Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Alam Semesta di Dalam Al-Quran (Bag.1)

24 Mei 2024   10:23 Diperbarui: 24 Mei 2024   10:56 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit to politicamentecorretto.com

Fenomena Alam Semesta di dalam Al-Quran (bag. 1)

Bagian dari surat Al-Baqarah 185, ‘Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah’.

Al-Quran dikenal dengan berbagai atribut dan salah satu yang jelas adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Manusia di sini berarti manusia secara umum atau keseluruhan manusia, bukan hanya ummat Islam yang Al-Quran adalah kitab sucinya. Pada ayat itu juga diteruskan dengan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu. Hal ini bermakna bahwa selain fungsi petunjuk, juga ditampilkan fenomena atau gejala alam yang tersurat ataupun tersirat di dalam Al-Quran agar dapat kita amati, baca dan pahami.

Manusia yang memiliki keragaman aktivitas baik sebagai manusia spiritual ataupun material, melakukan upaya-upaya dalam kehidupannya untuk hidup dan berkembang yang ditunjukkan dengan peradaban. Al-Quran hadir untuk seluruh manusia sebagai petunjuk untuk hidup yang lebih bermakna dan lebih berdaya serta memberikan penyadaran bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh sang Maha Pencipta. 

Al-Quran bercerita tentang sejarah sebagai sumber inspirasi, dan memberikan petunjuk bagi pengungkapan rahasia alam semesta dengan fenomena yang juga ditampilkan di dalam Al-Quran. Yang menariknya adalah bahwa Al-Quran mensyaratkan bahwa kita harus memiliki standar keilmuan untuk memahami fenomena-fenomena alam tersebut. Dalam surat Arrahman ayat 33 yang menyatakan ‘Jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah; kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (sulthan).’ Tafsir ar-Razi II/306 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kekuatan ini adalah kelapangan dan kedalaman ilmu.

Penulis melihat bahwa Al-Quran banyak dipahami oleh masyarakat sebagai kitab sakral dan ritual yang dibaca pada saat-saat tertentu saja. Dalam banyak kesempatan ayat-ayat Al-Quran dipakai dengan keyakinan memiliki kekuatan spiritual tertentu. Hal itu bukanlah kekeliruan karena ayat-ayat Al-Quran memang memiliki fungsi ritual dalam aktifitas kita berzikir setelah melaksanakan sholat, diantaranya. Atau juga ada ayat atau surat dalam Al-Quran yang kalau dibaca dengan penuh kekhusu'an membuat jiwa pembacanya merasa tenang.

Yang tidak tepat adalah ketika ayat-ayat Al-Quran dianggap memiliki nilai sakti yang mengandung daya penangkal bahaya dan untuk secara harfiah menjauhkan manusia dari mara bahaya, misalnya menuliskan ayat Al-Quran di atas kertas lalu dimasukan ke dalam gelas berisi air dan airnya di minum. Al-Quran dipandang sama seperti jimat dalam perdukunan dan bukanlah itu fungsi dari Kitab Suci ummat Islam tersebut.

Di sisi lain, masyarakat dalam bertindak, berilmu pengetahuan, berpolitik, berperilaku ekonomi, bersosialisasi, pendidikan, dan dimensi-dimensi lain tidak merujuk secara langsung kepada kitab suci Al-Quran, melainkan merujuk kepada rujukan-rujukan, yang di dalamnya memuat pandangan hidup kapitalis, sosialis, dan materialis. Sehingga, akibatnya muslim dalam meniti kehidupannya banyak yang keluar dari petunjuk yang telah digariskan oleh Al-Quran yang juga adalah rujukan dalam kehidupan. Dalam arti Al-Quran belum menjadi rujukan selain rujukan ritual saja.

Al-Quran sebagai rujukan sepanjang masa

credit to Medium
credit to Medium

Sejauh tertentu, pemahaman kebanyakan masyarakat muslim lebih menitikberatkan pada nilai-nilai moral dari Al-Quran yang memang merupakan salah satu kekuatan Al-Quran, artinya  terbatas pada teks-teksnya saja dan menangkap makna sebatas pada kesakralan dan ritual semata-mata.

Di samping harus dibaca sebagai tadarus, juga harus dipahami, dihayati, dan direnungkan maknanya, baik makna yang tekstual maupun kontekstual, sehingga isi kandungannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Tidaklah mudah menangkap nilai moral atau jiwa Al-Quran. Diperlukan suatu upaya keras untuk menangkap pesan-pesan Allah SWT yang lebih luas dari ayat-ayat di dalam Al-Quran. Jika kemampuan bahasa dan ilmu tafsir kita terbatas, kita perlu bantuan dari berbagai  sumber baik para ahli maupun rujukan yang sudah ditulis  ilmuwan atau ulama muslim. Yang perlu ditumbuhkan secara masif adalah pemahaman bahwa Al-Quran jauh lebih luas kandungan isinya dan memberikan kita bahan untuk menyelami alam semesta ini.

Sains atau ilmu pengetahuan alam dan semesta kurang mendapatkan perhatian dari kita. Di dalam terminologi Al-Quran, pesan pesan itu ada di dalam ayat-ayat Kauniyah atau biasa disebut al-ayat al-kauniyah. Ketika Al-Quran diturunkan memang terkesan hanya untuk memberikan koreksi atas tindakan penyembahan kepada selain Allah SWT. Koreksi terhadap model penghambaan manusia terhadap berhala dan juga terhadap pandangan merendahkan manusia dalam bentuk perbudakan.

Padahal jika direnungkan, Surat Al-Quran yang diturunkan pertama kali adalah Al-Alaq ayat 1 s.d. 5 yang menggugah manusia tentang dorongan untuk belajar, ‘bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha mulia. Dia yang mengajarkan manusia dengan pena. Yang mengajarkan manusia apa yang dia tidak tahu’. Makna Iqro di dalam ayat ini adalah bacalah, mengertilah, pahamilah, cerdaslah, berpikir majulah dan lihatlah ke depan. Untuk meraih pengertian dan pemahaman tentu adalah dengan belajar. Sementara makna pena atau kalam pada ayat 4, menunjuk pada peradaban baca tulis, artinya rekaman, pencatatan, tulisan. Tulisan baik berbentuk analog, manual maupun digital adalah suatu bentuk lanjutan dari suatu pembelajaran. Secara lebih filosofis, pena juga bermakna gejala, fenomena, keadaan, situasi yang menjadi bahan pembelajaran. Jika kita renungkan dengan dalam, Al-Quran diturunkan kepada manusia melalui Muhammad SAW dimaksudkan agar ummat manusia mau belajar dan mempelajari ilmu semesta alam ini, yaitu sains.

credit to Shutterstock
credit to Shutterstock
Kewajiban kita memahami Al-Quran pada masa kini sesungguhnya sama dengan kewajiban sahabat memahami Al-Quran pada masa perjuangan Islam waktu itu. Ketika para sahabat memahami Al-Quran pada konteks kesejarahan Islam, maka kita pun harus memahami Al-Quran disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini. Al-Quran merupakan kitab masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Ia merupakan sumber kebenaran yang mutlak yang tidak ada keraguan di dalamnya dan menjadi pedoman hidup untuk seluruh umat manusia di alam semesta ini.

Ajaran-ajarannya tidak hanya terbatas pada bidang-bidang ritual keagamaan semata, tetapi juga menyangkut masalah-masalah politik, ekonomi, sosial, dan disiplin ilmu lainnya, yang termasuk di dalamnya adalah masalah-masalah ilmu pengetahuan modern dan teknologi. Al-Quran mengungkapkan berbagai disiplin ilmu, berupa isyarat sepintas ataupun yang memberikan informasi teknis yang tidak mudah dipahami, jika tidak melibatkan rujukan dari tulisan ilmuwan Islam terdahulu, yang menulis berbagai bidang ilmu, berdasarkan Al-Quran sebagai rujukan utama.

credit to Random Vibez
credit to Random Vibez

Sampai ketemu lagi di bagian 2 yang akan memberikan contoh lebih banyak tentang Al-Quran yang membangun semangat ekplorasi alam semesta. Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun