Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

5 Tingkat Agilitas Kepemimpinan

15 Juli 2024   10:31 Diperbarui: 16 Juli 2024   13:34 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit to Sargia Partners

Lima Tingkat Kelincahan/Agilitas Kepemimpinan - Agile Leadership #2

Abad 21 ini dicirikan dengan disrupsi atau gangguan yang membuat kita berhenti sejenak atau selamanya dari rencana yang sudah kita canangkan sebelumnya. Banyak perubahan yang terjadi yang menjadikan sesuatu yang kita anggap modern sebelumnya tiba-tiba menjadi kuno. Situasi global yang diwarnai oleh perkembangan dalam moda komunikasi termasuk munculnya AI (Artificial Intelligence) mengacak-acak sistem dan tatanan yang sudah mapan. Rupanya adagium bahwa 'semuanya berubah kecuali perubahan itu sendiri' menjadi kebenaran.

Dengan jarak satu area dengan area lainnya semakin dekat dengan cara berkomunikasi via jaringan selular dan untuk daerah yang jauh dari kabelpun sekarang bisa menggunakan jaringan satelit, maka banyak perekonomian global menjadi tergantung satu sama lain. Untuk menjadi selamat dan berhasil dalam operasional perusahaan dan juga dalam hal bisnisnya, diperlukan pimpinan perusahaan dengan para manajernya yang mampu mengantisipasi dan merespon terhadap perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi. 

Dan pada akhirnya perusahaan yang memiliki personil yang adaptif akan menjadi perusahaan yang tangkas dan lincah menghadapi perkembangan ekonomi global. Sementara itu, para manajernya bekerja secara efektif memimpin perubahan dalam organisasi, membangun tim dan mengendalikan penataan bisnis yang semakin menantang. 

Menghadapi disrupsi dan perubahan yang terjadi, maka diperlukan pemimpin yang memang memenuhi kualifikasi sebagai pemimpin yang lincah atau tangkas. Dalam pembahasan di dalam tulisan ini, terminologi kelincahan atau ketangkasan dipakai bergantian dengan agilitas untuk kecocokan dan kemudahan pemahaman.

Penelitian yang dilakukan oleh Bill Joiner dan Stephen Josephs menyampaikan bahwa para pemimpin mengembangkan ketangkasan melalui lima tahap secara hirarkis, yaitu Expert (Ahli), Achiever (Peraih Prestasi, Catalyst (Katalisator), Cocreator (Pencipta bersama), dan Synergist (Pemadu).

Kepemimpinan Heroik vs Paska Heroik

Ciri dari pemimpin heroik adalah bahwa dia sendiri yang mengamati dan membuat keputusan bahkan juga mengekekusinya. Artinya dia bisa menjadi one man show. Sedangkan pemimpin paska heroik lebih bersikap sebagai seorang fasilitator yang berusaha memberdayakan semua orang dan perannya adalah memastikan semua rencana terlaksana dengan memberdayakan sumber daya yang dia miliki.

Jika dilihat dari 5 tipe kepemimpinan yang di gagas oleh Joiner dan Josephs, maka tingkat agilitas Expert dan Achiever termasuk ke dalam pola pikir kepemimpinan heroik. Mereka memikul tanggung jawab penuh untuk menetapkan tujuan, mengoordinasikan aktivitas bawahan, dan mengelola kinerja mereka.

Namun, kesuksesan berkelanjutan dalam lingkungan bisnis yang semakin bergejolak memerlukan kemampuan kepemimpinan paska heroik yang muncul pada tingkat agilitas Catalyst ke atas. Manajer paska heroik mempertahankan akuntabilitas dan otoritas tertinggi, namun mereka juga menciptakan tim dan organisasi yang sangat partisipatif yang ditandai dengan komitmen bersama. Secara signifikan, penelitian kami menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% manajer saat ini yang beroperasi pada tingkat ketangkasan kepemimpinan paska heroik.

Ketika para manajer tumbuh ke setiap tingkat agilitas baru, mereka mengembangkan kemampuan kepemimpinan baru, namun mereka juga tetap mempertahankan kapasitas dan keterampilan yang dikembangkan di tingkat sebelumnya. Ringkasan berikut menguraikan gaya kepemimpinan yang ditemukan di setiap tingkat kelincahan, dan mengidentifikasi bagaimana manajer di setiap tingkat terlibat dalam tiga jenis praktik kepemimpinan: memimpin perubahan organisasi, memimpin tim, dan mengarahkan percakapan penting (diskusi yang hasilnya berkontribusi atau mengurangi ketercapaian tujuan organisasi yang penting).

Tipe Expert (Ahli)

  • Gaya Kepemimpinan: Taktis, orientasi pemecahan masalah. Percaya bahwa kekuatan seorang pemimpin bergantung pada keahlian dan otoritas posisi.
  • Memimpin Perubahan Organisasi: Inisiatif organisasi berfokus terutama pada perbaikan bertahap dalam batas-batas unit kerja tersebut dengan sedikit perhatian pada pemangku kepentingan.
  • Memimpin Tim: Lebih seperti supervisor daripada manajer. Menciptakan sekelompok individu, bukan tim. Biasanya terlalu terpaku pada detail untuk memimpin secara strategis.
  • Menavigasi Percakapan Penting: Gayanya adalah dengan menegaskan pendapat atau menahan diri untuk mengakomodasi orang lain. Mungkin berpindah dari satu gaya ke gaya lainnya, terutama untuk hubungan yang berbeda. Cenderung menghindari memberi atau meminta umpan balik.

Tipe Achiever (Yang Berprestasi)

  • Gaya Kepemimpinan: Strategis, berorientasi pada hasil. Percaya bahwa kekuasaan tidak hanya datang dari otoritas dan keahlian tetapi juga dari motivasi orang lain.
  • Memimpin Perubahan Organisasi: Inisiatif organisasi mencakup analisis lingkungan bisnis. Strategi untuk mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan berangkat dari komunikasi satu arah hingga meminta masukan.
  • Memimpin Tim: Beroperasi seperti manajer penuh. Pertemuan untuk membahas isu-isu penting sering kali diatur untuk mencoba mendapatkan dukungan terhadap pandangan mereka sendiri.
  • Menavigasi Percakapan Penting: Terutama asertif atau akomodatif, dengan beberapa kemampuan untuk mengimbanginya dengan gaya yang kurang disukai. Akan sering menerima umpan balik, jika membantu usaha mencapai hasil yang diinginkan.

The Catalyst (Katalisator)

  • Gaya Kepemimpinan: Visioner, orientasi fasilitatif. Percaya bahwa para pemimpin mengartikulasikan visi yang inovatif dan menginspirasi serta memberdayakan masyarakat untuk mengubah visi tersebut menjadi kenyataan.
  • Memimpin Perubahan Organisasi: Inisiatif organisasi sering kali mencakup pengembangan budaya yang mendorong kerja tim, partisipasi, dan pemberdayaan. Keterlibatan proaktif dengan beragam pemangku kepentingan mencerminkan keyakinan bahwa masukan mereka akan meningkatkan kualitas keputusan.
  • Memimpin Tim: Bertindak sebagai pemimpin tim dan fasilitator untuk menciptakan tim yang sangat partisipatif. Menyambut pertukaran pandangan terbuka mengenai isu-isu sulit. Memberdayakan laporan langsung dan menggunakan pengembangan tim sebagai sarana pengembangan kepemimpinan.
  • Menavigasi Percakapan Penting: Mahir dalam menyeimbangkan kecenderungan asertif dan akomodatif sesuai kebutuhan. Proaktif dalam mencari umpan balik. Benar-benar tertarik untuk belajar dari berbagai sudut pandang.

The Cocreator (Pencipta Bersama)

  • Gaya Kepemimpinan: Berorientasi pada tujuan dan kolaborasi bersama. Percaya bahwa kepemimpinan pada akhirnya adalah pelayanan kepada orang lain.
  • Memimpin Perubahan Organisasi: Mengembangkan hubungan pemangku kepentingan utama yang ditandai dengan tingkat pengaruh timbal balik yang mendalam dan dedikasi yang tulus untuk kebaikan bersama. Dapat menciptakan perusahaan atau unit di mana tanggung jawab perusahaan merupakan praktik integral.
  • Memimpin Tim: Mengembangkan tim kepemimpinan kolaboratif, di mana para anggota merasa bertanggung jawab penuh tidak hanya terhadap bidang mereka sendiri tetapi juga terhadap organisasi yang mereka kelola secara kolektif.
  • Menavigasi Percakapan Penting: Gaya mencerminkan integrasi kecenderungan asertif dan akomodatif. Mampu memproses dan secara serius mempertimbangkan umpan balik negatif bahkan ketika tingkat emosinya sangat tinggi.

The Synergyst (Pendorong Sinergitas)

  • Orientasi Kepemimpinan: Orientasi holistik. Kepemimpinan sebagai partisipasi dalam tujuan hidup yang jelas dan bermanfaat bagi orang lain sekaligus menjadi sarana transformasi pribadi.
  • Memimpin Perubahan Organisasi: Mempertahankan kesadaran yang mendalam dan berempati terhadap konflik kepentingan pemangku kepentingan, termasuk kepentingan mereka sendiri. Mampu mengakses intuisi sinergis yang mengubah konflik yang tampaknya sulit diselesaikan menjadi solusi yang bermanfaat bagi semua orang.
  • Memimpin Tim: Mampu bergerak dengan lancar di antara berbagai gaya kepemimpinan tim. Dapat memperkuat atau membentuk dinamika energi kelompok untuk memberikan hasil yang saling menguntungkan.
  • Menavigasi Percakapan Penting: Menumbuhkan kesadaran yang berpusat pada masa kini yang menambah umpan balik eksternal dan mendukung hubungan yang kuat dan halus dengan orang lain, bahkan selama percakapan yang menantang.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun