa-biasa atau tidak menunjukkan passion. Target kinerja juga biasanya asal memenuhi saja tanpa ada keinginan untuk melampaui harapan (exceeding expectations). Suasana aman tapi tidak menggairahkan; target tercapai tapi kualitas targetnya pun biasanya rendah atau sedang  karena tingkat resiko yang diambil juga rendah.
Kesimpulan
Model Jejaring Manajerial memiliki manfaat dan juga kritikan dari para pengamat manajemen. Konsep Blake dan Mouton ini dipandang sebagai alat untuk memahami gaya kepemimpinan yang ada di suatu organisasi. Dengan mengetahui gaya kepemimpinan, baik melalui observasi maupun pengukuran (asesmen), maka kita bisa melihat dampak bisa timbul dari gaya yang ada. Manajemen bisa melakukan tindakan terhadap tipe yang kurang optimal dalam memberikan perhatian terhadap orang dan produksi. Jika perhatian terhadap orang kurang memadai, maka perlu diingatkan baik melalui pendampingan maupun pelatihan agar tingkat perhatiannya bisa meningkat secara tepat. Sementara jika perhatian kepada produksi kurang intensitasnya, maka bisa diberikan penyadaran secara mental dan peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan praktik.
Model ini dikritik karena dianggap terlalu simplistik di mana titik perhatian (concern points) yang ada sifatnya ekstrim dan tidak mengakomodasi angka-angka yang di luar 1, 5 dan 9. Jika pengukuran mengakomodasi misalnya kombinasi 3,6 atau 3,8 bukan hanya 1,1; 1,9; 9,1; 9,9; 5,5. Kombinasi yang berbeda mungkin akan menunjukkan profil yang menarik, meskipun instrumen pengukurnya sedikit lebih rumit.
Kritikan lainnya adalah faktor penentunya hanya dua, yaitu Perhatian pada Orang dan Perhatian pada Produksi. Ada beberapa faktor atau kualitas kepemimpinan tidak dibahas di model ini misalnya kecerdasan emosional, berpikir strategis dan kecakapan membuat keputusan.
Namun demikian, ada beberapa aspek penting sebagai manfaat dari teori ini yang bisa kita ambil sbb:
- Memahami model Jejaring Manajerial membantu untuk memahamai efektivitas kepemimpinan dikaitkan dengan keluaran yang dihasilkan dan memahami gaya kepemimpinan sendiri.
- Dengan mengenali dampak dari pendekatan manajemen dengan memberikan perhatian pada aspek orang atau produksi terhadap tingkat kepuasan pegawai, produktivitas dan keberhasilan dari organisasi, maka pemimpin dapat beradaptasi  dengan sistem yang berbeda dengan gayanya dan memberikan hasil optimal, meskipun diperlukan upaya ekstra untuk penyesuaian.
- Secara praktis model ini dapat digunakan sebagai alat untuk pengembangan dan pelatihan kepemimpinan. Dengan melihat prinsip aksi dan reaksi dari perlakuan terhadap pegawai dan fokus terhadap produksi, dapat dapat diidentifikasi bidang-bidang yang bisa dikembangkan dan menyeimbangkan antara kebutuhan dan keadaan yang ada dari tim dan organisasi.
Misalnya, jika disepakati bahwa kekurangannya adalah perhatian kepada pegawai sementara pemimpin organisasi kurang mampu memahami hal tersebut, maka pelatihan people’s skills akan membantu mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika pemimpin kurang memahami aspek teknis dari produksi, maka pelatihan (training) atau pendampingan (coaching) teknis akan memberi pemahaman terhadap produksi.
- Manfaat terbesar dari jejaring manajerial adalah pemahaman terhadap konsekuensi logis dari perhatian yang rendah akan menyebabkan demotivasi, sedang akan memberikan hasil rata-rata dan tinggi akan meningkatkan semangat dan gairah kerja.
- Juga untuk perhatian rendah pada produksi akan membuat pegawai kurang respek kepada pimpinan, pemahaman sedang memberikan hasil yang biasa-biasa saja dan pemahaman yang kuat akan menjadikan pemimpin sebagai rujukan teknis produksi.
- Jika kedua fokus tersebut (orang dan produksi) tinggi dan kuat, maka pemimpin akan dipandang sebagai memiliki kemampuan memimpin, menginspirasi dan menjadi pengarah produksi yang mumpuni.
Pada tulisan berikut kita akan bahas Situational Leadership dengan mendalam. Salam.
Referensi